Evan Bramasta, cowok berbadan tinggi, kulit putih dan hidung bangir. Berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah Sekolah Menengah Atas dan sudah mempunyai seorang istri atas perjodohan dari orang tuanya. Istrinya bernama Sabina Elliana yang bekerja di sekolah yang sama dengan suaminya.
Beberapa bulan belakangan ini, Evan selalu memperhatikan seorang murid perempuan yang selalu membuatnya sakit di bagian bawah. Ia menginginkan gadis itu menjadi miliknya dengan cara apapun.
Namanya Ziyara Liffyani, gadis yatim piatu berparas cantik di usianya yang baru 17 tahun. Dia harus bekerja paruh waktu di toko buku untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ziyara juga diam-diam sangat menyukai guru olahraganya itu. Apa pun akan Ziyara lakukan untuk menggapai cita-citanya dan mendapatkan keinginannya, termasuk menjadi istri simpanan guru olahraga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetangga Baru
Enam bulan kemudian ....
Sejak kejadian 6 bulan yang lalu, Sabina benar-benar tak lagi menghubungi Evan, ia juga telah bercerai dengan Evan dan bertekad untuk melupakan Evan. Sabina juga telah berhenti mengajar dan sekarang ia membuka toko bunga.
Ziyara pun sekarang sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan lulus, usia kandungannya pun sudah menginjak 6 bulan, Sayangnya ia harus home schooling karna perintah sang suami.
Hari ini Evan pergi mengajar seperti biasa, sedangkan Ziyara hanya di rumah dengan HP dan drama Koreanya. Sedang asik meng scroll HPnya, tiba-tiba ada yang memencet Bell rumahnya, dengan perut yang sudah membuncit, Ziyara berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang sore-sore begini ke rumahnya. Ia membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang datang ke rumahnya.
“Bu—buk Sabina?" gagap Ziyara.
“Ziyara?" Sabina sama terkejutnya dengan Ziyara.
“I—ibu ngapain di sini?" tanya Ziyara.
“Kamu?" Sabina melihat ke arah perut Ziyara yang membesar.
Ziyara nampak kebingungan untuk menjawab pertanyaan Sabina, Sabina yang melihat raut tak enak dari wajah Ziyara pun langsung menyodorkan makanan yang ia bawa.
“Ziyara, ini ibu bawa makanan, ibuk baru pindah di sebelah rumah kamu," ucap Sabina.
Ziyara menerima makanan yang di berikan Sabina padanya, setelah memberi makanan tersebut Sabina berniat untuk kembali ke rumahnya, tapi sebuah mobil yang sangat ia kenali memasuki pekarangan rumah Ziyara.
Pemilik mobil tersebut keluar dan matanya beradu pandang dengan mata Sabina. Mereka sama-sama terkejut dan Sabina segera memutuskan pandangan mereka.
Pemilik mobil itu berjalan menuju ke arah Ziyara dan menyapa Sabina dengan senyuman. Ziyara menyambut pemilik mobil itu yang ternyata adalah Evan, suaminya dengan mencium tangan Evan.
“Ngapain di luar?" tanya Evan.
Ziyara tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini.
Sabina yang bingung dan penasaran pun langsung bertanya kepada Evan. “Jadi dia istri kamu mas?" tanya Sabina.
“Iya."
“Oh, selamat ya Ziyara," Sabina mengulurkan tangannya memberi selamat kepada Ziyara.
“Mmm makasih ya Buk," balas Ziyara.
“Ya udah, kalau gitu ibuk permisi dulu ya, kapan-kapan main ke rumah ibuk ya Ziyara," pamit Sabina pada Ziyara.
“Aku pamit ya mas," sambung Sabina ada Evan.
Setelah melihat kepergian Sabina, Evan mengajak istrinya untuk masuk ke dalam rumah.
“Dia tetangga baru kita?" tanya Evan.
“Kenapa? Suka dia jadi tetangga kita?"
“Astagfirullah Sayang, nuduh Mulu ih."
“Ngapain nanya-nanya, kan udah tahu," ucap Ziyara.
“Daddy gak tahu Sayang, mangkanya Daddy nanya."
“Tahu, ah."
“Bumil kok ngambek teruss," ucap Evan sambil mengusap-usap perut buncit Ziyara.
“Mandi sana, Dad, habis dari luar itu langsung mandi," omel Ziyara.
“Iya iya Sayang, Daddy mandi dulu ya."
“Hmm."
Sembari menunggu suaminya selesai mandi, Ziyara menyiapkan makan malam untuknya berdua dengan suaminya. Ia memasak makanan kesukaan Evan yaitu SOP ayam dan perkedel kentang. Tampak Evan turun dengan mengenakan boxer dan baju kaos hitam serta rambut yang masih basah dan handuk kecil di tangannya. Evan memberikan handuk kecil itu kepada Ziyara untuk mengeringkan rambutnya.
“Kebiasaan banget deh, Dad, keringin dulu kenapa."
“Kan ini lagi di keringin Sayang," ujar Evan.
“Tiap hariiiii begini," omel Ziyara.
“Tiap hariiiii ngomel," balas Evan.
“Ngomel aja gak pernah di dengerin, apa lagi di diemin."
“CUP!”
Evan mencibir bibir istrinya sekilas dan mengambil handuk kecil yang di pegang Ziyara.
“Ya udah makan yu, Daddy laper."
Ziyara menyendokkan nasi serta lauk ke dalam piring suaminya dan menyiapkan minum suaminya lalu ia menyendokkan nasinya sendiri ke dalam piring kemudian mereka makan dalam keadaan hening, karna Evan tidak suka makan sambil mengobrol. Setelah selesai makan, mereka duduk di depan tv dengan alas karpet berbulu tebal.
Evan menyandarkan badannya ke sofa dengan kaki mengangkang lebar sedangkan Ziyara duduk di depan suaminya sambil menyandarkan badannya di dada bidang Evan. Evan memeluk Ziyara dari belakang dan mengelus elus perut istrinya.
“Daddy gak sabar pengen ketemu kamu dek," ucap Evan.
“Adek juga gak sabar mau ketemu Daddy," balas Ziyara dengan menirukan suara anak kecil.
“Cepat keluar ya Sayang, Daddy capek di omelin mommy kamu terus."
“Emang mommy ngomelin apa, Dad?" tanya Ziyara.
“Semuaaaa di omelin, sampe pusing Daddy."
“Gak mau pusing gak usah punya istri, Dad," balas Ziyara.
“Hahaha bercanda Sayang."
“Mommy," panggil Evan.
“Hm."
“Kok tambah gede ya," ucap Evan sambil menguyel, dada Ziyara dari luar bajunya.
“Namanya juga lagi hamil, ya makin gede lah."
Evan memasukkan tangannya ke dalam baju daster yang di pakai Ziyara, ia meraba perut buncit istrinya dan naik ke atas menangkup si kembar yang semakin membesar. Ia meletakkan dagunya di bahu Ziyara, sesekali ia kecup dan ia santap leher putih Ziyara lalu ia vacum daun telinga istrinya.
“Sssshhh," desis Ziyara.
“Kenapa mom?"
“Nhhh."
Evan semakin gencar menyantap dan menghisap leher istrinya, sudah terdapat banyak bekas capungan di leher putih Ziyara.
“Ahhh ... ahhhhh, Dad."
“Iya Sayang."
“Mommy On, Dad ohh.”
“Boleh Daddy jengukin adek Sayang?" tanya Evan.
“Boleh, Dad, tapi jangan kenceng-kenceng ya."
“Iya Sayang."
Evan menurunkan tangannya menuju ke arah paha Ziyara, ia raba paha mulus Ziyara lalu tangannya beralih ke rahim Ziyara yang sudah basah, ia usap rahim istrinya dari luar celana dalam kemudian ia gesek bibir rahim istrinya dengan gerakan turun naik, Ziyara melentingkan badannya ke depan karena ulah jari suaminya.
“Ahhh ... ahhhh Daddy hhhhh."
“Pegang titid Daddy Sayang."
Ziyara memegang tombak Evan dan menguyelnya pelan, sedangkan jari Evan kini telah masuk ke dalam rahim istrinya, ia kobok rahim Ziyara dengan kecepatan sedang, tangan kirinya menguyel, Dada dan menarik kismis keras Ziyara.
“Ahhh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh ... ouuuhh ... ahhh, Dad ... Ahh ... enak banget, Daddy aah."
"Tangan mommy juga Enakk ... ahhh, bikin Daddy On."
“Mmhhhh adek kangen sama Daddy," ucap Ziyara.
“Iya Sayang, Daddy lebih kangen mau jengukin adek."
“Mau keluar, Dad. Ahhh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhhh."
“Keluarin Sayang, basahin jari Daddy."
“Ahhh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh ... ouuuuh ... ahhh keluar, Dad, mommy keluar Sayang ... aahhh ... ahhhhhhhhh."
SRRRTTT
SRRRTTT
SRRRTTT
Evan menarik keluar jarinya kalau menyantap sisa cairan yang berada di jarinya, ia membuka baju kaos serta boxer dan celana dalam yang ia pakai lalu membuka daster dan celana dalam yang Ziyara pakai.
“Mommy mau di atas, Dad," ucap Ziyara.
“Iya Sayang, sini."
Ziyara naik ke atas pangkuan suaminya, ia gesek gesek terlebih dahulu rahimnya ke tombak Evan kemudian ia masukkan tombak yang keras itu ke dalam rahimnya.
JLEEEBBBBHHH
“Aakkkhhhhhh ... sssshhh Daddy."
“Nngghh ... jepit banget Sayang."
“Mmhhh titid Daddy panjang banget, Dad."
“Adeeek ... Daddy jengukin adek lagi inii ... nhhh."