 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 22 : Kemurkaan Ye Xinghan
Keesokan paginya.
Ye Lin yang bangun terlebih dahulu berniat kembali ke kediamannya. Namun, baru saja meninggalkan kediaman Ye Minghua terlihat Wu Yuan yang telah berjaga di halaman depan seperti sedang menunggu dirinya.
"Apa lagi yang diinginkan orang ini?"
Namun Ye Lin tidak mengatakannya secara langsung. Dia membatin sembari berjalan menghampiri pria tua itu.
"Tuan Muda!"
Wu Yuan dengan segera menyapa ketika melihat Ye Lin. Matanya sempat menoleh ke kediaman Ye Minghua sebelum menunduk dan menyampaikan tujuannya.
"Tuan Muda, Tuan Besar ingin berbicara."
Ye Lin spontan menatap ke langit seperti ingin menunjukkan kepada Wu Yuan jika matahari bahkan belum benar-benar bersinar. Namun Wu Yuan hanya berpura-pura bodoh seolah tak mengerti dengan tanda tersebut.
Dia kembali menambahkan, "Mohon Tuan Muda ikut bersama saya. Ada hal penting yang ingin dibahas oleh Tuan Besar di ruangannya."
Pada akhirnya, Ye Lin mengikuti Wu Yuan untuk bertemu dengan ayahnya.
Di ruangan itu, Ye Xinghan tampak duduk dengan banyak gulungan tersusun di mejanya, terlihat sibuk, tetapi bukan suatu yang harus dikhawatirkan.
Ye Lin mengikuti Wu Yuan berjalan mendekat. Hingga tersisa jarak beberapa meter sebelum Wu Yuan mulai membungkuk lalu tanpa kata meninggalkan ruangan.
"..."
Cukup lama ruangan menjadi hening. Ye Xinghan hanya sibuk dengan gulungan sedangkan Ye Lin terlalu malas membuka pembicaraan.
"Apa dia memanggilku hanya untuk menyaksikannya bekerja?"
Ye Lin berdecak lalu memalingkan wajahnya. Dia benar-benar tidak memiliki pandangan yang baik terhadap Kepala Keluarga Ye tersebut.
"..."
Berlalu dua puluh menit dan masih tidak ada yang membuka percakapan. Ye Lin sungguh berniat akan pergi sebelum akhirnya Ye Xinghan meletakkan kuas di tangannya, lalu perlahan mengangkat wajahnya mengalihkan pandangan kepada Ye Lin.
"Kenapa, ... Kenapa kau tak cerita?"
Ye Lin sempat tak mengerti dengan maksud pertanyaan Ye Xinghan. Namun tak perlu waktu yang begitu lama sebelum dia memahami dengan baik pertanyaan tersebut.
Jelas, itu berkaitan dengan pembunuh yang mengincar nyawa anaknya. Ye Xinghan pasti telah memanggil Huang Mei dan mengetahui kejadiannya.
Ye Lin tersenyum sinis. Berkata, "Apa akan ada perbedaan jika aku mengatakannya? Hari itu, ketika Huang Mei pulang demi mendapatkan obat untukku yang sekarat, bukankah tidak ada yang mempedulikannya?"
"Bahkan untuk bertemu kau terlalu sibuk hingga orang kediamanmu mengusirnya dengan kasar. Pada akhirnya, dia hanya bisa pergi mencari wanita itu. Tapi, apa kau tahu? Bukan obat yang diberikan wanita itu malah memberikan pil beracun dengan mengatakan itu sebagai obat penyelamat nyawa."
"Hari itu, kau sudah tidak peduli. Lalu kenapa sekarang kau begitu penasaran?"
"..."
Ye Xinghan diam termangu mendengar setiap kata dari Ye Lin. Dia sungguh tak pernah tahu jika Huang Mei sebelumnya pernah datang mencarinya.
Dia juga tak pernah memerintahkan orangnya untuk mengusir Huang Mei dengan kasar.
Hal semacam itu bagaimana mungkin Ye Xinghan dapat melakukannya? Terlebih ia tahu jika Huang Mei adalah pelayan yang paling dekat dengan anaknya.
"Tu-tunggu." Ekspresi Ye Xinghan sedikit berubah. "Tadi kau bilang, pil beracun? Siapa yang memberikannya? Siapa wanita yang kau maksud?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Ye Lin diam beberapa detik. Giginya terkatup rapat, seperti ingin menghancurkan apapun di antaranya.
"Aku yakin kau tahu siapa yang aku maksud. Di kepalamu, aku yakin sudah ada satu nama yang melekat tapi kau tak mau mempercayainya."
"Tidak. Bukan seperti itu ...." Ye Xinghan berusaha menjelaskan tetapi Ye Lin tidak peduli dengan kalimat yang diucapkannya.
"Terserah mau percaya atau tidak. Lagipula sejak awal aku tak terlalu berharap."
Ketika berbalik Ye Lin tidak pernah berpikir untuk menahan langkahnya. Dia pergi begitu saja, sedangkan Ye Xinghan juga tidak memiliki keberanian untuk menahannya.
Ye Xinghan hanya diam tanpa kata. Tatapannya kosong, sementara jelas di wajahnya dipenuhi dengan rasa bersalah.
Sebagai seorang ayah, bagaimana bisa dirinya begitu lalai? Putranya diburu oleh kelompok pembunuh, hampir kehilangan nyawa, tetapi dia bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.
"Tuan Besar, apakah ada perintah?"
Sapaan Wu Yuan menyadarkan Ye Xinghan dari lamunan. Dia sebisa mungkin menyembunyikan perasaan dibalik ekspresinya dan menunjukkan wajahnya yang penuh wibawa.
"Cari tahu apakah sebelum ini Huang Mei pernah datang ke kediaman utama untuk mencariku. Aku dengar, seseorang di kediaman ini telah mengusirnya dengan kasar. Cepat cari tahu hal ini."
Dua alis Wu Yuan tampak menyatu dengan bingung. Namun dia tetap mengikuti perintah tanpa banyak bertanya.
"Mengerti, saya akan menyelidikinya."
Setelah satu jam pergi, Wu Yuan datang dengan setengah berlari. Dia tampak terburu-buru untuk sampai ke tempat Ye Xinghan.
"Bagaimana?" tanya Ye Xinghan.
"Tuan Besar, dari pengakuan penjaga yang berpatroli di halaman memang sebelumnya Huang Mei pernah datang dan meminta dipertemukan dengan Tuan Besar. Tapi Huo Junho tak membiarkannya dan langsung mengusir tanpa mencari tahu tujuannya."
Energi spiritual berkumpul di sekitar tangan Ye Xinghan. Bersama dengan emosinya, pegangan kursi berbahan kayu itu langsung hancur tak bersisa.
"Huo Junho? Siapa yang memberinya keberanian membuat keputusan?! Panggil dia sekarang!!"
Wu Yuan bahkan tak membuang waktu untuk menjawab. Dia hanya pernah beberapa kali melihat Ye Xinghan semarah itu. Yang paling membekas dalam ingatannya jelas adalah hari di mana Tian Jiangyi kehilangan nyawanya.
Hari itu, Ye Xinghan benar-benar tak terkendali dan membantai habis kelompok bandit yang terlibat langsung dalam kematian istrinya. Meskipun kelompok bandit itu memiliki sepuluh markas yang tersebar di Provinsi Lingga, satu persatu didatanginya dan tidak ada satu pun yang tersisa.
Tiga puluh menit kemudian, Huo Junho datang mengikuti Wu Yuan.
Pria kurus berambut keriting itu tampak dipenuhi kekhawatiran sejak menginjakkan kaki di ruangan tersebut. Matanya terus menatap kiri dan kanan, sementara tangannya tak berhenti mengeluarkan keringat.
"Tu-Tuan Besar, apakah ada perintah?"
Namun Ye Xinghan tak basa-basi menjawab pertanyaan itu dan langsung memburu ke arah Huo Junho.
Brak!
Dinding ruangan bergema ketika punggung Huo Junho dibanting dengan keras. Wajahnya memucat, dia mungkin benar-benar tidak bisa bertahan jika Ye Xinghan tidak meregangkan cengkraman tangannya.
"Tu-Tuan Besar ...."
Tatapan Ye Xinghan dingin dan tajam.
"Katakan, kenapa kau mengusir Huang Mei ketika dia datang mencariku?"
Huo Junho baru membuka mulutnya tetapi saat itu Ye Xinghan kembali menekan lehernya lebih kuat.
"Apa kau tahu kenapa dia datang hari itu? Apa kau tahu jika dia datang untuk mendapatkan obat?!"
Huo Junho menggelengkan kepala.
Brak!
Untuk kedua kalinya Ye Xinghan membanting Huo Junho ke dinding. Menekannya dengan kuat. "Kau bahkan tidak mencari tahu dan malah mengusirnya! Siapa yang memberimu keberanian untuk melakukan itu?!"
Huo Junho tampak ketakutan. Dia berusaha bicara meski suaranya hampir tidak terdengar. "Tu-Tuan Besar, aku akan mengatakannya. To-tolong ampuni aku."
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh