Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06.
"Astaga sayang kamu dimana ? Jangan buat aku khawatir". Erlan terlihat kelabakan sendiri mencari keberadaan Selena. Ia sudah keliling area rumah sakit dan tak kunjung menemukan istrinya itu. Bahkan puluhan panggilan telepon dari nya juga tak dijawab.
"Ayo angkat Sel..." lirih Erlan berucap seraya masih mencoba menghubungi Selena, berharap panggilannya kali ini diangkat.
Tapi, tetap saja nihil. Selena tak juga mengangkatnya bahkan Erlan mencoba nya sekali lagi justru malah yang terdengar suara operator yang mengatakan jika nomor Selena tak aktif.
"Aarrrghhh..." Erlan menggeram frustasi seraya mengusap kasar wajah nya dan menyugar rambutnya kebelakang.
"Dimana kamu Sel. Jangan membuatku cemas seperti ini".
Tiba-tiba, Erlan baru teringat jika papa Riza masih dirawat dirumah sakit tersebut. Mungkin, Selena kembali kesana.
Ya, tanpa pikir panjang Erlan bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang rawat papa Riza. Tanpa mengetuk pintu nya, Erlan langsung melenggang masuk begitu saja.
Sontak saja, Mama seketika mengalihkan pandangan mereka menatap kearah pintu. Sedangkan, Papa Riza belum sadarkan diri.
"Erlan.." panggil mama Jana ketika melihat menantunya itu hanya berdiam diri diambang pintu tapi pandangan matanya mengedar menatap sekeliling seolah tengah mencari sesuatu.
Erlan berjalan mendekati kedua mertua nya. "Mah, apa Selena ada disini?" tanya Erlan
Mama Jana menggeleng, "Tidak Lan, tadi Selena bilang mau ke supermarket yang ada didepan lobi. Tapi, ini udah satu jam belum balik lagi".
Mendengar itu, Erlan menghela nafas kasar seraya menekan pelipis nya. Mama Jana yang melihat raut wajah frustasi menantunya itu mengernyitkan keningnya penasaran.
"Ada apa Lan? Apa terjadi sesuatu pada Selena ?" ujar nya bertanya khawatir
Erlan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Gak mah, Selena baik-baik saja. Ya sudah kalau begitu Erlan susulin Selena dulu".
"Hm..." Sahut mama Jana mengangguk sambil berdehem
Tak mengatakan apapun lagi, Erlan berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya keluar menuju supermarket yang ada didekat lobi depan.
Tapi, baru saja dirinya hendak berjalan masuk kedalam supermarket tersebut tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Dr. Erlan.."
Seketika Erlan menghentikan langkah kakinya berbalik badan menghadap kearah sumber suara.
"Mail, ada apa ?" tanya Erlan pada seorang perawat pria yang berdiri tak jauh darinya
"Para anggota medis yang diperbantukan di rumah sakit Sabda Husada akan segera berangkat. Dr. Raja meminta anda dan semua nya untuk berkumpul dihalaman belakang rumah sakit". Kata Mail
Erlan terdiam sejenak tertegun di tempatnya. Wajahnya menegang, pikirannya bercampur aduk antara tanggung jawab dan kekhawatiran memikirkan Selena.
“Tapi… aku harus cari istriku dulu, Mail". Ucap Erlan dengan suara yang terdengar gelisah.
Mail tampak ragu, namun ia harus tetap menyampaikan pesan dari atasannya itu, “Maaf, dok, tapi dr. Raja bilang semuanya harus berangkat sekarang. Ambulans sudah disiapkan di halaman belakang.”
Erlan tak langsung menyahut, ia menatap lagi layar ponselnya yang masih sama, tak ada tanda panggilan terjawab ataupun pesan masuk dari Selena. Ia menarik napas panjang, mencoba untuk menenangkan diri.
“Baiklah, aku ke sana sekarang,” ujarnya singkat lalu menyelipkan ponselnya kedalam saku jas dokternya.
“Ah iya dok, saya juga sudah bereskan semua barang milik dokter di ruang kerja. Laptop, map laporan, sama perlengkapan pribadi dokter sudah saya pindahkan ke ambulans,”tambah Mail. "Jadi dokter tidak perlu lagi kembali keruangan".
Erlan hanya mengangguk kecil. “Iya, terima kasih Mail.”
"Sama-sama Dok, kalau begitu saya harus kembali kehalaman belakang untuk membantu mengecek keperluan yang lain". Kata Mail
"Hmm.." sahut Erlan berdehem seraya mengangguk singkat.
Setelah Mail pergi, Erlan juga bergegas berjalan cepat menuju halaman belakang rumah sakit, langkahnya sedikit tergesa. Namun pikirannya sama sekali tidak fokus pada tugas yang akan diembannya. Pikirannya terus memikirkan di mana istrinya itu berada sekarang.
Sesampainya di area belakang, suara mesin ambulans yang sudah menyala terdengar jelas. Erlan berhenti sejenak, sempat menoleh ke arah lobi depan. Dalam hati, ia masih berharap Selena muncul dari arah sana, tapi yang ada hanya lalu-lalang pengunjung rumah sakit.
"Dr. Erlan semuanya sudah siap. Bisa kita berangkat sekarang?" lapor salah satu sopir perawat yang berdiri disamping ambulans.
Erlan hanya menoleh sekilas seraya menganggukkan kepalanya singkat. Ia kemudian merogoh kembali saku jas nya mengambil ponsel, menatap layar benda pipih itu yang masih terlihat sama. Ribuan pesan dan panggilan telepon dari nya tak ada satupun yang dibalas ataupun dilihat oleh Selena.
Sekali lagi, Erlan menekan tombol daya mencoba memanggil lagi nomor Selena berharap perempuan itu menjawabnya. Tapi, tetap sama saja. Hanya ada terdengar suara operator yang menyahut.
Dengan kesal, Erlan memasukkan kembali ponsel nya kedalam saku jas dokter nya.
“Kita berangkat sekarang," Titah Erlan dengan tegas
Ia segera naik ke dalam ambulans, duduk di kursi belakang. Pintu ditutup dengan rapat, dan tak lama kemudian kendaraan itu mulai bergerak, melaju pelan meninggalkan rumah sakit Mentari Medika menuju rumah sakit Sabda Husada.
.
.
Sudah satu jam lamanya, Selena duduk berdiam diri ditaman Masih mencoba untuk menenangkan diri.
Selena menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya lalu menghembuskan nafas itu perlahan. Berharap rasa sesak didada nya sedikit mereda.
Setelah itu, Selena merogoh tas kecilnya mengambil ponsel. Jari jemari lentiknya dengan lincah menggulir layar berukuran 6. 9 inci tersebut mencari nomor telepon seseorang. Setelah menemukan nomor itu, Selena segera mendial nya.
Hanya dengan sekali panggilan, telepon pun langsung terhubung.
"Lili..." sapa Selena lebih dulu pada asisten pribadinya sekaligus sahabatnya.Suara nya terdengar serak dan lirih
"Ya Sel? Ada apa ? kamu baik-baik aja kan ?" ujar Lili dari seberang telepon. Ia menjadi cemas dan khawatir saat mendengar suara Selena.
"Li... aku mau minta tolong sama kamu," ucap Selena pelan. Suaranya terdengar bergetar, tapi ia berusaha untuk tetap terdengar tenang.
Lili yang ada di seberang sana spontan terdiam beberapa detik. “Tolong? Tolong apa, Sel? Kamu kedengaran aneh… kamu habis nangis ya?” tanyanya pelan.
Selena menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca lagi. “Aku mau kamu bantu urus berkas-berkas perceraian aku dan Erlan.”
Lili langsung tertegun di tempatnya. “A–apa? Perceraian? Sel, kamu bercanda kan?".
"Aku serius Li, tolong bantu urus perceraian aku dengan mas Erlan. Aku aka-"
"Stop! Sekarang kamu lagi ada dimana? Aku segera kesana". Potong Lili dengan cepat
"Ditaman seberang rumah sakit Mentari Medika". Jawab Selena lirih
Tut!
Tanpa membalas apapun, Lili langsung mematikan sambungan telepon itu. Begitu panggilan berakhir, tangan Selena langsung jatuh lunglai diatas pangkuannya dengan ponsel yang masih ia genggam.
Air matanya kembali jatuh berlinangan. "Aaa Tuhan! Kenapa sesakit ini!!!!!"
.
.
.
Haii jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih ❤️🎀
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang