Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.
"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"
"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."
"Mari kita menikah?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BLACK
New York.
Deru mesin motor sport mahal membelah keheningan malam New York yang mencekam.
Setiap raungan mesin adalah deklarasi keberanian di tengah kota yang menyimpan sejuta misteri.
Motor itu melaju, memantulkan cahaya lampu kota pada bodinya yang ramping dan elegan.
Motor sport itu memasuki area parkir sebuah klub malam terkenal.
Ban motor berdecit halus di atas aspal, menandakan kedatangannya di tengah hiruk pikuk kota yang tak pernah tidur.
Dengan gerakan yang tenang dan penuh percaya diri, pria itu memarkirkan motornya.
Seolah tempat itu tempat yang sering ia datangi, setiap sudut dan celah sudah hafal di luar kepala.
Tangannya membuka helm, memperlihatkan wajah tampan yang menyimpan garis dingin.
Sorot matanya tajam, menembus kegelapan malam, menyimpan cerita yang tak terucapkan.
Ia melangkah masuk ke dalam klub dengan santai. Aroma parfum mahal dan minuman keras langsung menyambutnya.
Seorang penjaga di depan pintu menunduk hormat, tahu siapa yang baru saja datang.
*
Suara gemuruh musik dan sorakan pengunjung klub menghantam telinga pria itu seperti gelombang pasang.
Dentuman bass berpadu dengan riuh rendah percakapan, menciptakan simfoni bising yang khas dari kehidupan malam New York.
Ramainya pengunjung klub terasa kontras dengan suasana luar yang mulai sepi.
Jam sudah menunjukkan tengah malam, namun di dalam sini, waktu seolah berhenti berputar.
Pria itu merasakan denyut kehidupan yang berbeda, sebuah dunia di mana aturan dan batasan menjadi kabur.
Dengan langkah mantap, pria itu menaiki tangga menuju ruangan VIP di lantai dua.
Setiap anak tangga yang ia pijak, semakin menjauhkannya dari kebisingan dan keramaian di bawah.
Dua pengawal bertubuh besar dan bertato berdiri tegak di depan pintu ruangan.
Otot-otot mereka menegang, siap melindungi siapa pun yang ada di dalam.
Saat melihat pria itu, salah satu pengawal segera membukakan pintu.
Gerakan hormatnya menunjukkan bahwa kedatangan pria itu sudah dinantikan.
"Selamat datang, Tuan," ucapnya singkat, mempersilakan pria itu masuk ke dalam ruangan yang penuh misteri.
Ceklek...
Suara tawa dan desahan wanita menyambut pria itu saat ia memasuki ruangan.
Aroma cerutu mahal bercampur dengan parfum murahan, menciptakan bau khas kekuasaan dan nafsu.
"Ooo... Black, kau sudah datang?" sapa pria tua botak dengan tato memenuhi kepalanya. Di samping kanan dan kirinya, wanita-wanita seksi mengayun manja, menempel erat pada tubuhnya yang tambun.
Black, panggilan nama pria yang baru masuk, hanya mengangguk singkat.
"Duduklah, Black," perintah pria tua itu dengan suara serak.
Black duduk dengan wajah datar di hadapan pria tua itu. Matanya menyapu sekeliling ruangan, menilai setiap detail dengan tatapan dingin.
Di sudut ruangan, sepasang kekasih bercumbu mesra, tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
"Honey, pergilah layani Black," ujar pria tua itu pada wanita di sebelah kirinya.
"Tidak. Langsung saja ke intinya. Kenapa kau menyuruhku datang?" tolak Black tegas, saat wanita itu hendak mendekatinya.
"Oke... oke... Kau pasti sangat sibuk. Aku punya pekerjaan untukmu. Kau mengenal Kody Cappo?" tanya pria tua itu.
"Kody Cappo?" ulang Black, alisnya sedikit terangkat.
"Ya... Dia menahan salah satu anak buahku dan menghancurkan markasnya. Aku ingin kau menculik wanitanya untuk menukar anak buahku kembali," jelas pria tua itu dengan nada mendesak.
"Hanya menculik wanitanya untuk menukar anak buahku yang ditangkap oleh Kody?" Black memastikan.
"Ya... Anak buahku bernama Lukas. Dia sangat penting bagiku. Bisnisku sedikit terhambat saat ia ditangkap oleh Kody," jawab pria itu dengan nada frustrasi.
"Kenapa kau tidak menyerang saja markas Kody untuk menyelamatkan anak buahmu?" tanya Black, menyelidik.
"Kody bukan sembarang mafia yang bisa diserang begitu saja," jawab pria tua itu, menyiratkan rasa takut.
Seorang pengawal di samping pria tua itu memberikan beberapa foto kepada Black: foto Lukas, foto Kody, dan foto seorang pria dan wanita berambut merah.
"Apa ini wanita Kody?" tanya Black, menatap foto wanita berambut merah itu.
"Itu sepupunya. Tak ada informasi tentang wanita Kody. Pria itu terkenal playboy dan hanya bermain dengan wanita," jelas pria itu.
"Jadi, tugasku hanya menculik wanita ini?" Black memastikan, menunjuk foto wanita berambut merah.
"Ya... Tukar wanita itu dengan Lukas," jawab pria tua itu.
"Apa yang aku dapatkan dalam tugas ini?" tanya Black, menuntut imbalan.
"Hmm... Apa yang kau inginkan?" tanya pria tua itu, sedikit ragu.
"Aku ingin ini jadi urusan terakhirku denganmu. Setelah ini, jangan pernah mengusikku lagi dan kita tidak saling terikat hutang," ucap Black tegas.
"Sayang sekali kalau kau tak ingin bekerja denganku, Black. Kau sangat pintar dan kuat. Jika kau bergabung dengan organisasiku, aku bisa pastikan kau akan hidup mewah dan tak kekurangan seperti dulu kau mengemis meminjam uang padaku," bujuk pria tua itu, mencoba menggoda Black dengan kekayaan.
"Aku tak tertarik dengan dunia gelapmu," tolak Black mentah-mentah.
"Baiklah, jika itu maumu. Aku setuju. Kau bisa ke London besok pagi. Pengawalku akan menjemputmu di bandara," ucap pria tua itu, akhirnya menyetujui persyaratan Black.
Black beranjak dari kursinya, hendak pergi setelah merasa pembicaraan mereka sudah selesai.
"Kau tak ingin minum dan bersenang-senang dulu?" tawar pria itu, melihat Black yang tampak berjalan pergi.
Black tidak mempedulikan tawaran itu. Ia terus berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan, meninggalkan pria tua itu dengan wanita-wanitanya.
*
*
*
*
*
London.
Mentari pagi menyambut Black saat tiba di bandara London, Inggris.
Pesawat pribadi milik pria tua itu mendarat mulus, mengakhiri perjalanan panjangnya. Black turun dari pesawat dengan langkah ringan.
Di bawah, seorang pengawal berbadan tegap berdiri di dekat mobil hitam mengkilap, menunggunya dengan sabar.
Pengawal itu menunduk hormat saat melihat Black. Tanpa basa-basi, Black membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang.
Pengawal itu segera masuk dan melajukan mobil menuju salah satu hotel mewah di jantung kota London.
Sesampainya di kamar hotel mewah itu, Black duduk di sofa beludru.
Ia membuka tas hitam yang selalu setia menemaninya dan mengeluarkan berkas informasi tentang wanita yang akan ia culik.
"Connie Linton," batin Black, membaca nama itu dengan tatapan menyelidik.
"Seorang dokter," gumam Black pelan, mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja kaca.
Black membuka satu per satu foto dan informasi tentang Connie Linton.
Wajahnya yang cantik dan anggun terpancar dari setiap lembar kertas.
"Satu... dua... tiga... empat... lima... Ada lima pengawal yang menjaga dan mereka bukan pengawal biasa," ucap Black pelan, menyadari tingkat kesulitan misinya.
"Haaaah..." Black menghela napas panjang. Ia merebahkan tubuhnya di sofa, memandangi pemandangan kota London yang indah melalui jendela besar di hadapannya.
Pagi itu, kota itu tampak tenang dan damai, kontras dengan kekacauan yang akan segera ia ciptakan.
Asia
suka banget thor ,sama sifat kody yg begini😂😄