Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan aneh
Menjelang dini hari, Aya masih terjaga. Matanya belum bisa terpejam karena dia memikirkan banyak hal. Bukan tentang pekerjaan, tapi soal utang yang belum mampu dia lunasi. Aya yakin, mereka pasti sedang berusaha mencarinya. Tempat tinggalnya kini benar-benar jauh dari kata mewah. Sebelumnya, Aya mencari tempat tinggal berupa kos-kosan elit dengan harga 2 juta perbulan. Saat ini, tempat tinggalnya seharga lima ratus ribu saja setiap bulannya. Isi di dalamnya hanya sebuah lemari kecil, meja kecil dan kasur yang terletak di lantai tanpa alas. Tidak apa-apa… Aya tidak mengeluh. Hal ni tetap menjadi alasan untuknya agar tetap bersyukur.
Sudah beberapa hari berlalu sejak Resta mengajaknya merayakan hari kebebasan lelaki itu. Mereka tidak lagi canggung seperti awal-awal, sudah lebih saling terbuka dan berbagi cerita satu sama lain. Namun, Aya masih tetap pada penampilannya seperti awal masuk kerja. Meski Resta begitu menginginkan melihat wanita itu berdandan, Aya bersikeras menolaknya dengan alasan “nanti orang-orang pada kaget”
***
Resta turun dari lantai dua, lelaki itu menuju dapur di mana sang mama berada. Akhir-akhir ini dia jarang pulang, membuatnya merasa bersalah. “Kamu nggak kerja?” tanya wanita paruh baya yang sedang menghidangkan makanan di atas meja itu.
“Hm, aku mau di rumah aja.”
“Loh, mana bisa begitu. Nanti kantormu gimana? kamu udah punya sekretaris baru?”
“Udah Ma, udah lebih dari seminggu.”
“Gimana? Nadine setuju dan nggak cemburu lagi, kan?”
Soal berakhirnya hubungan dengan Nadine, Resta belum menceritakannya pada sang mama. “Aku udah putus dari Nadine, Ma.”
“Gimana bisa? Bukannya kamu akan terus terikat dengan Nadine sampai-“
“Utang kita dengan papanya udah aku selesaikan.” tegas Resta. “Mama jangan khawatir.” Resta mengusap pundak wanita kesayangannya itu. Dia paham, jauh di lubuk hati sang mama, kurang menyetujui hubungannya dengan Nadine.
Bu Miftah mengangguk. “Segampang itu kamu putisin dia? dan dia segampang itu lepasin kamu?” tanya sang mama tidak yakin.
Resta hanya mengangkat bahunya. “Begitulah adanya, Ma. Semoga aja aku benar-benar lepas dari dia.”
“Jadi laki-laki harus tegas.” Bu Miftah mengingat.
“Pasti Ma.”
***
Aya baru saja selesai mandi, dia terlambat bangun dan sudah pasti akan terlambat tiba di kantor. Belum sempat mengabari Resta, ternyata lelaki itu sudah mengirimkan pesan singkat lebih dulu padanya.
Aya, saya lagi kurang sehat. Dan nggak akan ke kantor hari ini. Bisa nggak laporan keuangan yang udah kamu selesaikan, kita bahas di rumah saya?
Gadis itu masih berbalut handuk, membaca dan memahami setiap kata yang dikirimkan Resta. “Perasaan kemarin sehat-sehat aja, kok bisa tiba-tiba sakit?” Aya bergumam sendiri. “Berarti, aku harus ke rumahnya?”
Bisa Pak, tolong shareloc alamatnya ya. Nanti saya ke rumah Bapak, bawa data dan berkas yang dibutuhkan.
Aya merasa selamat. Karena ternyata si bos belum tiba di kantor, dan tidak akan mengomelinya karena terlambat.
Beberapa detik setelahnya, Aya menerima balasan berupa shareloc alamat kediaman lelaki itu.
Oke baik Pak, saya
Aya belum selesai mengetik balasan, kini Resta malah menelponnya.
“Ha-lo, Pak?”
“Kamu di mana Ay?”
“Sebenarnya, saya masih di kontrakan, saya telat Pak. Maaf ya.” Aya tidak terbiasa berbohong, jadi mau tidak mau dia harus jujur.
“Nggak masalah. Ay, saya lagi sakit loh.” keluh lelaki itu.
“Ya… iya, terus gimana Pak?” sungguh Aya tidak peka sama sekali, apa yang diinginkan Resta.
“Saya mau minta sesuatu dari kamu.”
Sesuatu? aya membatin. Jangan minta parcel buah atau yang mahal-mahal please, duitku tinggal tiga ratus tibu, harus bertahan sampai bulan depan. Kali ini Aya yang mengeluh meski hanya di hati.
“Minta, apa ya Pak?”
“tenang, jangan panik, bukan benda atau apapun yang bikin kamu ngeluarin biaya.”
Aya merasa tersindir dengan kata-kata ini. Lelaki itu seolah tahu apa yang sedang dia pikirkan.
“Jadi, apa itu Pak?”
Aya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, selain saat putus cinta seperti kemarin-kemarin, saat sakit seperti ini, Resta ternyata juga cukup rewel.
“Saya butuh yang segar-segar.”
Aya menahan kesal. Kenapa lelaki ini bertele-tele sekali. Mau apa sebenarnya?
“Ya… apa misalnya? mau es campur, es teler, atau sop buah?”
Aya tidak bercanda. Tapi lelaki di seberang sana terdengar sedang tertawa cukup renyah. Seperti tidak ada tanda-tanda bahwa dia sedang sakit.
"Kamu dandan yang cantik ya, sebelum ke sini. Itu… saya butuh menyegarkan hati dan penglihatan saya.”
Resta berucap tanpa keraguan dan kegugupan sedikitpun.
Aya merasa Resta sedang mempermainkannya saat ini. Ingin marah, tapi dia masih bisa menahan. “Pak jangan bercanda, please.”
“Saya nggak bercanda. Cuma pingin lihat kamu dandan kayak cewek normal lainnya. sederhana, kan?”
“Tapi Pak-“
“Tolong lah Ay, saya lagi sakit. Gimana kalau ini permintaan terakhir saya?”
Pinta lelaki itu, dengan nada yang dibuat-buat, sedih.
“Oke, oke Pak.” Aya mengakhiri panggilan setelah mengiyakan. Permintaan terakhir? memangnya dia mau mati muda? Ada apa dengan Resta? apa lelaki itu sedang mengeluarkan jurus-jurus modusnya.
Aya menggeleng, dia tidak akan terpengaruh begitu saja. Bisa saja Resta sama seperti buaya-buaya di luar sana. Akan mencari mangsa baru jika santapan yang lama tak lagi menggiurkan.
Like like like ❤️
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️