Pura-Pura Miskin

Rasya memasukkan kakinya kedalam air, dingin langsung menyambutnya. Dia berjalan dan memilih duduk diatas sebuah batu besar. Memainkan air yang mengalir di bawahnya. Lili kembali berjalan dan memilih duduk di sebuah batu yang tak jauh darinya. Sama keduanya bermain air.

"Kau tahu." Rasya tiba tiba berbicara tanpa menoleh kearah lili.

"Dulu aku sering datang ketempat ini jika sedang galau, aku akan menjerit dan berteriak sepuasnya disini tanpa ada yang tahu atau mendengar keluh kesah ku."

"Oh ya, aku pikir orang seperti mu tak pernah memiliki masalah."

"Maksudmu?"

"Bukankah kau adalah pembuat masalah, sudah pasti kau tidak memiliki masalah." ejek lili dan menatap sinis kearah Rasya.

"Kau..!

Rasya tak melanjutkan ucapannya dia memilih bungkam, entah kenapa dia merasa tidak terima dengan ucapan lili.

"Bukankah yang aku ucapkan benar, kau yang membuat aku kehilangan semua kontrak kerjaku, kau menjadikan ku pengangguran, kemudian kau membuatku berhutang, serasa semuanya belum cukup kau bahkan menjebak ku dalam hubungan ini. Apa namanya kalau bukan pembuat masalah!"

Lili menjelaskan panjang lebar.

"Lalu ini semua salahku? ingat kaulah yang memulai semuanya."

"Kenapa jadi aku?" cebik lili kesal.

Rasya tak menjawab, wanita memang selalu merasa menang. Lebih baik aku diam saja.

Tiba tiba lili merasakan air yang mengenai pakaiannya, ternyata Rasya menyiramnya dengan air, sengaja menyiramkan air kearah nya, merasa tak mau kalah. lili membalasnya dan akhirnya mereka berdua siram siraman hingga basah. pertengkaran diantara keduanya berubah menjadi tawa.

"Sudah, aku sudah lelah" ucap lili sambil menahan nafasnya yang sedikit ngos ngosan. lelah karena bermain air. lili berdiri sedikit membungkuk untuk mengatur nafasnya.

Tanpa diduga Rasya sudah berada dibelakang dan tiba tiba menggendongnya,

"Eh... apa yang ingin kau lakukan, turunkan aku..!

Byuuur!!!!

Rasya membanting tubuh lili kedalam air yang dalam, kemudian dia tertawa puas dan berenang menjauh. senang rasanya bisa mengerjai lain Lili.

Tubuh lili terbenam kedalam air, beberapa detik menunggu lili tak kunjung nampak di permukaan, barulah setelah beberapa detik nampak lili yang berteriak minta tolong, tangannya berusaha menggapai air namun kemudian tenggelam.

"To..long...to... long" terdengar suara lili minta tolong. Tubuhnya nyaris tenggelam.

Rasya terkejut, secepatnya dia berenang kearah lili dan berusaha menyelamatkan nya. Rasya panik, dia tak menyangka lili tidak bisa berenang. Susah payah Rasya berusaha hingga akhirnya bisa menangkap tubuh lili dan memeluknya kemudian dia akan membawanya kearah tepian. Rasya menggendongnya karena lili berpura pura pingsan.

Rasya membaringkan lili, kepalanya kini berada di pangkuan Rasya.

"Lili, lili bangun Li, Li bangun?' Rasya menepuk pipi lili dan berusaha membangunkannya.

Wajahnya semakin pucat dan dia benar benar khawatir."Li... bangun Li....Li....lili...."

"Hahahaha..." lili membuka matanya dan tertawa puas. Akhirnya dia bisa membalas Rasya.

Rasya tentu saja kaget. "Kau.. mengerjai ku!" ucapnya kesal, jangan tanya tatapan matanya yang tajam siap menghunus leher lili.

"Kenapa kau marah, bukan kah kita impas!" lili balas menatap mata Rasya.

"Tapi itu tidak lucu!" bentak Rasya.

Dia bangkit dan berdiri, membiarkan lili yang masih berbaring di tanah. Dengan kesal mengibaskan tangannya membersihkan pasir yang melekat di pakaiannya yang basah. Rasya berjalan kearah motornya.

Lili terkejut dengan ekspresi rasya. Muncul rasa bersalah dihatinya, dia hanya berniat mengerjai balik Rasya, tapi kenapa dia sangat kesal dan marah?

Lili bangun dan membersihkan dirinya di sungai kemudian dia berjalan kearah Rasya. "Maaf" ucapnya lirih.

"Ayo pulang!"

Rasya tak menjawab ucapannya, dia memilih berdiri disamping motornya dan bersiap siap untuk naik..

Lili memberanikan diri menyentuh tangan Rasya, "Maafin aku," lili menatap wajah Rasya yang berubah dingin. masih terlihat jelas kekesalan diwajahnya.

"Naik atau ku tinggal!"

Lagi Rasya berbicara tanpa melihat dirinya.

"Kamu kenapa sih, aku cuma bercanda. Dan aku sudah minta maaf, tapi kenapa kamu masih marah. Lagipula kamu kan yang mulai duluan!" lili membentak. Habis sudah Kesabarannya.

"Aku tidak marah! dqn aku sudah maafin kamu. ayo kita pulang." Rasya berusaha meredam emosi nya, dia tak mau meladeni lili karena mereka pasti akan bertengkar.

"tapi kamu cuekin aku!" lagi lili menyulut emosinya.

"Karena aku khawatir sama kamu, aku takut. aku pikir kamu beneran akan tenggelam dan... Sudahlah kamu ngga akan ngerti."

"Apa yang aku nggak ngerti!"

"Tidak ada, ayo kita pulang." kali ini Rasya berbicara dengan nada lembut.

Hampir saja aku keceplosan, bisa besar kepala dia jika dia tahu aku ketakutan, aku khawatir, aku takut kehilangan dia.

"Kak, maafin aku ya!" lili juga sudah mengganti nada bicaranya. kali ini terdengar tulus dan lirih.

"Sudahlah, aku sudah memaafkan mu."

"Berarti kita baikan donk, teman!" ucapnya sambil mengajukan jari kelingkingnya. Wajahnya tersenyum manis.

Rasya tertawa pelan. "Teman" Rasya mengaitkan jari kelingkingnya.

Ya ampun, aku seperti anak kecil. Tapi melihat senyum diwajahnya sungguh menggemaskan. aku merasa dia sangat manis dan imut.

"Ayo kita harus segera pulang, bajumu basah, nanti kau masuk angin."

"Kan ini semua karena kakak, coba tadi kakak tidak menyirami aku, aku tidak akan basah."

"Kenapa jadi aku yang salah, kan kamu yang mulai duluan mengatai aku pembuat masalah!" Rasya kembali merasa kesal dengan ucapan lili.

"Sudah kak jalan, kapan kita pulangnya kalau kita berdebat terus. aku kedinginan kak!"

"Peluk aku!" Rasya menarik tangan lili dan meletakkan nya di pinggangnya.

Kemudian dia mulai menjalan motornya. Mereka kembali melalui jalan terjal dan curam.

"Pelan pelan kak, aku belum mau mati." ucap lili ketika dia merasa ngebut.

Merasa tak ada tanggapan, lili mencubit pinggang Rasya, "Auw..sakit. Kau ingin kita jatuh, dan kecelakaan!" bentak Rasya dan memelankan laju kendaraannya.

"Aku belum kawin kak, jadi aku belum mau mati." jawab lili.

Rasya tertawa. Ada ada saja. Aku juga belum mau mati, lili ..lili...

Raysa merasakan pelukan lili semakin kuat di pinggangnya. Lagi dia tersenyum. Hari ini dia merasa sangat bahagia.

Setengah jam kemudian mereka sampai di villa, Rasya meminta Bik Minah membuat wedang jahe untuknya dan lili. Kemudian dia ke kamarnya mandi air hangat dan berganti pakaian.

Rasya mengetuk pintu kamar lili, lili panik dia tidak membawa baju ganti, saat ini dia hanya menggunakan handuk.

Rasya memanggil bik Minah. "Bik, berikan ini pada lili."

Rasya memberikan kaos oblong, kemeja lengan panjang dan celana training.

"Naik den"

Setelah minum wedang jahe dan makan mereka pulang.

Lili tertidur di sepanjang perjalanan. Rasya memperbaiki duduknya agar lebih nyaman. Dia membiarkan lili tertidur pulas. sesekali dia melirik dan tersenyum.