SIMPANAN KAPTEN

"Ckk, dasar nakal. Aku jewer juga nih!" Kesal fira.

Azura hanya tersenyum, tidak ingin menanggapi hal itu. Sebenarnya, pikirannya sedang melayang ke tenda komando sang Kapten.

Apa yang sedang regan lakukan? Apa dia sedang bermesraan dengan istrinya?

Apa regan masih marah padanya? Bagaimana memperbaiki hubungan mereka?

Ada begitu banyak hal yang la pikirkan, membuat dirinya tidak bisa fokus dengan apa yang ada di sekitarnya.

"Dokter azura! Dok, heeyy!" ujar fira sembari menjentik-jentikan jarinya di depan wajah azura.

"Ahh, maaf fir!"

"Makanannya di makan. Dari tadi, sepertinya kok, bengong ae, sakit tah?"

"Gak sakit," jawab azura singkat.

"Ehh, ini makanannya, makasih yah

fir!"

"Iyah sama-sama. Oh ya, udah tahu belum, Dok?"

"apa memang nya?" tanya azura, sembari mengelap sendok makannya, dengan tisu yang di sediakan.

"Itu loh, si Kapten tampan udah kembali." azura yang baru saja menyendokan makanan ke mulutnya segera terbatuk-batuk, mendengar informasi itu.

Meskipun dirinya sudah lebih dulu tahu, tapi tetap saja, mendengar seperti ini, rasanya agak berbeda.

Fira segera melanjutkan kata-katanya.

"Tapi yang bikin gempar adalah, setelah bertahun-tahun sang Kapten bertugas disini, ini kali pertama, istrinya itu mengunjunginya. Padahal, pernikahan mereka, sudah berjalan 6 tahun. Aneh kan?!"

Azura membulatkan matanya, informasi ini, jelas baru Ia tahu. Sebelumnya, Ia tidak pernah tahu, sudah berapa lama, pernikahan Regan dan Ratu.

"Dan katanya nih, sang istri sengaja temenin Kapten, karena dia baru saja sembuh sakit. Sweet banget gak sih!?" ujar fira dengan senyuman merekah. Ia betul-betul bahagia sendiri, dengan informasi yang Ia bagikan ini.

"I-iya," gagap azura, sembari memaksakan tawa kecil.

"Dan, Kapten regan kelihatan sangat mencintai istrinya itu. Tadi ajah, dia ikut ke sini, nemenin istrinya, untuk panggang ayamnya, maklum wanita cantik, kudu ngejaga makannya, gak kek aku," fira terkekeh.

Fira terus saja bercerita tentang regan dan istrinya, sepanjang mereka menghabiskan makan malam mereka.

Fira terkesan, sangat menyukai pasangan itu. Dia juga, menyampaikan isi pikirannya, tentang dokter aulia yang kemungkinan akan sangat cemburu, melihat hal itu.

Azura hanya mendengarkan tanpa menanggapi sedikit pun.

***

Dua hari berlalu, akhirnya tiba hari peresmian pemancar Telkomsel yang akan menghubungkan mereka dengan dunia luar. Sebelumnya, mereka harus selalu ke tenda monitoring untuk menerima panggilan dari luar.

Setelah peresmian ini, mereka sudah dapat berkomunikasi dengan cepat, dan mudah. Para prajurit pun akan bebas berinteraksi dengan keluarga mereka di tempat asal.

Semua menghadiri acara peresmian itu. Regan dengan seragam lengkap terlihat sangat tampan dan gagah saat itu. Namun, saat azura menatapnya, azura pun harus menatap istri sah Regan yang tidak kalah cantik, yang senantiasa berada disisinya. Ada rasa cemburu yang perlahan merayapi hatinya, azura benar-benar tidak mengerti dengan hatinya.

"Pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan yang akan segera berakhir. Tapi kenapa hatiku begitu sakit, melihat semua ini!" azura tertunduk sedih, dengan airmata yang mulai menetes perlahan.

Saat tak sengaja, mereka bertemu pandang, tatapan Regan terlihat sangat dingin dan tidak bersahabat.

Regan juga segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Azura tertunduk sedih. Airmata yang mulai mengering, kini kembali berderai.

"Dokter azura!" Sapaan itu, mengagetkannya. Saat berbalik, azura terkejut dengan wajah Dokter aulia yang terlihat seperti sedang sangat marah.

"Iya, Dok!"

"Kenapa kamu disini? Kembali ke pos! Ada beberapa pasien yang harus di tangani. Kamu, kok malah enak-enakan di sini!" ketus Dokter aulia.

Azura yang mendengarnya jadi bingung. Bukannya, saat ini azura sedang lepas tugas? Karena ada beberapa petugas medis, yang di tugaskan di sana, dan memang sesuai jadwal.

"Maaf, Dok! Tapi saya piket malam! Saya kesini pun, di ajak sama Dokter riko!" balas azura, agak kasar, sebab dirinya juga sedang dalam mood yang kurang baik.

"Hah, kamu mau jawab saya?! Kamu itu baru disini, gak usah sok nge balas apa yang saya katakan. Kamu cukup lakuin ajah. Ingat, kamu baru Koas, berperilaku baik untuk dirimu sendiri, jangan banyak tingkah!"

Azura menutup mata, berusaha menekan rasa kesal dalam hatinya.

"Saya harus kembali dengan cara apa, Dok?"

Meskipun tempat di bangunnya pemancar itu di katakan dekat dengan Pos militer, nyatanya, mereka membutuhkan transportasi untuk kesana. Dan memakan waktu 15 menit perjalanan, jika Menggunakan kendaraan.

"Ya gak tahu, cari ajah sendiri. Atau jalan kaki kek. Toh gak jauh juga!" balas Dokter aulia, dengan wajah datar.

Tanpa bertanya lebih lanjut, azura segera berdiri dan keluar dari tenda acara. Ia berjalan ke parkiran, dan tidak menemukan siapapun yang bisa mengantarkan nya pergi dari sana.

Dalam suasana hati yang buruk, di tambah perlakuan Dokter aulia, azura yang tidak menyadari, kini Ia sudah melangkah meninggalkan tempat peresmian.

Dari podium, yang sedikit lebih tinggi dari tenda undangan dan jalanan, Regan dapat melihat dengan jelas, azura yang sudah berjalan menjauh, setelah di temui dokter aulia tadi.

Meskipun terkesan cuek. Pada kenyataannya, sejak tadi, Regan tidak melepaskan pandangannya dari azura.

Hal ini, yang membuat Regan bisa menebak apa yang sedang terjadi, sehingga azura memutuskan untuk pergi.

Ia mengeraskan rahangnya, menatap gadis itu yang semakin menjauh, meninggalkan tempat itu.

"Gadis bodoh. Dia pikir, bisa sesuka hati berjalan di daerah konflik seperti ini." batin regan.

Namun, karena kekesalannya, regan mengabaikan hal itu. Dalam benaknya, pasti akan ada orang yang lewat dan memberikan tumpangan pada gadis itu, karena kondisi sedang ramai karena acara peresmian itu.

Waktu terus berlalu. Selesai waktu peresmian yang dilakukan pukul 9 pagi hari tadi. Siang ini, regan mengantar Ratu ke kota, guna membeli beberapa kebutuhannya. Jaringan Telkomsel pun sudah dapat digunakan.

Saat sudah dalam perjalanan ke kota, regan baru mengingat azura, apakah gadis itu tadi mendapatkan tumpangan ke pos militer?

Namun, pria itu hanya terdiam dan terus memacu kendaraannya ke arah kota.

Setibanya dikota, regan terus saja memikirkan azura. Seperti ada perasaan aneh yang terus menghantuinya. Rasa gelisah perlahan merayapi hatinya.

Bagaimana tidak, Ia jelas melihat raut wajah marah dokter aulia pada azura, yang membuat gadis itu berdiri dan berjalan pergi.

Siang berganti. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Regan, berencana akan kembali ke pos militer esok hari. Namun, karena gelisah, Ia memutuskan untuk kembali malam itu juga, namun Ratu yang kelelahan, tidak ingin kembali dan memilih menginap di hotel.

Malam gelap tidak menyurutkan niat Regan untuk kembali. Setibanya dirinya di pos militer, Sertu Bima yang sejak tadi sudah menunggunya, segera menghampirinya.

"Kapten," wajah panik dan cemas itu tercetak jelas diwajahnya.

"Ada apa?"

"Dokter azura, Kapten!" Bima menjeda kata-katanya, membuat Regan menatapnya tajam.

"Katakan ada apa?" bentak Regan.

"Dokter azura hilang, Kapten!"

"Apa?"

.

.

JANGAN LUPA LIKE KOMEN SUBSCRIBE VOTE DAN GIFT HADIAHNYA YA TEMAN-TEMAN BIAR AUTHOR NGGAK MALAS-MALASAN BUAT UPDATE BAB. HEHE🤣😍