Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Benci Kamu!
"Ayo Aluna kita pulang, langit sudah gelap sebentar lagi akan turun hujan." Bujuk Ayunda.
"Tidak mom, aku masih ingin disini. Mommy dan daddy pulang duluan saja." Lanjut Aluna.
Reymond mengerti perasaan Aluna saat ini, dia pasti sedih melihat Alexander pergi selamanya.
"Mom, kita tinggalkan saja Aluna sendiri. Kan masih ada Rossa yang akan menemani." Ucap Reymond sambil menyentuh bahu Ayunda.
"Ya sudah sayang, mommy dan daddy tinggal dulu ya. Kami akan menunggumu dirumah."
Ayunda dan Reymond pergi meninggalkan pemakaman. Kini tersisa Aluna dan Rossa. Rossa bisa merasakan kesedihan Aluna. Kini dia sebatang kara di dunia ini. Paman-bibi, om-tante dari pihak Tiwi mendiang mama Aluna sudah tidak memperdulikan lagi karena bagi mereka keluarga Alexander hanya lah benalu sementara Alexander hanya anak tunggal. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal sedangkan sanak saudara dari pihak nenek-kakek tinggal di negara yang berbeda.
"Aluna, aku bisa merasakan kesedihanmu. Menagis jika kamu ingin menangis. Aku siap meminjamkan bahuku untuk kamu, sahabatku."
"Hiks, hiks. Aku sedih sekali Ocha, papa orang yang sangat ku sayangi telah pergi untuk selamanya. Sementara suamiku, entah kemana. Dia meninggalkan ku sendirian di malam pengantin kami. Dia berjanji akan menemaniku pagi ini tapi ternyata dia berbohong! Aku benci Mas Bryan!" Aluna sudah tidak bisa menahan lagi. Dia meluapkan semua emosi kepada Rossa.
"Kamu sudah menikah dengan Bryan?" Rossa memastikan apa yang dia dengar.
"Benar, semalam kami melangsungkan ijab qabul sebelum papa meninggal."
"Ya sudah, kamu tidak usah menangis lagi. Ayo kita pulang. Jika papa mu masih hidup, dia pasti akan sedih melihatmu seperti ini."
Rossa membantu Aluna bangun dan memapahnya berjalan. Sedikit limbung namun Rossa bisa mengimbangi.
"Pelan-pelan jangan sampai jatuh."
...****************...
Sementara di tempat lain, penampilan Bryan tidak kalah berantakan. Kemeja lusuh, rambut awut-awutan dan bau asap rok*k memenuhi seluruh kamar apartemen tempat Bryan menginap.
Ya, semalam setelah dia meluapkan semua emosinya akibat ditinggal Eliza dia memutuskan pergi meninggalkan rumah dan meninggalkan Aluna begitu saja. Bryan belum bisa menerima pernikahan dadakan yang dilakukan tadi malam, belum bisa menerima status Aluna sebagai istri sah nya.
"Sial, kenapa ponselku berdering terus dari tadi. Apakah daddy tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?"
Akhirnya dia mematikan tombol turn off pada layar ponsel dan menaruh kembali ke atas nakas.
Bryan melempar guling kesembarang tempat, menutup kembali wajahnya dengan bantal dan melanjutkan mimpi.
"Bagaimana dad, apakah keberadaan Bryan sudah diketahui?"
"Belum mom, bahkan dia mematikan ponselnya sekarang!" Reymond frustasi melihat tingkah Bryan.
"Coba kamu telpon Rudy, tanyakan dimana Bryan saat ini! Beritahu dia bahwa Alexander meninggal." Ayunda ikut kesal.
"Tidak apa-apa mom, mungkin Mas Bryan memang sibuk jadi tidak bisa mengangkat telpon." Ucap Aluna.
Dia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi makan. Menatap langit-langit rumah, mem-flash back runtutan kejadian dari awal hingga akhir. Semua peristiwa ini berkecamuk dalam benaknya.
"Sementara waktu aku akan tinggal disini hingga semua urusan selesai. Mommy dan daddy boleh pulang. Jika Mas Bryan tidak juga datang, biarkan saja. Aku tidak ingin mengganggunya."
Reymond bisa merasakan bahwa saat ini Aluna kecewa dengan sikap Bryan. Sebetulnya dia juga kecewa dengan Bryan, mau memarahi tapi harus mencari kemana anak bod*h itu!
"Baik, mommy dan daddy akan pulang duluan. Kamu kalau butuh apa-apa jangan sungkan telpon mommy. Nanti mommy akan meminta Bu Risa untuk membantumu."
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri lagipula banyak tetangga akan membantu." Pandangan Aluna tidak beralih, dia masih menatap langit langit rumah.
"Tapi sayang, mommy khawatir denganmu. Please, mau ya menerima tawaran ini."
"Terserah mommy saja." Ucap Aluna acuh.
Sore hari Ayunda dan Reymond pamit meninggalkan rumah duka menuju kediaman keluarga Smith.
Sepanjang perjalanan tidak terjadi percakapan diantara pasangan suami-istri. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Reymond sudah tidak menahan kekesalan terhadap Bryan.
"Halo Rudy, anak bod*h itu dimana sekarang? Kenapa dia mematikan ponsel."
"Maaf tuan, saat ini tuan muda sedang berada di apartemennya. Dia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun."
"Dasar anak bod*h, berani-berani nya dia menentangku!"
"Beritahu dia bahwa saat ini Alexander mertuanya sudah meninggal!"
"Baik tuan, jika saya bertemu dengan nya akan saya sampai----"
Reymond segera mematikan sambungan sebelum Rudy menyelesaikan percakapan.
Rudy hanya bisa mengelus dada, setiap kali ayah dan anak itu bertengkar dia pasti terlibat di dalamnya.
"Kenapa nasibku selalu apes?"
tok tok tok
"Tuan, ada yang ingin saya sampaikan."
"Diam Rudy, aku sedang tidak ingin diganggu atau mendengar apapun. Sudah sana pergi, biarkan aku sendirian!"
"Tapi tuan----."
"Pergi!"
"Baik tuan tapi anda pasti akan menyesal suatu saat."
Rudy pergi meninggalkan apartemen Bryan, dia melajukan kendaraannya menuju sebuah cafe.
"Rudy, tumben kamu datang sendiri. Dimana Bryan?" Tanya Gugun pemilik cafe.
Jadi Gugun ini adalah pria yang pernah bertanya ke Bryan pas perpisahan itu loh, kalian inget gak yang nanyain Bryan lagi cari siapa. Nah dia ini masih menjalin komunikasi dengan Rudy dan Bryan sampai sekarang.
"Dia tidak bisa datang, sedang PMS sepertinya."
"Ha-ha-ha, kamu ada-ada saja Rud. Bryan kan laki bagaimana mungkin bisa PMS." Gugun tertawa terbahak-bahak untung saja saat itu kondisi cafe tidak terlalu ramai jadi tidak banyak orang yang memperhatikan.
"Kalau tidak PMS lantas kenapa dia marah-marah terus? Aku jengah mendengar dia berteriak setiap saat. Ya Tuhan, apakah aku akan mati muda?"
"Buahahaha. Sebentar, aku akan mengabadikan ekspresimu dengan ponselku. Akan aku kirimkan ke Bryan agar kamu dipecat dan aku bisa memperkerjakanmu."
"Sialan kau Gun!" Rudy melempar bungkus ro*kok kedepan muka Gugun.
"Ada kabar apa?" Gugun merapatkan kursi kesamping kursi Rudy.
"Mertua Bryan baru saja meninggal!"
"Apa? Bryan sudah menikah? Menikah dengan Eliza?" Tanya Gugun tidak percaya.
"Bukan, Bryan menikah dengan gadis yang dipilihkan Tuan Reymond. Anak dari sahabatnya."
"Terus...."
"Sebetulnya pernikahan mereka masih tiga minggu-an berhubung orang tua si gadis sedang sakit jadi meminta diadakan tadi malam. Mereka menikah secara siri nah ternyata tadi pagi mertua nya Bryan meninggal dunia. Semua orang mencari keberadaannya bahkan Tuan Reymond menelpon berkali-kali tidak diangkat. Dan kamu tahu sendiri bagaimana kelanjutannya."
Gugun hanya mengangguk
"Bryan, apakah kamu bo*doh masih mengharapkan cinta dari seorang Eliza. Wanita yang meninggalkanmu begitu saja tanpa kabar apapun sampai sekarang!"
Jangan lupa like dan komen guys. Ditunggu dukungannya. 😊
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan