Mengejar Cintanya

"Udah cape-cape juga". Qiara menggerutu".

Lingkungan sekolah telah sepi hanya tinggal beberapa orang itupun terlihat hanya para guru.

Qiara memasuki mobil bagian belakang, Aris sudah duduk di dalamnya tengah membaca buku.

"sudah siap tuan muda". Aris pun mengangguk meng ia kan.

Pak sopir pun menjalankan mobil membelah jalanan yang kini tengah sore menuju gelap.

"Kenapa lama ada masalah". Tanya Aris tapi Qiara tidak menjawab.

"masa hari pertama udah ada masalah aja". Qiara tetap diam.

"katanya gak bakal bikin masalah". Pancing Aris, biasanya jika tersinggung Qiara akan bicara, tapi nihil, dia masih bungkam.

Pak sopir Melirik sepion sekilas tersenyum melihat dua majikan nya yang menurutnya sering kali saling mengerti.

"kenapa". tergambar jelas di wajah Qiara bahwa ia sedang kesal.

sampai membuat Aris keheranan.

"kesel banget, kesel.. Kesel.. Kesel..". Qiara menyilangkan tangan di dada, bibir nya maju beberapa Senti dan nafasnya keluar masuk dengan tidak sabaran.

'gawat'.

Kalo sudah begini biasanya agak susah-susah gampang membujuk nya, pasti sebentar lagi akan ada rentetan cerita.

'kenapa ni anak'.

lebih baik tutup buku dan fokus dengan Qiara.

Diam-diam Aris mengambil hape dari sakunya lalu mengetikkan sesuatu setelah berhasil terkirim dan terbaca ia menyimpan nya kembali.

"ia keselnya karna apa". Sebenarnya solusinya simpel aja, Bertanya dengan lembut adalah solusi utama, selanjutnya Cukup dengarkan tanpa menyela hanya merespon dan cukup beri pengertian simpel bukan.

"kamu tau gak tadi ya aku kan dapet tantangan dari senior, sial nya aku dapet nya dari si Miranda". Aris mengerutkan alisnya.

"terus, kesel nya di mana". Aris mencoba memahami, setau nya si Miranda seniornya kelas dua belas yang Qiara sebutkan itu terkenal tidak baik.

"tadi dia kasi tugas aku sama temen aku buat kumpulin tanda tangan senior, udah mah harus basa basi dulu oke lah itumah gak papa, tapi yang terakhir seniornya ngeselin banget, dan kamu tau yang bikin aku bertambah makin keseeeel banget apa". Qiara seperti membayangkan objek kekesalan itu berada di depan mata nya lalu meremas jari.

"apa" tanya Aris ia pun makin penasaran, 'biasanya kan Aku yang sering di bikin kesal dengan kelakuan Qiara tapi gak papa juga sih aku sangat menikmatinya', tapi baru kali ini ia melihat Qiara di buat sangat kesal oleh orang lain itulah yang membuat Aris makin penasaran.

"Si Miranda itu, dia malah udah pulang duluan, padahal ya setelah selesai tantangan nya, aku sempet muter-muter lagi buat laporan tugas selesai karna katanya gak boleh pulang sebelum selesai makanya aku cari-cari tu Si Miranda, tapi dia malah udah balik duluan, Hwaaaa.. Kesel banget".

Aris memeluk Qiara lalu mengusap kepala dan punggung nya, memberi kenyamanan.

"mau aku hajar di Miranda nya, mau aku kasi pelajaran dia". Tanya Aris, namun Qiara menggeleng.

"gak usah, Aris kan cowok, Aris juga pernah bilang cowok gak boleh nyakitin perempuan, apalagi main hajar, biar dia jadi urusan ku aja, kalo diaa cari masalah lagi, aku bakal pites dia". Tangan nya mengepal erat

Aris menarik nafas berat.

"Emang ya si Miranda harus di hajar, di benyek kin sekalian biar kapok". Hibur Aris.

membuat Qiara yang masih berada di pelukan Aris mengangguk.

"ia benyek kin aja, biar makin jelek tu cewe". Qiara malah membenarkan.

Setelah tangis Qiara mereda.

Aris melepas pelukan nya.

"mau coklat". Aris memperlihatkan beberapa batang coklat Silverqueen di tangan nya.

"pasti dari pens kamu lagi ya, makin sebel liat kamu banyak pens". meski sebal Qiara tetap mengambil semua coklat itu lalu memakan nya.

"sebel kok di makan".

Sayang kan, Aris gak suka coklat batangan kalo dibuang mubazir mending di makan aja.

''tetep aja sebel kan dari pens kamu''.

"Dari temen". Aris mengusap sisa airmata dan ingus di wajah Qiara.

"mana ada temen kasih coklat sama bunga tiap hari". Meski bibir nya manyun pipinya tetap penuh dengan coklat membuat Aris terkekeh.

"Hem, ga kesel lagi kan". Aris mengacak rambut Qiara.

"tetep aja kesel cuma di pinggiran dulu aja, tapi malah nambah sebel". Aris kembali merapikan rambut Qiara yang tadi dia buat berantakan.

"udah sampe, silahkan turun". Setelah membuka pintu mobil Aris menuntun tangan Qiara karna kini mereka telah sampai rumah, satu tangan nya menjinjing dua tas milik nya juga milik Qiara.

"Eh anak-anak mama udah pada pulang, liat mama bikin apa". Sambut Rina dari dapur.

"mama Qiara pulang".

Qiara berlari, dengan takjub menatap meja makan mereka di penuhi camilan bahkan ada kek puding coklat dengan fal kesukaan nya.

"banyak banget".

matanya berbinar, Qiara langsung duduk dan memakan puding yang sudah terhidang di piring cantik kesukaan Qiara.

"waaaaaah mama bikin ini semua, ada acara apa mam". Boleh di makan kan.

"boleh dong sayang".

Em.. enak banget mam". Wajah kesal tercampur sebal Qiara seketika hilang di gantikan kebahagiaan,

"manis banget".

merasakan lembut nya puding yang bergoyang di mulut nya, bahkan bibir nya tidak berhenti tersenyum, kepala dan tubuhnya sedikit bergoyang menggambarkan betapa ia sangat menikmati rasa di mulutnya.

"masakan mama selalu paling juara". Qiara mengangkat jempolnya.

Rina dan Aris sling melirik dan mengedipkan mata, jari telunjuk dan jempolnya menyatu membetuk hurup o👌. Misi terselesaikan.

'akhirnya senyum juga'

saat di mobil Aris mengirim pesan pada mamanya memberitahu bahwa Qiara sedang kesal, kode pun langsung di mengerti misi pun terlaksana hasilnya pun memuaskan.

Mereka berdua tersenyum.

Biasanya Aris akan mengambil sisa makanan di piring Qiara.

"enak ya".

kali ini Aris tidak ingin mengganggu Qiara biarkan ia menikmati waktunya.

"Aaaaa".

tapi Qiara justru menyodorkan sendok berisi puding milik nya, tentu Aris tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, ia melahap apa yang Qiara berikan.

"enak kan". Aris mengangguk membenarkan.

"ayo dong pada ikutan makan, masa cuma Qia aja yang makan, kan gak seru". Aris dan Rina ikut bergabung dengan senyuman yang tidak pernah pudar sambil mengobrol ringan.

Bagi Qiara yang manis-manis adalah obat penghilang semua lelah, letih, lemas kesal bahkan marah pun akan melunak, tapi itupun sesuai kondisi dan situasi.

"Aris siap-siap kita latihan boxing". Dengan semangat kepalan tangan yang memegang sendok berisi puding Qiara akan melampiaskan amarahnya dengan menendang alat-alat latihan.

"Semangat bener anak mama". Rina mengulas senyum melihat semangat Qiara.

"ia dong nafsu itu harus di salurkan dengan sesuatu yang bermanfaat". Katanya sok bijak, membuat Rina dan Aris terkekeh mendengarnya.