AIR MATA PERNIKAHAN

Dan disinilah Mentari saat ini di depan sebuah Motel.

Kata pak suami untuk malam ini saja, besok dia akan mencarikan kontrakan buat Mentari.

Haykal maunya memperbaiki hubungan nya dulu terlebih dahulu dengan orang tuanya, barulah akan membawa Mentari tinggal di rumah nya.

Meski Mentari tak percaya mulut manis suaminya.

Tapi mau gimana, sang suami memaksanya masuk ke dalam mobil.

Dan pembicaraan ini berlangsung di mobil.

"Kasi aku waktu buat memperbaiki hubungan dengan mama dan papa. Secepat nya aku akan membawa mu tinggal disana."

"Mau ya, satu bulan aja di kontrakan. Kita tinggal bersama. Tapi malam ini kita nginep di hotel aja dulu."

Mendengar nama hotel, Mentari sedikit percaya pada suaminya. Mungkin ada sedikit kasihan akan nasib dirinya.

Baru juga Mentari Girang, mikir suami nya sedikit ada rasa buat nya, meski kasihan. Eh malah dia di jorokin lagi ke semak berduri. Bukan nya nginep di hotel seperti yang ada dalam hayalan nya, melainkan sebuah motel Melati.

"Nggak salah mas?" kaget Mentari.

"Kenapa? Ini hotel bagus, daripada hotel besar belum tentu bagus."

"Apa bagus nya?" polos Mentari.

"Gimana kalau gempa? Kan susah, "ujar Haykal membodohi istrinya.

"Tapi kan aman kalau banjir nanti mas," timpal Mentari kembali.

"Ini musim panas Mentari. Nggak ada hujan,yang ada rawan gempa."

"Udah sana kamu masuk lah. Ini uang, pesan lah kamar. Nanti mas balik lagi, mas masih ada acara dengan klien perusahaan."

"Tapi mas aku takut. Kok tempat nya serem, kayak rumah hantu," tolak Mentari.

"Ayolah sayang, itu cuma tampilan depannya, di dalam nya bagus nyaman buat mu istirahat," rayu Haykal.

"Tahu banget mas Haykal. Sering nginep disini ya mas?" Tuduh Mentari.

"Ya nggak lah," sahut Haykal cepat. Iya kali dia nginep ditempat kayak gini. Bisa hancur reputasi nya. Apalagi sampai di pikir yang nggak nggak, hangus image baik nya selama ini.

"Ayolah Mentari, mas nggak bisa ninggalin klien kelamaan."

Haykal kembali memberikan lima lembar uang ratusan. Total satu juta uang yang di berikan pak suami.

"Cukup ya,,, mas pergi bentar kok? Janji satu jam lagi mas balik. Kamu pesan aja kamar nya. Chat nomor nya nanti aku pulang kesana," timpal Haykal.

Haykal membuka pintu mobil nya, sedikit mendorong sang istri agar keluar dari mobil nya itu.

Setelah Mentari turun, tanpa pamit Haykal langsung cabut.

Tentu saja Doni sebagai supir, sungguh tak tega meninggalkan Mentari disana, di motel seperti itu. Takut kalau nyonya nya di pikir wanita nggak bener nanti.

Belum lagi nanti kalau jadi sasaran tak benar pria hidung belang.

"Tuan apa nggak masalah itu nyonya di turunkan disana? Apalagi nyonya terluka?" celetuk Doni.

"Sejak kapan kamu perduli pada nya Doni. Ingat dia istriku jaga batasan mu," hardik Haykal.

"Iya tuan, cuma takutnya kalau nyonya Mentari bermasalah. Anda juga kena imbas nya," alasan Doni.

"Bodoh nama nya dia, kalau sudah di kasi uang tak di gunakan."

"Udah nggak usah di pikir. Siapa sih yang mau melirik wanita kampung kayak dia? Sudah untung mau aku nikahi,"hina Haykal.

"Anda yang bodoh tuan, liat lah nyonya Mentari jauh lebih cantik dari istri muda anda. Baik hati dan wajah nya."

"Meski dari kampung dia ayu, cuma kurang perawatan aja," membathin Doni.

Nyata nya memang bangs4t itu Haykal sudah tiga jam Mentari menunggu di depan hotel Melati tapi suaminya tak muncul juga.

Dari jam sembilan malam dia menunggu hingga jam dua belas malam. Tak ada tanda suaminya muncul.

Padahal Mentari sudah tahu suami nya seperti apa?

Nyata nya dia masih menunggu juga, kali aja suaminya berubah itulah yang dia harapkan.

"Astaga sampai kapan aku harus menunggu suami bangs4t itu. Memang nggak punya hati? Tapi kenapa aku masih saja mengharapkan nya." Membathin Mentari.

" Kan bodoh!" Cinta kadang di luar logika. Andai Haykal memperlakukan nya baik, bisa saja dia luluh.

Tak ingin membuang waktu nya lagi, akhirnya Mentari pergi dari sana dengan taxi yang kebetulan lewat.

Dan betapa beruntungnya dia. Ternyata setelah kepergian nya, dua kompi polisi datang mengenyerbu hotel itu. Menurut kabar yang di dengar, di dalam sana banyak kumpulan para kebo yang tinggal seatap.

Pada saat penyerbuan hotel Melati ini, Doni nyata nya ada disana. Doni ijin sebentar membeli makan pada Haykal.

Hal ini di gunakan Doni untuk menuju lokasi Mentari.

Dia sungguh kasihan akan nasib wanita dewasa ini. Takut kena tipu atau bencana di luaran sana.

" Moga saja dia baik saja," gumam Doni pelan.Tak mungkin dia masuk ke kerumunan, yang ada dia akan jadi tersangka.

Dalam otak cerdas nya Doni mikir, apa mungkin hal ini di sengaja oleh tuan nya.

Kalau iya kenapa? Kalau memang sudah tak menginginkan Mentari, harus nya di ceraikan saja. Kenapa di perlakukan seperti ini.

Setahu Doni, Mentari istri tuan nya ini orang yang baik, nggak neko neko. Nggak banyak nuntut apapun dan selalu iya.

Nanti saja pas pulang menemani Haykal, dia mampir ke kantor polisi. Kalau sekarang, kelamaan bisa curiga Haykal.

Semetara itu Mentari tiba di hotel yang dia inginkan.

Sebuah hotel mewah tempat nya bernaung sementara rumah nya belum di perbaiki.

Dia yakin suaminya kalau tahu pasti mengamuk. Tapi siapa perduli. Siapa suru tak mau membawa nya tinggal bersama.

Dengan baju melekat di badan sedikit kotor Mentari memesan kamar hotel.

Awal petugas hotel itu menolak Mentari, berfikir kalau

Mentari gembel tak bisa bayar.

Tapi Mentari segera mengeluarkan kartu nya. Meski bukan kartu sakti seperti yang CEO pamerkan pada cerita novel. Tapi kartu yang Mentari punya, cukup lah untuk membayar sewa hotel disana.

"Aku mau menginap di sini buat satu minggu ke depan. Tapi aku hanya mau bayar dp aja bisa kan?"

"Itu ktp ku sebagai jaminan."

"Tagihan nya di cetak saja, karena yang akan bayar suami ku," titah nya.

"Iya nyonya, tapi anda minimal harus membayar sewa kamar satu hari ini sebesar tiga juta nonya," balas petugas hotel itu.

"Tak masalah. Sekalian aku minta nomor hotel nya, aku ingin pesan makan,"pinta nya.

"Baik nyonya.!"

Pesen kamar selesai, kartu akses kamar udah di tangan. tinggalah Mentari menuju kamar nya dan tidur.

Hari ini cukup petualangan nya, besok akan ada petualangan baru. Dia harus tetap sehat dan waras.

"Tiga juta untuk satu hari, gila mahal banget nih hotel," gumam nya pelan, ingat berapa yang harus di bayar tadi. Sedangkan suaminya saja hanya memberi satu juta.

Nombok lah dia.

Tak apa, asalkan dapat merasakan tidur seperti orang

kaya.

" Bougt,,, Auuuu,,, shittt" umpat Mentari keras saat dirinya terpental karena menabrak sesuatu yang keras.

"Astaga,,, kenapa tembok di buat di tenggah jalan, kan jatuh jadinya?" omel Mentari.

lagi. "Hotel mewah konon tapi buat celaka." Gerutu nya

" Anda tak apa?" Suara khas seorang pria terdengar berat dan seksi di telingga Mentari.

"Sini saya bantu?" ucap pria itu lagi.

Mentari hanya melihat sepasang sepatu mengkilat di depan nya. Ketika mendonggak dia melihat seorang pria tua sedang mengulurkan tangan ingin membantu nya.

Mata Mentari mengerjab lucu menatap pria tersebut.

Dia tak mau menerima uluran tangan si pria. Teringat pesan Gina untuk menitahkan nya berhati hati kalau tinggal di hotel. Banyak pria hidung belang kesepian.

"Ayo saya bantu," ucap pria dewasa itu lagi.

" Nggak usah om,,, saya bangun sendiri," tolak Mentari.

"Kamu terluka," ucap pria itu karena melihat kening Mentari. Meski aneh dia. Kan Mentari jatuh terduduk, kok bisa gidat dan lutut nya yang luka.

"Makasi,,, nggak apa? Ini udah biasa," jawab Mentari cepat.

"Om nggak usah kuatir, ini bukan karena om kok. Luka nya emang dari tadi."

" Maaf permisi saya ngantuk mau ke kamar dulu,"

pamit Mentari. Dia mencoba bangun sendiri dan berlari terberit dari hadapan om om tua di hadapan nya.

Pria ini hanya menatap Mentari aneh, sebab hampir saja dia kembali menabrak tembok lift.

" Apa wajahnya ku semenakutkan itu?" Gumam nya.

"Apa aku setua itu? Kok aneh dia nya aja udah tua, manggil aku om," kekeh nya.

" Maaf tuan menunggu lama? Kita pergi sekarang?"

tanya seorang pria tampan tetiba muncul.

"Iya," datar si pria.

"Malvin,,,, apa hotel kita ada diskon hari ini atau kamar baru kelas menenggah?" tanya nya.

"Tidak tuan!"

" Ada apa?"

"Nggak ada, kita cabut aja!"

Pria dewasa ini teringat tampilan dan wajah Mentari.

Entah kenapa dia mikir nya, apa wanita itu sanggup buat membayar biaya bermalam di hotel nya ini.

"Apa dia korban keker4san dan sembunyi disini ya?"

"Tuan,,, anda melamun?"

"Ya,,,?"

"Tidak"