calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak Semua Sama
Setelah menurunkan aku, Rizal berlalu hendak memarkirkan mobilnya.
Nampak sangat kontras ketika bersama sebuah mobil mewah yang juga sedang menurunkan seseorang beserta keluarganya.
Tapi aku tidak perduli dengan semua itu.
Ku tatap mobil pick up Rizal dengan rasa bersyukur dan tidak perduli dengan beberapa ekspresi wajah di sana yang tampak meledek.
Mama, masih ingat ceritaku?itu mahasiswa yang pernah aku ceritakan. Yang ngejar- ngejar dosen tampan dan berharap dinikahi, tapi sayangnya di hari pernikahan dosen tampan itu tidak datang."
Aku mendengar suara itu dari balik punggungku saat aku memutuskan menunggu Rizal balik dari parkiran.
Aku tidak mengerti, kenapa dia membicara kan ku. Padahal aku masih ada di sekitarnya. Apa mungkin dia berfikir aku tidak mendengar ucapannya?
"Oh yang itu? Tidak tau diri sekali mahasiswa seperti itu!" ujar satu wanita yang sepertinya di panggilnya mama.
"Iya. Tapi dia sudah mendapatkan karma dari perbuatannya. Bukan di nikahi dosen tampan dan kaya, dia malah di nikahi sopir truk."
"Ahaha. Bagus, bagus, itu memang pantas buat wanita yang tidak tau diri. Jangan-jangan suaminya yang tadi yang bawah mobil pick up itu ya?"
Kedua tertawa renyah sekali. Sementara aku yang sudah tidak nyaman memutuskan berjalan ke taman saja menghindari orang-orang yang sok tahu seperti mereka.
Sangat sedih sekali. Karna di sekitarku masih banyak juga yang memiliki pemikiran seperti mereka. Bukan orang tua bukan saudara tapi merasa punya hak untuk menyakiti perasaanku.
"Risna?" sapa seorang saat aku memilih duduk di sebuah taman. Dia teman seangkatanku.
"Oh. Hai Sheena?" sapaku balik. Aku tau wanita ini bukan seperti yang lain yang suka julid. Setidaknya masih ada yang beramah tamah padaku di kampus ini.
"Ini keluargaku, susah sejak subuh tadi bela-belain sampai di tempat ini malah acaranya malah di undur," ujar Sheena memperkenalkan keluarganya.
Aku melemparkan senyuman pada mereka. Seorang pasangan suami istri sederhana, namun terlihat sangat menyayangi Sheena. Sungguh Sheena beruntung sekali bisa diantar keluarganya di acara wisudanya.
"Iya, Na. Mungkin faktor macet jalan juga kali. Jadi acaranya di undur. Sabar ya pak, Bu..." ujarku pada orang tua Sheena.
"Teman Sheena cantik sekali ya, Kebayanya juga bagus. Puji ibu Sheena saat menerima Salim ku.
"Terima kasih, Bu." aku sedikit malu di puji wanita yang penuh keibuan itu. Sekilas mengingatkan ku pada ibuku.
Sheena masih menyempatkan mengobrol padaku, meski kedua orang tuanya pamit undur ke tempat lain. Mungkin bertemu kenalan disana.
" Kau datang dengan siap,Risna?" sheena bertanya karna tidak melihat siap-siap bersamaku.
"A-aku datang dengan ~ suamiku." jawabku masih canggung. "Dia masih memarkirkan mobilnya tadi."
"Oh. Iya.aku, turut prihatin ya, Risna." Sheena sepertinya baru ingat tentang apa yang sudah menimpahku.
Meski bukan teman dekatku, aku tahu wanita ini baik sekali.
Aku jadi menyesali sikapku selama ini rela di perbudak Sindy untuk selalu mengikutinya tanpa bisa bersosialisasi dengan teman-temanku yang lain.
Jadi mulai menyadari bahwa tidak salah klau pandangan mereka buruk padaku karna circle ku yang kurang mendukung .
"Trima kasih, Na. Aku justru bersyukur dengan kejadian itu. Tuhan mengirimkan suami yang baik padaku."
"Iya Risna. Aku tahu kok kamu wanita yang baik. Jangan hiraukan ucapan orang-orang yang membuly mu. Tidak semua disini begitu." sheena memberikanku sedikit semangat.
"Dan lagi, sebenarnya sejak dulu Sindy itu sudah jatuh cinta pada pak Genta. Tapi pak Genta sukanya sama kamu, jadi aku pikir dia memanfaatkan kedekatanmu untuk mengambil perhatian pak Genta." sepertinya Sheena juga paham bahwa selama ini aku hanya korban Sindy namun tidak ada yang menyadarkan ku saja.
Aku baru tahu hal itu sejak pertemuan di butik. Mengingatnya hatiku sakit sekali. Tapi sudah ku ikhlaskan saja.
"Tidak apa. Aku sudah bahagia dan melupakan semua itu." ujarku pada Sheena.
Sheena tersenyum seperti terkesan melihat ketegaranku.
"Ingat, hukum tabur tua itu nyata. Sindy akan mendapatkan hukuman dari apa yang dia sudah lakukan padamu. Dan aku berharap hidupmu akan jauh lebih bahagia setelah ini.
"Oh. Trima kasih, Na," ucapku berkaca-kaca mendengar penuturan Sheena yang sangat bijak.
Seperti menemukan seorang teman yang memahami ku,aku tanpa sadar memeluknya. Untungnya Sheena tidak keberatan dan kami saling berpelukan.
"By The way, benar kata ibuku. Kamu cantik sekali. Dan kebayamu terlihat sangat anggun. Apa ini vibes karna pengantin baru yang sedang bahagia-bahagianya ya?" Sheena mencandai ku.
"Kamu bisa saja,Sheena. Kamu juga cantik, kok"
Kami tidak bisa lanjut mengobrol lagi karna orang tua Sheena memangilnya. Aku tentu tidak bisa menahannya.
Setidaknya aku mulai merasa lega dan tidak lagi terbebani dengan perasaanku sendiri. Sheena mengadarkan ku bahwa tidak semua orang berpikir buruk tentangku.
Menyesal kenapa aku tidak memilih teman yang seperti Sheena saja sejak dulu.
Jadi ingat tante Ana. Dia juga yang berperan dalam urusan teman di hidupku.
Dia sangat mendukungku dekat dengan Sindy karna dia kerabat penjabat negara.
Selalu berpesan agar berbaik-baik pada Sindy dan hanya mengizinkanku keluar klau hanya dengan Sindy saja.
Di luar itu sama sekali aku tidak bisa berinteraksi dengan yang lain. Karna harus membagi waktuku menjadi upik abu juga di rumahnya.
"Hai, Risna!"
Padahal baru memikirkan wanita itu, bagaimana begitu saja suaranya sudah terdengar di telinga ku?