NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEBOHONGAN ALISHA

Pintu ruangan tertutup dengan suara berat.

Brak.

Sunyi. Hanya detak jantungnya sendiri yang terdengar begitu kencang di telinganya. Alisha menunduk, menatap bayangannya di cermin. Bibirnya basah, sedikit membengkak. Di lehernya, bekas merah itu—kenangan dari seseorang yang seharusnya tak pernah kembali.

Tangannya gemetar saat mengoleskan foundation ke kulitnya, mencoba menutupi jejak perasaan yang tertumpah barusan.

Apa yang baru saja kulakukan?

Nafasnya tercekat, dada terasa sesak. Pandangan matanya berkabut, namun ia paksa untuk tidak menangis. Tidak lagi. Bukan di tempat ini.

Kenapa harus datang? Kenapa harus sekarang? 

Ia menggigit bibirnya, menahan emosi yang merambat pelan ke dalam dada. Perasaannya kacau, campur aduk antara penyesalan dan kelegaan.

Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri… Aku menikm4ti Sentuh4nnya. Kehangatannya. Bahkan… untuk sesaat, aku lupa semua rasa sakit masa lalu. Tapi itu hanya sesaat. Dan aku tidak boleh tenggelam dalam sesaat itu.

Air matanya jatuh setetes. Cepat ia hapus dengan tisu.

Tubuhnya melemas. Ia menunduk, meremas ujung gaun yang menutupi p4hanya.

Ia memejamkan mata. Mengingat malam itu—malam yang kabur dalam ingatannya. Malam saat dirinya terlalu lemah, terlalu putus asa, dan hanya menginginkan rasa aman.

Ia mendongak, menatap bayangannya di cermin.

Suara langkah cepat dari luar mulai terdengar. Pintu diketuk dengan tergesa.

“Alish… Alish…” Suara Elsa.

Pintu terbuka perlahan. Elsa masuk dengan tergesa, napasnya memburu seperti habis berlari.

“Alish… kamu tidak apa-apa kan?!” tanyanya cemas sambil memandang sekeliling ruangan dengan mata gelisah.

Alisha menoleh pelan. Riasan wajahnya sudah rapi. Tidak ada air mata. Tidak ada jejak merah. Semuanya tersamar dengan baik, kecuali sesuatu yang masih membekas di lehernya—tanda yang tidak sempat ia sembunyikan sepenuhnya.

Mata Elsa membulat saat melihatnya.

“Ya Tuhan… itu di lehermu…” Elsa mendekat dan meraih dagu Alisha, memperhatikan lebih dekat. “Alish, kalian berdua… kalian barusan—?”

Alisha diam. Tangannya pelan menurunkan tangan Elsa dari wajahnya.

“Sebentar lagi kita pulang. Thea minta dibelikan pizza,” ujarnya pelan, seolah mencoba mengalihkan.

Namun Elsa tidak mudah ditipu.

“Alish! Kau tidak bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa! Itu—itu pe m4k saan! Kau bisa lapor polisi! Walaupun dia CEO, dia tidak bisa seenaknya me m4k samu begitu!”

Alisha menatap Elsa dengan tenang, tapi matanya menyiratkan peringatan.

“Kau tidak tahu masalahnya, Elsa. Kita hanya perlu menyelesaikan kontrak tiga bulan kerja di sini. Lalu kita pergi. Kembali ke California, seperti rencana awal.”

“Tapi, Alish… !”

Alisha menghela napas panjang, lalu berdiri. Ia mendekati kaca, menatap dirinya sendiri, lalu memutar tubuh menghadap Elsa.

“Aku sudah pernah kehilangan segalanya, Els. Harga diri, masa depan, bahkan hampir kehilangan Thea. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh hidupku lagi, kecuali aku yang mengizinkannya.”

Mata Elsa memanas. Ia tahu, sahabatnya ini sedang menahan badai dalam dirinya.

“Alish… apa dia ayah dari Thea?” tanyanya hati-hati.

Tubuh Alisha menegang.

Beberapa detik ia terdiam, lalu menggeleng pelan. “Bukan. Dia bukan ayah Thea.” Ucapannya cepat, terlalu cepat untuk tidak dicurigai.

Elsa memperhatikan wajahnya. “Kau bohong. Tatapanmu itu—aku sudah lihat terlalu sering. Kau menyembunyikan sesuatu.”

Alisha tak membalas. Ia hanya membuka tas, menyimpan beberapa alat rias, lalu berkata pelan, “Kalau aku jujur, dunia akan menarik semua yang sudah kupunya. Thea adalah milikku. Aku melindunginya dengan segala cara… bahkan kalau aku harus membohongi semua orang.”

Elsa menelan ludah. Tangannya gemetar.

“Kau takut pria itu akan merebutnya?”

Alisha menoleh dengan tatapan penuh luka, tapi juga ketegasan. “Aku tahu seperti apa pria itu. Sekali dia tahu Thea adalah darah dagingnya, dia tidak akan berhenti. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun—bahkan ayah kandungnya—mengambil Thea dari pelukanku.”

Elsa terdiam. Tak ada lagi yang bisa dikatakan.

Satu-satunya suara yang terdengar kini hanyalah deru napas mereka, dan suara notifikasi ponsel Alisha yang baru masuk. Dari layar terlihat:

“Mommy, Thea tunggu pizza-nya ya!”

Alisha tersenyum lirih. Ia menggenggam ponsel itu erat, seolah ingin menahan dunia agar tak merenggut anaknya.

**

Diparkiran.

Jimmy belum sempat membuka pintu, saat suara deru mobil terdengar memekakkan telinga.

"T-Tuan! Tunggu!" serunya dari belakang, namun sia-sia.

Theo melesat dengan mobil sport hitamnya, melintasi jalanan kota Toronto dengan kecepatan di atas batas normal. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup rapat, dan tatapannya fokus menembus jalanan. Emosi yang bergejolak dalam dirinya membuat setiap tekanan pedal gas terasa seperti pelampiasan.

Bayangan wajah Alisha tak berhenti bermain di kepalanya. Ekspresi gadis itu ketika menolaknya... dingin, menyakitkan. Tapi yang paling membuatnya tidak tenang—mata Alisha yang berlinang air mata itu, seolah menyimpan kebenaran yang ingin ia tutupi.

"Dia bohong... Dia pasti bohong..." gumam Theo sambil menggenggam setir kuat-kuat.

Mobil itu berhenti dengan rem mendadak di pelataran sebuah hotel bintang lima. Tanpa menunggu petugas valet, Theo keluar dan menyerahkan kunci sembari melemparkan tatapan tajam.

"Pastikan mobil saya aman. Jangan sentuh apa pun."

Ia melangkah cepat menuju lobi. Setelan jasnya berantakan, rambutnya sedikit acak, dan aura gelap di wajahnya cukup membuat resepsionis tak berani menyapanya.

Dalam kamar presidential suite yang luas, Theo langsung meraih ponselnya. Tangannya bergetar sedikit saat ia menekan nomor yang sudah lama tak ia hubungi.

"Bawa satu wanita sekarang. Seperti biasa. Yang tahu cara... menyen4ngkan pria."

Tak butuh waktu lama. Lima belas menit kemudian, seorang wanita dengan tubuh ramping dan dandanan mencolok masuk ke dalam kamar.

"Halo, Tuan. Aku—"

"Jangan banyak bicara. cepat, lakukan tugasmu" potong Theo dingin.

Wanita itu tersenyum genit, lalu mulai mendekat. Ia menanggalkan mantel panjangnya, memperlihatkan l!ngerie tipis yang hanya menutupi sebagian kecil tubuhnya. Tangannya terulur, menyentuh d4da Theo, turun ke perut, lalu mencoba me r4ng sang nya.

Namun... tak ada reaksi.

Theo hanya memejamkan mata, berharap tubvhnya menanggapi. Tapi tidak. Tak ada g4i rah, tak ada getaran. Burung perkututnya... tetap tertidur lelap, tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Wanita itu mencoba lebih 4gresif. "Sayang, kau terlalu teg4ng. Biar aku bantu—"

"Berhenti." suara Theo terdengar berat, menahan amarah.

"Sekarang. Pergilah."

Wanita itu tertegun. "Tapi... aku dibayar—"

"Akan kubayar dua kali lipat. Tapi keluar dari sini sekarang." Wajah Theo dingin. Tatapannya kosong.

Wanita itu segera mengambil mantel dan tasnya, lalu pergi tanpa bicara lagi. Pintu kamar tertutup kembali. Sunyi. Hanya terdengar napas berat Theo yang terengah.

Ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa kulit, lalu menunduk, menatap kedua tangannya sendiri.

"Apa-apaan ini..." gumamnya lirih.

Ia menarik rambutnya frustasi. "Sial. Kenapa aku... kenapa hanya dia yang bisa membuatku begini?"

Bayangan Alisha kembali muncul di benaknya. Suara rinti h4nnya. De s4 han napasnya. Wajahnya yang malu-malu namun tak benar-benar menolak. Semua itu membakar tubuh Theo dari dalam.

Tapi saat wanita lain yang menyentuhnya—tak ada apa-apa.

"Tubuhku... sudah kecanduan. Sialan. Aku bahkan tidak bisa... meni duri wanita lain sekarang? Karena satu perempuan itu?"

Ia bangkit, berjalan ke minibar, lalu meneguk sebotol wine langsung dari leher botol.

"Kalau memang dia menyembunyikan anakku... aku akan cari tahu. Dan saat itu terjadi, aku akan ambil semuanya. Dia, anak itu... tak satu pun akan bisa lepas dariku."

Theo menatap pantulan dirinya di kaca jendela besar yang menghadap kota Toronto.

Matanya menajam, menyimpan tekad yang perlahan tumbuh jadi obsesi.

1
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kan ibu suri di balik layar
vj'z tri
ibu suri kah 🤔🤔🤔
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 putar haluan Dady
vj'z tri
Dady datang 🎉🎉🎉
Bu Dewi
seru kak, gak sabar nunggu kelanjutannya😍😍😍😍
Ndha: ok kak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!