Tiiiiiiiin...
BRAK..
kecelakaan tidak bisa terhindar.
gadis kecil itu mengeratkan pelukannya.
airmata mengucur deras tanpa henti, hatinya merasa sakit dan takut secara bersamaan, melihat keluarganya tidak sadarkan diri.
Qiara berteriak namun hanya bisikan yang keluar.
'Tolong.. ayah, bunda, kakak bangun, buka mata kalian, jangan tinggalin Qia.
Qia janji gak nakal, Qia janji gak cengeng, Qia janji gak rewel, Qia janji akan nurut, Qia janji akan jadi anak baik, Qia janji akan jadi anak yang pintar seperti kata kak Al yang selalu manjain Qia tolong usap lagi kepala Qia, tapi Qia mohon bangun.. bangun..'.
"Ini makam Ayah, Bunda dan kakak kamu".
mereka membawa Qiara melihat makam keluarga nya.
'kalian, benar-benar meninggalkanku sendiri'.
keluarga bahagia yang selama ini ia miliki, kini telah pergi, Qiara hidup seorang diri.
"Aris" pemilik hati juga sebagian hidup Qiara.
namun bagaimana dengan Aris sendiri, apakah sama.
sad/romansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @d.midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sejenak Tidak Ingin Mendengar
"Selamat pagi everybody" teriak Dinda memasuki kelas dengan heboh.
"pagi". Jawab beberapa teman.
"pagi Qiara yang cantik". Sapa Dinda tapi telinganya tersumbat headset.
Dinda menyimpan tas milik nya di atas meja, duduk di kursinya menatap Qiara yang menutup mata serta telinga terpasang headset, sangat terlihat tenang.
Dinda menepuk lengan Qiara, membuat Qiara membuka matanya, lalu melepas headset dari telinganya.
"kenapa". Tanya Qiara.
"selamat pagi Qia yang cantik". Sapa Dinda dengan tersenyum lebar sampai menyipitkan matanya.
"pagi". jawab Qiara membalas, lalu memasang headset kembali ke telinganya.
tapi Dinda menahannya.
"kamu tau gak, sepanjang jalan hampir semua orang lagi ngomongin perusahaan SQ sampe anak-anak yang pada duduk di depan kelas semua sama". Justru karena itu headset tidak lepas dari telinganya.
'ya hal ini udah biasa, tinggal tutup telinga'.
Qiara sudah menduga hal ini akan terjadi karna waktu SMP juga tidak beda jauh, tapi tidak menyangka jika sekarang justru lebih banyak lagi.
telinganya lelah jika bisa sejenak tidak ingin mendengar
Dinda membuka tasnya lalu mengeluarkan buku pelajaran sambil melihat isinya.
"tapi Qia yang buat aku penasaran justru tentang kamu". Dinda men jeda kalimatnya lalu menatap Qiara.
Membuat Qiara penasaran.
"aku kenapa". Tanyanya dengan was-was.
"kok kamu bisa kenal, gak maksud ku, sejak kapan kamu Deket sama my crush, maksudku kak Aris". Pasalnya Dinda ingin bertanya dari beberapa hari lalu, tapi waktunya selalu tidak pas.
"Ah Aris". Qiara mengangguk.
"Ia, kalian kan gak pernah ketemu, tau-tau dia gendong kamu ke UKS, kamu gak pernah bilang kenal sama kak Aris waktu aku ngomongin dia". Bukankah sering kali Dinda berkoar sangat mengidolakan Aris.
"sebenarnya..". Jeda Qiara.
"sebenarnya apa, cepet bilang". Tanya Dinda penasaran.
"aku..". Jeda nya lagi.
"aku apa iih jangan bikin penasaran". Lucu sekali melihat Dinda penasaran.
Qiara mencondongkan tubuhnya kearah Dinda lalu berbisik.
"aku.. sama.. Dia.. Tinggal.. Serumah..". Hening rasanya Dinda baru terbangun di mimpi siang bolong.
Dinda melihat ke arah Qiara
"APA". Teriak Dinda, bahkan matanya membulat sempurna.
"Dinda kupingku sakit". Qiara mengusap telinga nya.
"KAMU SERIUS TINGGAL DI RUMAH A...". Qiara menutup bibir Dinda karna Dinda kembali berteriak memekik.
"Jangan teriak juga". Lihatlah mereka jadi perhatian seisi kelas gara-gara Dinda.
Dinda melihat semua orang lalau meneng kup kan kedua tangan didepan dada.
"sorry" katanya meminta maaf karna teriakannya mengganggu semua orang.
"kamu beneran tinggal di rumah Aris". Dinda berubah berbisik.
Yaampun gak perlu berbisik jug kali, telinga Qiara jadi geli karna Dinda terlalu dekat, nafasnya sampai menggelitik telinga.
"Hem". Jawab Qiara mengangguk.
"keluarga kamu tinggal sama keluarga Aris, serius" katanya lagi sambil berbisik.
'Keluarga' Qiara terdiam beberapa saat membiarkan waktu berlalu tanpa menjawab.
Sampai guru datang untuk mengajar.
"laper nih, ngantin yu". Ajak Dinda
yang di angguki Qiara.
Qiara dan Dinda memasuki kantin namun tidak seperti biasanya.
"oh my God, ada keajaiban kantin". Bukan keajaiban dunia ya.
hari ini kantin sangat penuh.
setelah mengambil makanan mereka mencari tempat duduk sangat sulit memang hanya beberapa kursi yang tersisa.
"Qia kita duduk di mana ya".
Di kantin bahkan banyak dari mereka yang masih membahas SQ membuat Qiara membuang nafas berat.
"kita cari dulu aja".
"Dia sendirian, kita duduk di sana aja".
Qiara membawa langkahnya menuju meja dimana hanya ada satu orang yang mendudukinya, Dinda pun mengekori.
"kursinya ada yang nempatin". Tanya Qiara.
Fajar pun menengadahkan wajahnya lalu menggeleng, membuat kacamatanya melorot.
"gak ada duduk aja".
Dinda sedikit geli saat melihat fajar membenarkan kacamatanya.
"gak ada yang pas apa". Tanya Dinda yang tidak di mengerti fajar, Dinda pun menunjuk matanya membuat fajar mengeri.
"gak ada lagi" jawabnya lalu melanjutkan makan.
"gak kaya biasanya kantin penuh".kata Qiara. Dinda pun mengangguk membenarkan.
"kamu gak sadar pesona sendiri ya Qia". fajar kembali membenarkan kacamatanya.
"aku".Qiara menunjuk dirinya sendiri lalu menatap Dinda.
Setelah Dinda melihat dengan seksama memang benar kebanyakan isi kantin laki-laki, tapi banyak juga anak perempuan yang entah kelas berapa, Dinda kurang familiar.
"sejak masuk sekolah kamu itu salah satu murid yang langsung jadi pusat perhatian."tapi sayangnya dia sendiri tidak sadar.
tok.. Tok..
meja di ketuk mengalihkan atensi mereka.
secara otomatis membuat Dinda tercekat, mewakili seisi kantin, kecuali Qiara yang acuh saja.
"boleh gabung" tanya Atala yang datang bersama teman nya.
"duduk aja ka Masi kosong". Dinda mempersilahkan yang di angguki Mereka semua, karna memang meja kantin sudah pada penuh.
"makasih".
Ata mengambil duduk di sisi kursi Qiara, namun kalah cepat dengan Aris yang telah lebih dulu duduk, entah datang dari mana.
diikuti Rafa yang duduk di pinggir fajar.
"kita juga ikut duduk di sini ya, pada penuh soalnya".
Ata pun dengan terpaksa duduk dekat Aris.
diikuti temannya yang duduk di samping
Rafa.
enam kursi telah terisi penuh karna satu meja hanya di lengkapi enam kursi.
"hari ini pada makan di sini ya, penuh banget".
mereka pun memakan makanan mereka masing-masing.
Lain halnya dengan isi hati masing-masing dengan pemikirannya masing-masing.
Sampai Aris meminum, minuman milik Qiara membuat atensi seisi meja menatap Aris, namun sang pemilik malah acuh, lain dengan Rafa dan Dinda yang melanjutkan sesi makan mereka.
abaikan pemikiran orang lain yang jauh.
serasa belum puas Aris kembali mengambil beberapa potong brokoli dari piring Qiara lalu melahapnya, karna sayuran pahit itu tidak di sukai Qiara. (Padahal itu enak banget loh).
Membuat Dinda berdehem lumayan keras.
rasanya sangat canggung, tapi tidak dengan Qiara dan Aris yang merasa biasa saja.
makanan telah habis hanya tersisa beberapa kudapan dan sisa minuman.
"ada apa gerangan ketua OSIS datang ke kantin kelas 10". Aris buka suara memecah keheningan yang terjadi di meja mereka.
"hanya ingin makan, lalu apa yang kamu lakukan disini". Ata ya ikut melempar pertanyaan.
"nemenin Qia makan". Jawabnya sambil mengusap kepala Qiara.
"tadi kamu bilang mau ke perpus, gak jadi". pasalnya waktu di cet bilangnya mau ke permukaan.
"jadi nanti, udah kan makan nya, aku anter ke kelas". Qiara pun mengangguk lalu mengekori Aris.
"kak kita duluan". Dinda mewakili yang lain di ikuti fajar, meninggalkan Ata dan teman nya.
"gue kira kenapa Lo malah belok ke kantin ini ternyata ada dia, tapi ngomong-ngomong, hubungan mereka apa ya". Tanya teman Ata menatap Qiara yang kian menjauh dari kantin.
Ata menaikan pundaknya tidak tahu.
mau revisi malah gak mut, jadi di biarin dulu aja🙈🙈🤭