Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Malam berganti pagi. Kawanan burung tampak berterbangan di langit, memutari hutan. Beberapa hewan terlihat bergerak menjauh dari jalan ketika rombongan mobil melaju di tanah merah berpayung pepohonan.
Pedro mengawasi keadaan samping jalan. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat pepohonan dan beberapa hewan yang berlarian dan mengawasinya.
"Sesuai dengan perkataanku, sinyal menghilang ketika kita memasuki hutan. Kita tidak bisa berkomunikasi dengan anggota yang lain." Shane melirik Pedro sekilas. Ia benar-benar tidak sabar melihat aksi Pedro dalam pertarungan nanti.
"Dalam pertarungan kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri. Terlalu mengandalkan orang lain maupun benda hanya akan menghalangi kemampuan kita. Manusia akan mengenali sejauh mana kekuatannya ketika berada dalam keadaan terdesak."
Shane berdecak. "Berhenti menceramahiku, sialan!"
"Jangan membuatku kesulitan dalam pertarungan nanti!"
"Brengsek!" Shane mendengkus kesal, mengembus napas panjang.
Rombongan mobil dan motor terus melaju membelah jalanan hutan. Perjalanan tampak lancar hingga akhirnya tiba di lokasi pertemuan yang cukup jauh dari gua batu. Banyak orang yang sudah berkumpul dengan beberapa mobil.
Shane turun lebih dahulu. "Bagaimana dengan keadaan musuh?"
Salah satu bawahan berkata, "Mereka masih berkumpul di beberapa titik di dekat gua batu. Beberapa anggota mereka juga terlihat menyebar ke sekeliling area hutan."
"Lalu, bagaimana dengan persiapan pasukan di sini?"
"Kami siap bertarung kapan pun, Tuan. Kami sudah mempelajari semua hal mengenai pergerakan dan persiapan musuh dengan sebaik mungkin."
Shane tersenyum tipis ketika melihat Pedro. "Aku akan mengenalkan seseorang pada kalian semua. Dia adalah Pedro, orang yang akan memimpin penyerangan ini.”
Orang-orang yang sudah berjaga di hutan sontak menatap Pedro, mulai berbisik-bisik.
"Jika ada yang tidak setuju dia memimpin pasukan, kalian bisa melawannya sekarang." Shane tersenyum.
Sepuluh orang maju dan bersiap untuk melawan Pedro.
Pedro hanya diam di tempatnya, mengamati kesepuluh orang itu dengan cepat. Ia seketika menendang seorang pria yang berlari ke arahnya hingga pria itu terpental jauh dan terjatuh dengan keadaan tidak sadarkan diri.
Pasukan terkejut, tak terkecuali Shane dan pasukan khusus yang sudah dikalahkan oleh Pedro sebelumnya.
Sembilan pria lain mundur selangkah, tampak ragu-ragu untuk melawan meski akhirnya melesat maju. Pedro hanya butuh kurang dari satu menit untuk mengalahkan mereka.
Pedro berjalan melewati kesembilan orang itu, mengawasi sekeliling. Ia memberi tanda pada siapa pun untuk menyerang.
Beberapa orang maju dan hanya dalam waktu singkat sudah terkapar di tanah dengan keadaan tidak sadarkan diri.
Pedro terus menghajar orang-orang yang maju ke arahnya tanpa kesulitan. Sekitar empat puluh orang terbaring tidak sadarkan diri di tanah. Beberapa orang yang akan maju akhirnya mundur dan mengakui kehebatan Pedro.
Shane berdecak kesal. "Apa yang sudah membuatnya begitu hebat seperti sekarang? Perjalanan hidup apa yang sudah dia lewati? Aku semakin penasaran dengan orang itu."
"Aku akan mengakhiri permainan ini sekarang juga. Malam nanti kita akan bersiap untuk melakukan serangan dadakan. Ikuti instruksiku dengan baik dan jangan membantah."
Di tempat berbeda, Larson dan Cortez tengah berbincang mengenai kemungkinan mereka mundur untuk sementara waktu, terlebih setelah mereka kesulitan untuk mengakses hutan setelah beberapa kali terjadi penyerangan.
"Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah menyerang melalui jalur udara. Kita bisa melakukan pemboman ke beberapa titik hutan untuk serangan awal," ujar Cortez.
"Cara itu terlalu berisiko untuk kita gunakan sekarang, Cortez. Sampai saat ini, kita tidak tahu siapa musuh kita dan bagaimana kekuatan mereka sebenarnya. Kita mungkin bisa melancarkan serangan melalui udara jika kita sudah mengetahui musuh kita. Melihat dari sepak terjang musuh kita, mereka bukanlah musuh yang bisa kita kalahkan dengan mudah. Jika kita ingin menyerang mereka, kita harus mengerahkan pasukan dari berbagai arah," sahut Larson.
"Brengsek!" Cortez mendengkus kesal. "Siapa sebenarnya mereka?"
Larson mengambil tablet, mengamati keadaan hutan. Layar menunjukkan daratan yang tertutup oleh hijaunya hutan. "Musuh berhasil menyembunyikan keberadaan mereka selama ini. Di dalam keterangan ini, tidak ada satu bangunan pun di sepanjang hutan. Akan tetapi, ketika melihat pergerakan musuh selama ini, mereka banyak menggunakan teknologi yang canggih untuk menyerang maupun mempertahankan diri."
"Aku sudah memerintahkan beberapa orang untuk meretas sistem orang-orang itu, tapi sama sekali tidak berhasil."
Larson terdiam agak lama, melirik Robbins yang mengawasinya dari luar tenda. "Jika jalur darat dan udara tidak berhasil, kita mungkin harus menggunakan jalur bawah tanah."
Cortez seketika terdiam. "Anak buahku mengatakan jika mereka menemukan beberapa gua di pinggiran hutan. Beberapa di antara mereka sempat melakukan pemeriksaan. Sayangnya, gue hanya menuju ruangan buntu."
"Kita bisa mengerahkan orang-orang untuk melakukan penggalian di gua-gua itu. Jika kita bisa menembus gua, kemungkinan kita bisa menemukan jalan. Untuk menghindari kecurigaan, kita bisa melakukan penyerangan melalui udara."
Cortez tampak berpikir keras, mengamati Larson saksama. "Rencanamu patut untuk dicoba, Larson. Itu lebih baik dibandingkan kita tidak melakukan apa pun. Kita akan segera mendiskusikan hal ini dengan anggota yang lain."
Cortez memanggil beberapa bawahannya, begitupun dengan Larson. Mereka berbincang cukup lama untuk membahas rencana tersebut. Sementara itu, Robbins hanya menyaksikan dan mencuri dengar melalui rekaman yang tersambung di pakaian Larson.
"Aku tidak bisa mencampuri urusan orang-orang itu untuk sekarang. Aku baru akan mengirimkan informasi pada Tuan Xander setelahnya. Jika pasukan Tuan Xander dan keluarga Hillborn menyerang, aku harus segera mengamankan Larson secepatnya."
Langit sore berganti malam. Bintang bertabur di sepanjang mata memandang. Tampak beberapa orang yang tengah sibuk menyiapkan peralatan. Tak lama setelahnya, mereka pergi menuju pinggiran hutan dengan tujuan ke arah gua. Di saat yang sama, beberapa anggota pasukan menyiapkan beberapa drone untuk diterbangkan ke arah hutan.
Larson dan Cortez mengamati kepergiaan mereka. Suasana hutan tampak normal meski sebenarnya beberapa pasukan Xander tengah berjaga.
Larson mengamati Robbins. "Dia sepertinya sudah merencanakan sesuatu. Sialnya, aku tidak bisa melakukan apapun sekarang. Jika dugaanku soal musuh yang berhubungan dengan Alexander, maka Robbins sudah membocorkan rencanaku dan Cortez pada musuh. Aku harus berhati-hati."
Larson mendekati Cortez. "Cortez, kita harus meningkatkan keamanan sekaligus mempersiapakan rute pelarian jika musuh tiba-tiba menyerang. Mereka bisa saja sudah mengetahui rencana kita dan bersiap untuk menyerang."
"Semua persiapan sudah selesai, termasuk mengenai keamanan dan rute pelarian kita. Kau... tampak ketakutan, Larson."
"Aku hanya berusaha untuk berjaga-jaga."
Cortez menyentuh pistol di saku pinggangnya. Ia memang mencurigai Larson, tetapi jika harus berhadapan secara langsung dengannya, ia belum sepenuhnya yakin.
Drone diterbangkan ke arah hutan. Di saat yang sama, beberapa anggota berhasil memasuki empat gua dan melakukan penelusuran.
Sementara itu, Pedro, Shane dengan tiga kelompok sudah bersiap untuk melakukan penyerangan ke lawan.
"Kita bergerak sekarang," ujar Pedro seraya memberi tanda.
Tiga pasukan segera bergerak ke arah yang berbeda. Seseorang tampak berlari untuk menyampaikan pesan. Pesan terus berpindah hingga akhirnya sampai ke dua kelompok yang berada di gua batu. Mereka langsung bergerak menuju atas. Malam ini akan menjadi malam yang panjang.
Pedro mengawasi keadaan sekeliling. Firasatnya mengatakan jika ada beberapa orang yang tengah bersembunyi dan mengawasinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Shane.
"Aku merasa jika ada beberapa orang yang sedang mengawasi kita. Kita harus berhati-hati dan mewaspadai sergapan musuh."
Shane berdecak karena ia tidak merasakan apa pun. "Bagaimana jika musuh menyerang?"
"Kita harus menyerang mereka lebih dulu.”
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.