NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Sayang Ayah

Arunika tidak pernah meminta dunia merebut ayah kandungnya terlalu cepat.

Ia terlalu kecil untuk mengerti apa itu kehilangan, terlalu muda untuk memahami kenapa semua orang menangis di hari pemakaman itu. Yang ia tahu hanya satu: sejak saat itu, tidak ada lagi yang menggenggam tangannya sebelum tidur, tidak ada lagi suara yang membacakan dongeng sebelum tidur, tidak ada lagi pelukan hangat yang mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Selama bertahun-tahun, Arunika mengira “ayah” hanya tinggal nama di foto bingkai.

Sampai lelaki itu datang—perlahan, tanpa menggantikan siapa pun, tanpa memadamkan memori siapa pun.

Ia tidak memaksa Arunika menerima kehadirannya; ia hanya ada di sana setiap kali gadis kecil itu butuh seseorang.

“Ayah.”

Ia bukan pria yang memberi Arunika kehidupan—

dia adalah pria yang memilih untuk memberikan hatinya.

Karena terkadang, keluarga tidak lahir dari darah yang sama, tetapi dari seseorang yang memilih untuk tinggal ketika yang lain sudah pergi.

---

Akhir-akhir ini cuaca memang tak menentu. Siang tadi matahari terasa sangat menyengat—panas yang membuat udara seakan berhenti bergerak. Namun sore ini, hujan turun begitu deras, mengetuk kaca jendela dengan suara yang terdengar seperti gugup.

Selena baru saja selesai mengganti baju setelah mandi ketika pintu kamar terbuka pelan.

“Sel…”

Daren muncul dengan wajah cemas, Arunika dalam gendongannya. Wajah kecil itu tampak memerah, helaan napasnya berat. Selena langsung mendekat.

“Aru demamnya naik lagi,” ucap Daren pelan, suaranya mengandung kekhawatiran yang jelas.

Selena menyentuh kening Arunika. Panas—lebih panas dari tadi pagi.

“Oh Tuhan, dia makin hangat,” gumam Selena refleks.

Arunika mengerjap pelan, suaranya lemah, “Mama…”

Selena langsung merengkuhnya dari gendongan Daren.

“Iya sayang, Mama di sini.”

Selena membawa Arunika ke kamar, menidurkannya di bed kecil di samping ranjang utama. Daren menyusul dengan membawa termometer dan kompres gel yang dingin. Ia berlutut di sisi tempat tidur.

“Hasilnya 38,9,” ucap Daren, menatap angka di layar termometer digital.

Selena langsung meraih kompres gel, menempelkannya di dahi Arunika.

“Apa perlu kita bawa ke dokter?” tanya Selena lirih.

“Aku cek jadwal klinik anak tadi, dokter favorit Aru udah tutup. Yang buka cuma IGD.”

Selena terdiam. Hujan di luar semakin deras, suara petir terdengar sesekali.

“Apa demamnya naik gara-gara kehujanan waktu pulang dari sekolah kemarin?” tanya Selena pelan, lebih seperti bertanya pada diri sendiri.

Daren duduk di samping Selena, bahunya menyentuh bahu Selena.

“Mungkin,” jawabnya lembut. “Atau karena cuaca yang makin nggak jelas ini.”

Selena membelai rambut Arunika pelan.

“Maaf ya, Sayang… Mama nggak sadar kalau kamu mulai nggak enak badan.”

Daren menoleh. “Selena, jangan nyalahin diri sendiri.”

Selena tidak menjawab. Ia hanya tetap mengusap kepala Arunika, dan Daren tahu—kebiasaan itu muncul setiap kali Selena merasa bersalah.

Daren menghela napas, lalu berdiri. “Aku buatkan susu jahe hangat buat kamu. Kamu belum makan dari pulang tadi.”

Selena menggeleng, “Aku nggak lapar.”

Tapi Daren tidak menerima jawaban itu. Ia mendekat, menangkup wajah Selena dengan kedua tangannya.

“Selena.”

Tatapannya mantap. “Aru butuh Mama yang kuat. Dan aku butuh kamu tetap sehat.”

Selena menahan napas sejenak—kehangatan dan kekhawatiran di mata Daren membuat hatinya mencair.

“Beri aku lima menit,” katanya akhirnya.

Daren tersenyum dan mencium puncak kepala Selena sebelum keluar kamar.

Selena kembali fokus pada Arunika. Ia mengusap pipi tembam itu dengan ibu jarinya.

“Sayang, cepat sembuh ya… Mama di sini. Mama nggak akan kemana-mana.”

Arunika membuka mata pelan, sepatah kata keluar pelan, “Mama jangan… pergi…”

Selena merasakan hatinya seperti diperas.

“Nggak akan. Mama di sini. Selalu.”

Air matanya menetes, tapi ia segera mengusapnya sebelum Arunika melihat.

Beberapa menit kemudian Daren masuk lagi, membawa segelas susu jahe dan selimut tambahan.

Saat ia meletakkan gelas itu di meja, petir menyambar di luar.

Selena tersentak kecil.

Daren langsung berdiri di belakang Selena, kedua tangannya memeluk tubuh istrinya dari belakang—hangat, melindungi, menenangkan.

“Kita jagain Aru sama-sama.”

Suaranya pelan, namun pasti.

Selena menggenggam tangan Daren yang melingkari pinggangnya.

Untuk pertama kalinya sejak beberapa hari terakhir, ia merasa… tidak sendiri dalam ketakutannya.

---

Pagi harinya, keadaan Arunika sudah jauh lebih membaik. Wajah pucat yang semalam membuat Daren gelisah kini sudah mulai berwarna, meski ia masih terlihat lemas dan manja. Saat ini, Arunika tidak bersekolah dan sedang meringkuk di pangkuan Daren di ruang tamu, berselimut selimut tipis bergambar kelinci. Ujung jarinya memainkan kancing kemeja Daren, sementara kepala gadis kecil itu bersandar nyaman di dada ayahnya.

Daren mengusap pelan punggung putrinya, seolah-olah sentuhan itu bisa menghilangkan sisa-sisa rasa tidak nyaman yang masih ia rasakan.

“Ayah kerja dari rumah aja hari ini,” ucap Daren lembut sambil menyesuaikan posisi selimut agar menutupi kaki Arunika.

“Beneran Ayah dirumah, Yah?” suara Arunika serak, terdengar manja.

Daren tersenyum dan mencium pucuk kepala putrinya. “Beneran, sayang. Tapi Arunika harus cepat sembuh oke, biar bisa main lagi sama Ayah."

Arunika mengangguk kecil, lalu menempelkan tubuhnya lebih dekat lagi—seperti koala yang enggan lepas dari batang pohonya. Sementara itu, laptop Daren terbuka di atas meja kopi, menampilkan seabrek email yang belum sempat ia balas.

Tanpa mengubah posisi, Arunika mengangkat wajahnya pelan-pelan. “Ayah… Arunika boleh minta sesuatu?”

“Boleh banget.” Daren menyapu rambut halus di kening Arunika. “Mau apa? Ayah turutin.”

Arunika menggigit bibirnya, ragu-ragu. “Mau dipeluk lebih kenceng.”

Sekilas, Daren menahan tawa kecil. “Permintaan macam apa itu, hm?”

“Permintaan anak sakit,” balas Arunika dengan ekspresi serius, lalu mengangkat tangan kecilnya untuk memeluk leher Daren.

Daren pun langsung mengeraskan pelukan, menciptakan benteng kehangatan. “Ayah peluk sampai Arunika bosen.”

Arunika memejamkan mata, seolah dunia hanya berisi pelukan ayahnya.

Tidak lama kemudian, suara pintu dapur terbuka. Selena muncul dengan nampan berisi semangkuk sup hangat dan teh madu. Wajahnya lembut, namun ada sedikit kekhawatiran yang masih tersisa.

“Aru, sudah waktunya makan dulu,” ujar Selena lembut sambil meletakkan sup di meja.

“Ayah suapin ya,” pinta Arunika tanpa membuka mata.

Selena tertawa kecil melihat tingkah manja anaknya. “Kenapa kalau mama yang suapin nggak mau?”

Arunika membuka salah satu matanya, memasang ekspresi polos. “Kalau Mama yang suapin… nggak seenak Ayah.”

Selena mengangkat alis berpura-pura tersinggung. “Ooooh, ya sudah. Mulai sekarang Ayah saja yang suapin terus.”

Daren terkekeh kecil, lalu menatap Selena penuh arti. “Jangan gitu, nanti aku makin nggak bisa kerja.”

Selena menggeleng sambil tersenyum, tetapi matanya memancarkan rasa sayang yang hangat. “Itu risiko jadi favorit anak.”

Saat Daren mulai menyuapi sup hangat sedikit demi sedikit ke mulut kecil Arunika, Selena memperhatikan dengan hati yang penuh. Satu suapan, dua suapan. Arunika makan pelan, tapi habis.

Daren mengusap sudut bibir putrinya dengan tisu. “Pinter banget. Habis ini minum obat ya?”

Arunika mengangguk. Setelah obat diminum, ia kembali memeluk lengan Daren dan tertidur dalam hitungan menit.

Daren menatap wajah putrinya dengan penuh kelembutan. Ada rasa takut yang semalam menghantuinya, kini tergantikan oleh rasa syukur.

Selena duduk di sebelahnya, menyandarkan kepala di bahu Daren. “Terima kasih… sudah selalu ada buat Arunika.”

“Aku ayahnya,” jawab Daren pelan, matanya tak pernah lepas dari wajah Arunika. “Tugasku menjaga dia. Selamanya.”

Selena meraih tangan Daren dan menggenggamnya. “Dan kamu juga rumahnya.”

Daren menoleh, menatap Selena dalam keheningan yang penuh makna. “Kalian rumahku.”

Ruang tamu terasa begitu hangat, meski di luar matahari pagi baru saja naik.

Dan pagi itu, untuk pertama kalinya setelah semalam penuh kekhawatiran—semuanya terasa baik-baik saja.

---

“Ayah,” panggil Arunika pelan.

Daren sedang mengetik email di laptopnya, tapi begitu mendengar suara putrinya, ia langsung menoleh. “Hmm, kenapa, sayang?”

Arunika tidak menjawab. Sebaliknya, ia bangkit sedikit dan langsung memeluk leher Daren dengan sangat kencang—begitu erat sampai Daren refleks meletakkan laptop ke samping.

Daren terkejut, tetapi tangannya otomatis membalas pelukan itu. “Arunika?”

Suara kecil Arunika terdengar bergetar, namun penuh ketulusan. “Ayah… terima kasih udah jaga Arunika. Arunika sayang banget sama Ayah.”

Daren membeku sesaat.

Ada yang menyesak di dada. Tidak peduli seberapa banyak prestasi yang ia capai, atau seberapa sibuk hidupnya, tidak ada yang bisa menandingi momen seperti ini.

Ia mengusap belakang kepala Arunika, lalu mencium pelan ubun-ubunnya. “Ayah juga sayang banget sama Arunika. Lebih dari apa pun.”

Arunika menarik napas, seakan mengumpulkan semua keberanian kecilnya. “Arunika takut kalau Arunika sakit terus, nanti Ayah capek…”

Daren segera melepaskan pelukan hanya untuk menatap wajah Arunika—serius, lembut, tidak main-main.

“Hey,” ucap Daren sambil menangkup pipi putrinya. “Ayah nggak pernah capek buat kamu. Kamu itu hadiah paling besar di hidup Ayah.”

Arunika mengedip pelan, matanya berkaca-kaca.

Daren melanjutkan sambil menyeka sisa air mata yang hendak jatuh. “Kalau kamu sakit, tugas Ayah jagain kamu. Kalau kamu sedih, Ayah jadi tempat kamu pulang. Ayah di sini, selalu.”

Arunika tersenyum kecil—senyum yang hanya muncul saat ia benar-benar merasa aman.

“Ayah nggak boleh pergi ya?” bisiknya.

Daren menghela napas pelan, memeluk tubuh mungil itu lagi dan merapatkan selimut yang melorot dari bahunya. “Ayah nggak akan pergi. Janji.”

Di ujung ruangan, Selena berhenti di ambang pintu. Sejak tadi ia hanya memperhatikan tanpa menyela. Melihat interaksi itu, matanya ikut panas—campuran antara haru dan rasa syukur.

Arunika pada akhirnya terlelap lagi di dalam pelukan Daren. Nafasnya stabil, tubuhnya terasa hangat dan nyaman.

Setelah memastikan Arunika benar-benar tertidur, Daren meletakkannya perlahan di sofa, mengatur posisi tubuh kecil itu agar lebih nyaman. Ia menyelimuti putrinya, lalu berdiri perlahan.

Selena mendekat dan berbisik, “Kamu hebat, Kak.”

Daren tersenyum samar, memijat tengkuknya yang sedikit kaku. “Aku cuma melakukan yang harus aku lakukan.”

Selena menggeleng, menatap pria itu dengan mata yang penuh ketulusan. “Kamu bukan cuma melakukan kewajiban. Kamu hadir.”

Daren terdiam, menatap Arunika yang terlelap.

Kemudian, ia menarik Selena ke dalam pelukan—hangat, pelan, aman.

“Kita jaga dia sama-sama,” ucap Daren.

Selena memeluk pinggangnya sambil mengangguk. “Selamanya.”

Dan pagi itu, dalam ruang tamu sederhana yang penuh kehangatan, keluarga kecil itu merasa lengkap.

---

Jangan lupa like dan komen nya ya! Like kalian semangatku menulis.

1
Favmatcha_girl
lanjutkan thor💪
Favmatcha_girl
perhatian sekali bapak satu ini
Favmatcha_girl
lanjutkan 💪
Favmatcha_girl
cemburu bilang, Sel
Favmatcha_girl
ayah able banget ya
Favmatcha_girl
cemburu ya🤭
Favmatcha_girl
pelan-pelan mulai berubah ya
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Itz_zara: besok lagi ya, belum ada draft baru🙏
total 2 replies
Favmatcha_girl
memanfaatkan orang🤭
Favmatcha_girl
Honeymoon Sel
Favmatcha_girl
Dah lama gak liat sunset
Favmatcha_girl
dramatis banget 🤭
Favmatcha_girl
ikutan dong
Favmatcha_girl
ngomong yang keras
Favmatcha_girl
aw terharu juga
Favmatcha_girl
itu mah maunya lo
Favmatcha_girl
Alasan itu
Favmatcha_girl
kenapa yak setiap cowok gitu😌
Favmatcha_girl
Yeyyyy
Favmatcha_girl
Asik rumah kita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!