Brian Kurnia adalah laki laki dari keluarga miskin yang sedang mengambil kuliah disalah satu universitas kedokteran di kota jasin. Karena kebutuhan mendesak untuk membayar pengobatan ibunya, dia nekat melakukan rekaya kecelakaan dijalan raya. Namun naasnya dia bertemu pengendara yang salah, alih alih menginjak rem pengendara itu malah menginjak gas dalam dalam sambil menutup mata dengan kedua tangannya. dengan perasaan menyesal Brian tertabrak mobil tersebut dengan kencang. Setelah Brian ditabrak, dia tidak sadarkan diri dan dalam alam bawah sadarnya dia mendapatkan sebuah warisan jurus medis kuno. Setelah mendapatkan warisan itu dia mengetahui segala hal mengenai semua jenis ilmu pengobatan dan jurus bela diri yang luar biasa dan berhasil membuat banyak wanita suka kepada nya. Dalam perjalanannya Brian berhasil membuat namanya menjadi dikenal diseluruh dunia dengan kemampuan pengobatan dan ilmu beladirinya yang hebat. sampai suatu ketika terjadi invasi dari alam lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menanyakan Kesalahan
"Tidak masalah, tidak masalah ..." Pria bergaya rambut mohawk takut mati di hadapan Brian, dia bergegas mengeluarkan uang dari saku keempat orang itu, totalnya sekitar delapan hingga sepuluh juta.
"Kak, kami hanya punya sebanyak ini, apakah kamu boleh membiarkan kami pergi?" Pada awalnya, Brian tidak begitu puas dengan jumlah uang yang diterimanya. Namun, pada saat ini Gina melangkah maju dan berkata, "Brian, cepat biarkan mereka pergi."
"Karena Ibuku, hari ini aku tidak akan mempermasalahkan masalah ini lagi, pergilah. Tapi ingat hal ini, kelak kalian tidak boleh datang ke sini untuk memungut biaya perlindungan lagi. Kalau tidak, aku akan memukul kalian setiap bertemu, ingat tidak?"
"Ya, kami sudah mengingatnya." Para preman itu seperti mendapat pengampunan. Mereka buru buru bangkit dari lantai dan melarikan diri dari kelurahan karena sangat malu.
"Anak muda, kamu hebat sekali, hari ini kamu sudah membantu kami membalas dendam..."
"Bagus sekali, para bajingan ini sudah seharusnya dilenyapkan sejak lama. Kalau aku memiliki kemampuan untuk melawan mereka, sejak awal aku sudah memberi mereka pelajaran…..”
Melihat para preman itu sudah dihajar oleh Brian, banyak tetangga di sekitar pun sangat senang dan terus memuji Brian.
Namun, juga ada tetangga yang khawatir, Pak Ardi, si tetangga sebelah melangkah maju dan berkata, "Brian, kali ini kamu sudah membuat masalah besar. Para preman itu tidak mengerikan, tapi pemimpin di belakang mereka adalah Pak Marco, dia memiliki ratusan bawahan yang berada di bawah kendalinya. Memukul para preman ini sama saja dengan menginjak harga diri Pak Marco, dia pasti tidak akan mengampunimu. Cepat pergi, kamu akan mendapat masalah kalau orang itu kembali."
Setelah mendengar perkataan Pak Ardi, Gina langsung gugup, "Brian, cepat pergi, Ibu yang akan membereskan masalah ini.”
“Ibu, bagaimana cara Ibu membereskannya?" Brian tertawa terbahak bahak, "Mulai hari ini, aku yang akan membereskan semua masalah. Ibu tenang saja, mereka hanyalah preman lokal, tidak ada yang perlu ditakutkan."
Pak Ardi berkata dengan cemas, "Brian, aku sudah melihat kemampuanmu, kamu memang cukup pandai bertarung, kamu memang bisa mengalahkan satu orang, tapi bisakah kamu mengalahkan sepuluh orang? Pak Marco memiliki ratusan bawahan preman, semuanya sangat kejam. Dengarkan nasihatku, cepat pergi."
Brian juga tahu maksud baik Pak Ardi, dia tidak menjelaskan apa pun dan berkata sambil tersenyum, "Bapak tenang saja, bukan hanya aku yang akan pergi hari ini, api Ibuku juga akan pindah dari sini."
Brian berbalik, lalu berkata kepada Gina, "Ibu, ayo pergi denganku."
"Brian, kita mau ke mana? Berapa lama kita pergi? Kalau tidak, kamu pergi sendiri saja, Ibu akan menyelesaikan masalah di sini. Ibumu adalah seorang wanita, mereka tidak bisa melakukan apa pun padaku."
Dari sudut pandang Gina, putranya sudah mencari masalah pada Pak Marco dan ingin bersembunyi untuk sementara waktu. Masalah di restoran tidak bisa dijelaskan dengan satu dua patah kata, jadi Brian berkata, "Ibu, kita bukan pergi untuk bersembunyi, tapi ada hal penting yang harus Ibu lakukan, kelak kita tidak akan kembali ke sini lagi."
Gina bertanya dengan penuh kebingungan, "Tidak akan kembali lagi? Tapi kita masih menyewa rumah setahun di sini."
"Tidak perlu lagi, rumah ini untuk Pak Ardi saja." Sekarang Brian sama sekali tidak membutuhkan beberapa juta uang sewa itu. Lagi pula, beberapa tahun ini Pak Ardi memang telah banyak membantu Gina, Brian pun memberikan beberapa juta yang dia terima tadi untuk Pak Ardi.
"Beberapa tahun ini para preman itu banyak menindas para tetangga, bagikan uang ini untuk semua orang, Pak. Anggap saja sebagai ganti rugi."
Pak Ardi berkata, "Brian, ini uang yang kamu dapatkan kembali, kami tidak bisa menerimanya, kemudian rumah ini, kalau tidak aku akan mengembalikan uang sewanya."
"Tidak perlu, Pak. Bapak terima saja." Brian pun menaruh uang dan kunci rumah di tangan Pak Ardi, lalu dia berbalik dan berkata kepada Gina, "Ibu, ayo pergi."
Gina berkata, "Jangan terburu buru, meski hendak pergi, aku juga harus berkemas."
"Memangnya apa yang harus dikemas? Tinggalkan saja pakaian lusuh itu, nanti kita akan membeli yang baru." Brian tahu bahwa selama ini ibunya hidup hemat, tapi sekarang dia sudah kaya, jadi tidak perlu menderita seperti dulu lagi.
"Tidak, tidak, ada beberapa barang berharga yang harus aku bawa, kamu juga belum menikah. Meski sudah kaya juga tidak boleh boros." Gina tidak rela meninggalkan barang barangnya. Dia mengeluarkan tas kanvas besar dan masuk ke kamar untuk berkemas.
"Ibu, ambil sedikit saja, sisanya kita akan membeli yang baru." Brian tidak punya pilihan, rumah ini terlalu kecil dan sangat sempit kalau dimasuki dua orang, jadi dia menunggu di luar.
Setelah beberapa saat, ponsel Brian berdering. Saat panggilan terhubung, terdengar Sherlene yang berteriak dari ujung telepon, "Brian, di mana kamu?"
"Aku di kelurahan, apa ada masalah?"
"Tentu saja, kirimkan lokasimu, aku akan mencarimu sekarang."
"Baiklah." Meski merasa gadis kecil itu datang untuk membuat masalah, Brian juga tidak peduli, dia lantas mengirimkan lokasinya kepada Sherlene.
Sherlene baru saja menyelesaikan sebuah kasus. Setelah berurusan dengan Kepala Besi, Sherlene baru menyadari bahwa dirinya telah mencari mati karena orang lain. Ternyata orang orang itu datang untuk mencari masalah pada Brian.
Kalau itu orang lain, Sherlene juga tidak akan berbuat apa apa. Namun, pria ini adalah "kakek" yang paling dia benci dan Brian juga membuat mobil Jetta nya ditabrak. Hal ini membuatnya tidak bisa tinggal diam, jadi setelah kasus ini selesai, dia segera mencari Brian untuk menanyakan kesalahannya.
Sherlene mengendarai mobil balapnya dengan kecepatan tinggi ke kelurahan. Saat menuju ke kelurahan, dia menemukan bahwa jalan di sana terlalu hancur, kerangka bawah mobil balapnya terlalu rendah dan tidak bisa masuk ke sana.
"Berengsek, bisa-bisanya dia datang ke tempat bobrok seperti ini," kutuk Sherlene. Kemudian dia memarkir mobilnya dan berjalan masuk. Dari kejauhan, Brian melihat gadis itu datang dengan wajah pucat, dia pun diam diam tertawa dalam hati.
Setelah berdiri di hadapan Brian, Sherlene bertanya dengan galak, "Brian, cepat jelaskan padaku, sebenarnya apa yang terjadi kemarin?"
Brian tetap tenang, dia berkata dengan senang, "Apa yang terjadi? Aku hanya menolong kakekmu, lalu berteman dengan kakekmu, sekarang aku adalah kakekmu."
"Jangan berbasa basi, kamu tahu bukan itu yang aku bicarakan." Sherlene menggertakkan giginya sambil berkata, "Aku membicarakan masalah para preman itu."
"Oh, itu yang kamu bicarakan. Meski setelah itu aku membantu menyelamatkanmu, aku adalah warga negara yang baik, hal itu sudah seharusnya aku lakukan, kamu tidak perlu berterima kasih padaku."
"Terima kasih apa apaan!"
Hari ini Sherlene mengenakan satu set jaket kulit dan celana kulit tipis yang memamerkan tubuhnya yang seksi, dadanya yang berisi bergerak naik turun, membuat Brian merasakan perasaan yang sangat mengagumkan.
"Jelas jelas orang itu datang untuk menyerangmu, tapi kamu membuatku menjadi pelindung."
Brian berkata dengan nada bercanda, "Kamu sudah memfitnahku, saat itu aku tidak mengatakan sepatah kata pun. Aku tidak menyuruh orang itu menghancurkan mobilmu, juga tidak menyuruhmu membelaku. Kamu sendiri yang melakukannya, jadi apa hubungannya denganku?"
"Dasar ... dasar bajingan!" Padahal Sherlene sangat emosi, tapi tidak bisa melampiaskannya, dia berkata, "Aku tidak peduli, ikut aku sekarang, kita pergi ke kantor polisi untuk mengklarifikasi masalah ini."
Saat melihat senyum jahat Brian, seluruh tubuh Sherlene dipenuhi dengan api membara. Dia bertekad untuk memasukkan pria ini ke kantor polisi, setidaknya memasukkannya selama 24 jam.
Brian berkata, "Kamu tidak boleh seperti ini, aku tidak melakukan kejahatan. Lagi pula, kita memiliki hubungan khusus, aku kakekmu."
Saat mengungkit masalah kakek, emosi Sherlene pun semakin membara, dia berkata dengan raut wajah marah, "Kamu mau pergi atau tidak? Kalau tidak mau pergi, aku akan memborgolmu."