Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. Manipulasi Jarak Jauh dan Siluet Misterius
Pesan Ace of Spades yang ditinggalkan Tuan Wirawan telah mengubah segalanya. Itu bukan sekadar ancaman, melainkan deklarasi perang tersembunyi. Rendra tahu ia tidak bisa lagi hanya fokus pada peningkatan modal. Kini, separuh energinya tercurah pada keamanan dan pengumpulan intelijen.
Setelah meningkatkan keamanan fisik rumahnya dengan kunci dan baut tambahan, Rendra beralih ke keamanan digital. Ia menggunakan laptop barunya untuk membuat jaringan VPN berlapis, memastikan setiap langkahnya di bursa saham tidak terdeteksi. Ia harus menjadi hantu di dunia maya.
Mengejar Informasi di Bawah Visi
Rendra menyadari bahwa kemampuan Penglihatan masa depannya adalah alat mata-mata terbaik di dunia. Namun, ia tidak bisa menggunakannya secara serampangan. Fokus utama Rendra adalah Rudi, tangan kanan Wirawan yang ia temui di Kasino Gerbang Merah.
Pukul 02.00 dini hari, Rendra memfokuskan Penglihatannya. Ia mencari Rudi dalam 24 jam ke depan.
Deg!!.
Penglihatan itu datang. Rendra melihat Rudi, besok malam pukul 21.00, berada di sebuah restoran Jepang mewah di kawasan Senopati, Jakarta Selatan. Rudi tidak sendirian. Ia bertemu dengan seorang wanita.
Wanita itu elegan, mengenakan gaun malam berwarna gelap dan membawa tas tangan bermerek. Rambutnya diikat rapi, dan wajahnya dipenuhi ketenangan yang dingin. Rendra tidak mengenali wanita itu, tetapi auranya menunjukkan kelas sosial yang sangat tinggi, mungkin setara, atau bahkan di atas Kevin dan teman-temannya.
Percakapan itu sunyi di Penglihatan Rendra, tetapi ia bisa melihat gestur dan mimik wajah mereka. Rudi terlihat tegang, memberikan wanita itu sebuah amplop tebal. Wanita itu menerimanya dengan anggun dan memberikan flash drive kecil kepada Rudi. Mereka berbicara singkat, lalu wanita itu pergi.
Siapa dia? Dan apa hubungannya dengan Wirawan?
Rendra menyimpulkan: Wirawan memiliki jaringan yang jauh lebih luas dari sekadar kasino. Wanita ini kemungkinan adalah perantara untuk operasi yang berhubungan dengan politik atau keuangan tingkat atas.
Keesokan harinya, Rendra menggunakan informasi Yang dia dapatkan itu untuk langkah pertamanya: verifikasi. Ia hanya perlu mengamati restoran itu besok malam, jauh-jauh hari, untuk memastikan siapa wanita itu.
Konflik di Meja Sekolah
Di sekolah, suasana seperti biasa. Rendra duduk di bangku paling belakang, tenggelam dalam buku teks ekonomi mikro.
Di depannya, Kevin sedang membual kepada teman-temannya tentang liburan mewah ke Eropa. Kevin berbalik dan melihat Rendra.
"Hei, Rendra. Apa kau masih tidur di rumah tanpa listrik itu? Kau tahu, rumah bobrok itu sebenarnya bagus untuk syuting film horor," ejek Kevin, berusaha mencari perhatian.
Rendra mengangkat kepalanya perlahan. "Aku sedang membaca buku ini, Kevin. Kau tahu, buku ini menjelaskan bagaimana orang yang hanya mengandalkan warisan tanpa otak, akan tetap miskin pada akhirnya."
Kata-kata itu dingin, cerdas, dan langsung menusuk. Wajah Kevin memerah karena marah.
"Kau!" Kevin berdiri, siap menghampiri.
Tiba-tiba, pintu kelas terbuka. Kepala Sekolah, seorang pria paruh baya yang selalu terlihat stres, masuk. Ia menatap tajam ke arah Kevin. "Kevin, ke ruanganku. Sekarang!"
Kevin, meskipun anak konglomerat, tidak bisa melawan Kepala Sekolah. Ia menatap Rendra dengan dendam membara dan berjalan keluar.
Rendra tahu, Kevin kini tidak hanya membencinya karena kemiskinan, tetapi karena kecerdasan dan ketegasannya.
Aksi Finansial: Target Rp150 Juta
Malam harinya, setelah kembali dari warnet (Ia tetap bekerja di sana untuk menjaga alibi), Rendra duduk di depan laptop barunya.
Modalnya kini Rp75 juta. Rendra membutuhkan modal yang benar-benar stabil agar bisa membeli rumah kecil dan pindah dari daerah kumuh itu—suatu keharusan jika ia ingin terlepas dari pengawasan Wirawan.
Targetnya: Rp150.000.000.
Ia menggunakan Kemampuannya untuk mencari peluang jangka menengah (Swing Trade), bukan lagi Day Trading yang berisiko. Ia melihat adanya rencana pembelian kembali saham (Buyback) dari sebuah perusahaan konstruksi yang fundamentalnya sangat kuat, PT Jaya Nusantara (JAYN), yang akan diumumkan tiga hari dari sekarang. Buyback besar biasanya memicu kenaikan harga signifikan.
Rendra memutuskan untuk mempertaruhkan Rp50.000.000 modalnya pada saham JAYN. Ini adalah taruhan dengan jangka waktu yang lebih panjang, tetapi risikonya relatif rendah karena ia memiliki kepastian dari kemampuan nya.
Rendra membagi pembeliannya menjadi beberapa tahap kecil (scaling), agar tidak menimbulkan kecurigaan di sistem bursa tentang adanya insider trading besar. Dalam waktu dua jam, Rendra telah memasukkan Rp50 juta ke saham JAYN. Sisa modalnya ia tinggalkan sebagai dana darurat dan biaya hidup.
Kini, Rendra hanya perlu menunggu tiga hari. Kecepatan ini adalah ilusi. Meskipun ia melakukan transaksi cepat, ia sudah menunggu dan merencanakan selama berminggu-minggu, membuat prosesnya terasa lambat dan penuh perhitungan.
Misi Observasi dan Bayangan Wanita Itu
Keesokan malamnya, tepat pukul 20.30, Rendra sudah berada di sekitar kawasan Senopati. Ia berpakaian sederhana, seperti mahasiswa yang sedang mencari tugas.
Ia mengamati dari kejauhan Restoran Jepang mewah yang ia lihat dalam Penglihatannya. Tepat pukul 21.00, Rudi masuk.
Lima menit kemudian, mobil sedan hitam mewah berhenti di depan restoran. Turunlah wanita yang Rendra lihat dalam penglihatannya. Elegan, berkelas, dan memancarkan aura kekuasaan.
Rendra menyaksikan adegan itu persis seperti yang ia lihat dalam Penglihatannya: Rudi menyerahkan amplop, wanita itu menyerahkan flash drive. Rendra mengambil beberapa foto buram dari kejauhan, hanya untuk arsip.
Rendra memutuskan untuk mengikuti wanita itu saat ia pergi. Ia ingin tahu siapa dia.
Wanita itu melaju ke sebuah kawasan perumahan elit di Menteng. Bukan sekadar rumah mewah, tapi rumah yang dijaga ketat oleh petugas keamanan berseragam.
Saat mobil wanita itu masuk ke gerbang utama, Rendra melihat plat nomor mobil itu. Ia mencatatnya di ponselnya.
Saat ia berjalan kembali ke jalan utama, ponsel Rendra bergetar. Sebuah SMS dari nomor tak dikenal, tanpa nama.
Isi SMS itu hanya satu kalimat:
"Hati-hati, Rendra. Mata tajam itu bisa membahayakan diri sendiri."
Rendra berhenti berjalan. Napasnya tercekat. Wirawan tidak hanya tahu apa yang ia lakukan di bursa. Wirawan tahu Rendra sedang memata-matai anak buahnya dan tahu tentang kemampuanya?.
Ancaman itu terasa dingin dan dekat. Rendra tahu, ia harus segera menemukan siapa wanita misterius itu, karena dialah kunci untuk menemukan kelemahan jaringan Tuan Wirawan. Namun, ia harus bergerak hati-hati, karena ia kini berada di bawah pengawasan ketat.
Semangat Thor