Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Positif Hamil
Pagi ini setelah sarapan Syella terdiam sejenak di depan pintu kamar Bima. Ia ingin mengetuk pintu itu, tetapi ia ragu dan tidak berani. Syella beberapa kali menghela nafas karena masih berdebat dalam pikiran nya sendiri. Ketika Syella memilih untuk pergi dan tidak jadi mengetuk pintu kamar Bima. Tiba-tiba saja pintu kamar Bima terbuka dari dalam. Bima berdiri dengan kepala tertunduk. Syella menoleh melihat Bima yang terlihat sangat kacau.
"Kak Bima? "
Syella berbalik menghadap Bima yang masih terdiam. Perlahan Bima mengangkat wajahnya dan menatap Syella dengan lesu.
"Kak Bima kenapa? Kak Bima sakit? " tanya Syella.
"Syella? Hari ini kamu di rumah saja. Jangan pergi ke sekolah, " ujar Bima dengan nada pelan.
Sejenak Syella terdiam mencerna maksud dari perkataan Bima.
"Ahh..." Syella tersenyum. "Kak Bima tidak membalas suratnya, yah? Gak papah kok, Kak Bima. Maafkan saya, sudah membuat Kak Bima repot. Kak Bima gak perlu khawatir. Saya tidak papah, kok. Walau sedikit risih, tapi tidak papah. Saya pasti bisa menghadapinya."
Syella berbalik hendak pergi. Tetapi Bima menahannya dengan menarik tangan Syella. Syella menatap Bima heran dan bingung.
"Kamu tidak mengerti. Jangan pergi dan tetaplah di rumah, " ucap Bima lagi dengan suara parau.
Syella memang tidak mengerti mengapa Bima bersikap seperti ini. Syella merasa sangat aneh. Tetapi, Syella tidak bisa melewatkan hari ini, karena hari ini ia ada ujian harian.
"Gak bisa Kak Bima. Sudah yah, saya takut telat. " Syella melepaskan tangan Bima dan pergi begitu saja.
Tubuh Bima bergetar. Adegan ini sama seperti adegan satu tahun yang lalu. Dimana Bima melepaskan tangan Raras dan pergi meninggalkan nya. Bima terdiam mematung, kenangan itu seakan mencekik dirinya. Pikirannya tenggelam begitu dalam. Bima terjatuh dan duduk bersandar pada tembok sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.
Satu jam lamanya Bima terduduk di sana dengan tatapan yang begitu kosong. Bima segera sadar, dan ia bangkit berdiri. Ia menarik nafas panjang dan bergegas pergi ke sekolah Syella.
***
Anya baru saja kembali dari luar habis membeli tespack. Anya tidak sengaja melihat Bima yang pergi terburu-buru dengan pakaian seadanya. Tapi, Anya tidak terlalu menghiraukannya. Dan ia segera pergi ke kamar mandi untuk melakukan tes. Anya merasa deg deg gan setelah satu menit menunggu, garisnya mulai terlihat. Dan ternyata ia memang positif hamil. Anya menghela nafas lesu.
"Garis dua. Ternyata aku benar-benar hamil. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus jujur saja tentang kehamilan ini?" gumam Anya bingung harus apa.
Anya menyimpan tespack itu di dalam dompetnya. Ia pun keluar kamar mandi dengan wajah pucat dan lesu.
"Anya? " panggil Dita yang memang sedang mencarinya.
"Iyah, Mah. Ada apa? "
"Hari ini Amira mau pulang dari rumah sakit. Aiden sudah menjelaskan semua yang terjadi pada Mamah. Katanya Amira mau pulang ke rumah ini dan mulai tinggal disini hari ini. Kamu bisa gak anterin Mamah belanja beberapa keperluan Amira. Soalnya Mamah tidak terlalu tahu soal fashion anak zaman sekarang, " pinta Dita.
"Boleh, Mah. "
Dita tersenyum senang. "Sekalian kita juga belanja buat kamu."
"Kalo Anya sih, gak usah Mah. Baju aja sama tas yang Mamah kasih selemari belum ke pake semuanya, " balas Anya.
"Kalau begitu, hari ini Mamah akan belikan kamu sepatu."
"Sepatu?"
"Iyah. Ayo, kita pergi sekarang. Mamah udah izin kok sama Ranti. Kamu tenang saja, ada banyak pelayan di rumah. Ranti akan baik-baik saja. "
"Iyah, Mah. "
Lantas, Anya dan Dita bergegas pergi ke mall untuk berbelanja. Mereka membeli banyak barang. Dan mereka juga terlihat sedikit bermain dan bersenang-senang. Selesai berbelanja Anya dan Dita merasa sangat lelah dan mampir ke sebuah restaurant untuk mengisi daya lagi. Mereka memesan minuman dingin dan sekaligus makan. Tapi sayangnya, Anya kembali merasa sangat mual ketika mencium aroma bawang putih dalam makanannya.
"Uwee.. Uwee.. "
"Anya, kamu kenapa sayang? " tanya Dita khawatir.
"Gak papah, Mah. Sepertinya asam lambung ku jadi, " jawab Anya beralasan.
"Apa kamu kurang sehat? " Dita mengecek suhu tubuh Anya dengan memeriksa keningnya.
"Anya gak papah, Mah. Cuma agak mual saja," balas Anya sambil memegang tangan Dita lembut.
"Kamu kalau ada apa-apa bilang sama Mamah. Kalau kamu merasa tidak enak badan, seharusnya kamu bilang saja. Mamah jadi tidak enak mengajak kamu dalam keadaan tubuh tidak vit seperti ini. Maafin Mamah yah, karena Mamah kurang perhatian sama kamu, " sesal Dita.
"Mah, nggak kok. Anya baik-baik saja. Mungkin karena tadi pagi Anya nggak sarapan kali yah. Makannya asam lambung Anya jadi kambuh. "
Dita tersenyum sambil mengelus pipi Anya lembut. "Jangan sungkan sama Mamah yah, Nak. Anggap saja Mamah ini Ibu kandung kamu. Jadi, kalau ada apa-apa, kamu bilang saja ke Mamah."
"Iyah, Mah. Makasih yah, Mah. "
Anya terdiam sejenak. Pikiran nya tenggelam memikirkan dirinya yang sedang berbohong soal kehamilan nya. Melihat Dita yang begitu tulus dan sayang terhadapnya. Anya merasa sangat bersalah jika harus mengecewakan mertuanya seperti ini. Entah sampai kapan Anya bisa menutupi kehamilan ini.
***
Bima tiba di sekolah Syella. Ia berlari ke kelas Syella untuk melihat keadaan nya. Lorong sekolah begitu sepi karena jam pelajaran masih berlangsung. Bima sampai di depan pintu kelas Syella dan masuk begitu saja. Ia menyelidiki sekitarnya, sampai pandangannya menemukan sosok Syella yang sedang dicarinya. Perhatian semua orang yang ada di dalam kelas tertuju pada Bima. Semua menatapnya dengan bingung.
"Kak Bima? " gumam Syella.
"Mohon maaf, kami sedang ada ujian. Anda mencari seseorang? " tanya wali kelas Syella.
Nafas Bima keluar masuk tidak beraturan seperti sudah berlari maraton. Jantungnya berdetak sangat cepat memompa darah ke seluruh tubuhnya. Bima tidak langsung menjawab pertanyaan wali kelas dan menarik nafas panjang. Bima merasa lega karena Syella ternyata baik-baik saja.
Di satu sisi ada sepasang mata yang menatapnya dengan penuh kebencian. Tetapi bibirnya menyungging senyum licik. Dia adalah Tasya. Tapi Bima tidak mengenali wajah Tasya. Karena mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Bima hanya pernah mendengar namanya saja dari Raras setiap kali ia cerita soal adiknya.
"Maaf, silahkan lanjutkan."
Bima hanya meminta maaf dan pergi begitu saja. Walau membingungkan semua orang tapi Syella merasa Bima menjadi aneh setelah menerima surat itu.
"Ada apa sih, sama Kak Bima? Kenapa tiba-tiba dia datang kesini?" gumam Syella.
Bima tidak langsung pulang dan mampir ke sebuah ruangan yang dulu pernah dia jadikan tempat persembunyian nya dengan Raras. Kenangan itu kembali lagi dalam ingatan Bima. Semua masa-masa indah itu menimbulkan rasa rindu kepada Raras. Tetapi, setiap kali mengingat bagaimana Raras mati. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit itu dan tangisnya pecah begitu saja.