Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan dari Zidane
Saat mobil sudah berjalan, ponsel Aldo berdering. Ia melihat nama si penelpon di layar ponsel.
"Rizka menghubungi ku?" Aldo berseru dengan tatapan terkejut.
"Cepat kau angkat, ada dimana Rizka?"
Aldo menggeser tombol warna hijau. "Hallo.." panggilnya sambil membesarkan volume suara.
"Aldo.." terdengar suara lembut di ujung telepon
"Rizka! kamu ada dimana?" aku dan Varro hampir tertabrak gara-gara memikirkan mu!" tukas Aldo, nafasnya masih tersengal atas kejadian yang hampir merenggut nyawa mereka.
"Maaf, aku lupa mengabari mu. Apa kalian berdua terluka?" tanya Rizka panik
"Tidak kami baik-baik saja. Sekarang kamu ada di mana? Tadi aku dan Varro datang ke rumah mu, satpam bilang Kamu sudah pergi bersama Felly?"
"Syukur lah kalau kalian baik-baik saja. Aku lupa kalau hari ini acara party Mama Felly yang ke 43 tahun. Kami sekeluarga dinner di sebuah hotel. Aku tidak akan lama, selesai dinner langsung menuju gedung kampus."
"Rizka, apa perlu aku menjemput mu?" sahut Zidane yang masih menyetir.
"Tidak usah Varro, satu jam lagi aku menyusul kesana."
"Varro, Aldo, maaf aku kecewakan kalian. Tadi aku terburu-buru, jadi tidak sempat mengabari kalian."
"Tidak apa-apa, kamu berhati-hatilah di jalan, dan kabarin kami bila kamu sudah dekat ke gedung kampus."
"Baik Varro."
Panggilan telepon terputus, Zidane menghela napas lega. Ternyata pikiran buruk tentang Marisa lenyap dalam seketika.
Mobil Zidane dan Aldo sudah sampai di parkiran kampus. Zidane memarkirkan mobil meskipun body nya sudah penyok. Penuh hati-hati ia memarkirkannya.
"BRAKK!
Tiba-tiba mobil Aldo di ada yang membentur dari belakang. Aldo terpekik dan buru-buru turun dari mobil. Zidane rem mendadak setelah mendengar dentuman dari belakang mobil.
"Ya Tuhan! Hancur semua body mobil ku!" seru Aldo sambil menepuk keningnya.
Di belakang mobilnya, Aldo melihat mobil sport hitam yang menabrakan mobilnya. Amarahnya mulai menggebu-gebu, Aldo berjalan kearah mobil tersebut.
"Hey! kenapa kau menabrak mobil ku!" seru Aldo.
Pria tersebut turun dari mobil bersama kedua temannya. Mereka bertiga tertawa keras sambil berdiri di depan Aldo.
"Carlos! Ternyata Kamu yang membenturkan mobil ku!"
"Mobil jelek mu tidak pantas di parkir di sini!" sindir Carlos seraya tersenyum miring
"Berani kau menghardik bos Carlo, hah?! Devan berbicara lantang sambil menunjuk Aldo.
"Sepertinya pria cu'lun ini cari mati, ia berani melabrak mu Carl!" sahut Reyhan provokasi.
Carlos, Devan dan Reyhan berjalan maju kedepan Aldo, tatapan mata mereka penuh permusuhan. Satu tangan Carlos menarik kerah baju Aldo kasar.
"Berani kau menentang ku, bodoh!"
"Ak-u han-ya ber-tanya.." ucap Aldo tergagap, matanya melirik kesamping, berharap Zidane datang menolongnya.
"BRUK!
Carlos mendorong tubuh Aldo ke body mobilnya. Lalu menendang mobil Aldo keras "Mobil rongsokan ini seharusnya tidak usah kau bawa ke kampus! Hanya akan merusak pemandangan!"
"Kalian selalu saja membully ku! Aku tahu kalian orang-orang berduit. Tapi, jangan pernah sakiti kami orang kecil!" ucap Aldo tergagap.
"Sial! Kemana Alvaro? Kenapa aku harus menghadapi mereka sendiri?! Keluh Aldo dalam hati.
Semua orang yang berada di parkiran kampus tidak ada yang berani membela Aldo, apalagi melerai. Semua orang-orang di kampus sangat takut oleh Carlos, ia anak seorang pejabat pemerintahan yang berkuasa di kota London.
"PRANG!"
"PRANG!
"PRANG!
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca mobil dari arah belakang mobil Aldo. Semua orang yang berada di area parkiran terkejut. Carlos, Devan dan Reyhan berlarian kearah mobil Carlos yang terparkir.
"Apa-apaan ini!" siapa yang telah berani menghancurkan kaca mobil ku!" teriak Carlos lantang.
"Bangsat! keluarlah kalian! Hadapi aku sekarang!" teriak Carlos dengan suara keras. Wajah Carlos memerah, ia meletuskan amarahnya yang sudah meletup-letup.
"Cepat cari orangnya! Jangan sampai dia pergi dari sini!" perintah Carlos pada kedua temannya.
Mereka mulai keliling parkiran dan mencari orang yang telah menghancurkan kaca mobil Carlos. Padahal mobil Carlos keluaran terbaru yang baru di belikan oleh ayahnya dua bulan yang lalu.
Sementara di tempat lain, nafas Aldo dan Zidane tersengal. Saat tadi Zidane menarik tangan Aldo di kala Carlos sedang panik dan berlari kearah mobilnya untuk melihat kaca mobilnya yang hancur berantakan di aspal. Mereka berdua berhasil lari kearah gedung kampus yang sudah di padati orang-orang berpakaian serba hitam dan memakai topeng.
"Untung saja kau cepat datang!" tukas Aldo, sambil menarik nafas dalam, lalu di hembuskan kasar.
Keduanya bersandar pada dinding, sambil mengatur nafas masing-masing.
"Apa kau yang menghancur kaca mobil Carlos?" tanya Aldo, sambil melirik.
"Menurut mu?"
Seketika Aldo terkekeh "Baguslah, itu balasan buat Carlos yang jumawa! Selalu merendahkan orang dan merasa paling berkuasa!"
"Kalau aku tidak hancurkan kaca mobil Carlos, pasti kamu sudah babak belur di hajar mereka!"
"Ck! Kau tidak berani melawan mereka?!
Zidane tergelak "Aku tidak ingin menguras energi buat orang-orang licik seperti mereka. Biarkan saja mereka sibuk dengan mobil Carlos yang sudah aku hancurkan kaca mobil dan rusak ban mobilnya."
"Bagaimana bila Carlos tahu, kau yang sudah merusak mobilnya."
"Dia tidak akan tahu aku yang melakukannya. Tetapi bila dia mengusik mu lagi, aku tidak akan tinggal diam!"
"Makasih bro!" ucap Aldo tulus.
"Ayo kita gabung dengan mereka, acara sudah si mulai." Aldo mulai meraih topeng mata dari saku celananya.
Zidane: "Apa kita tidak menunggu Rizka?"
Aldo: "Kita tidak tahu jam berapa Rizka akan datang."
Zidane: "Kalau begitu aku hubungi dulu "
Lima belas menit kemudian.
Aldo: "Riska sudah berada di mana?"
Zidane: "Rizka sudah di perjalanan. Kalau begitu kita tunggu dia di depan kampus."
Aldo: "Baik lah, ayok!"
Mereka bertiga memang sahabat sejati. Aldo dan Zidane melangkah keluar gedung kampus. Di saat bersamaan Zidan melihat orang yang ia kenal.
"Willy!! Seru Zidan
Pria itu menoleh dan terkejut melihat Zidane ada di tempat yang sama.
💜💜💜
Tapi kenapa berita yg sp ke Reno blm maksimal ttg nasib terberat yg sedang dihadapi zidan
Kasian kamu Zidan
Semoga kamu lekas terbebas dari kasus yg sdg menimpamu