NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.

Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.

Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.

Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.

Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?

Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Regi kembali ke mobil dengan kilatan kemarahan yang mencekam, tangannya mengepal kuat ke setir mobil, untuk saat ini hanya penyesalan yang menggerogoti pikirannya.

"Aku bodoh ...," gumamnya lirih. "Aku sendiri yang berjanji untuk menjaganya tapi aku sendiri yang meninggalkannya," lanjut Regi sambil meremas rambutnya dengan kasar.

Regi masih duduk di dalam mobil, ia langsung menghubungi sekretarisnya untuk mencari info tentang panti yang ada di kota ini.

“Aku butuh data semua panti sosial di kota ini. Sekarang juga.”

Tak sampai lama, tiga alamat dikirim ke layar ponselnya, tiga titik yang mungkin menyimpan jawaban tentang keberadaan Dona.

Dengan tekat yang sudah bulat, Regi mulai mendatangi panti pertama, mobil melesat dengan kecepatan tinggi, angin pagi berhembus pelan sinar matahari mulai sedikit naik memantul ke gedung-gedung kota, sementara Regi. Pria itu fokus ke arah depan dengan tatapan yang menghunus, dan rahang yang mengeras.

Di tengah perjalanan, wajah polos Dona seolah ada di dalam benaknya, entah kenapa kata polosnya yang ingin kembali lagi ke Mall, selalu membayangi pikirannya seolah tidak mau pergi.

"Papa akan temukanmu Nak, tenang saja, setelah ini kita ke Mall ya," ungkap Regi dengan nada yang getir tapi penuh tekad.

Mobil sudah berhenti di depan panti pertama, alamat yang ia peroleh dari sekretarisnya, langkah Regi cepat namun tegas wajahnya tegang dengan rahang yang mengeras, di depan meja resepsionis panti pria itu berbicara dengan tegas.

"Selamat pagi Pak ada yang bisa kami bantu," ucap petugas panti dengan senyum yang ramah.

“Saya mencari seorang anak. Saya perlu data anak-anak yang berada di panti ini,” ujar Regi tanpa bertele-tele.

Petugas itu melirik penuh curiga, ia tidak sembarang menyerahkan data begitu saja terhadap orang asing, karena memang aturan yang tidak membolehkan.

"Maaf Pak, data-data anak tidak boleh diperlihatkan begitu saja, ini sudah prosedur," sahut petugas panti itu.

Jawaban itu membuat darah Regi mendidih Amarah sudah tidak terbendung lagi, hingga tanpa sadar ia menggebrak meja resepsionis itu. "Braaak!"

Petugas itu terkejut, namun ia masih tetap taat dengan peraturan panti ini. "Maaf Pak jangan seperti itu, di sini kami hanya menjalankan tugas."

Regi menghela nafas berat dadanya naik turun menahan amarah "Kalian menjalankan tugas, tapi di sini aku juga seorang ayah yang ingin mencari keberadaan anakku, yang di bawa diam-diam ke panti, saya ini sedang mencari Mbak!" sentak Regi.

Petugas itu terdiam. Keraguannya terlihat jelas, namun belas kasihan mulai muncul di matanya. "Siapa nama putri Bapak?"

"Dona Ardina," sahut Regi dengan nada tegas.

Petugas mulai membuka data di komputer. Jemarinya bergerak cepat menelusuri satu per satu daftar nama. Regi berdiri tanpa bergerak, matanya terpaku ke layar, napas tertahan menunggu satu kata yang begitu ia harapkan.

Beberapa detik terasa seperti menit, hingga akhirnya petugas menggeleng pelan.

“Maaf, Pak… tidak ada nama Dona Ardina dalam data kami.”

Kalimat itu jatuh seperti palu, yang menghantam dada Regi, ia terdiam membeku seolah tidak percaya.

Tidak ada?

hatinya serasa disayat benda tajam. Ia mundur setapak, jemarinya kembali mengepal.

“Tidak mungkin…” gumamnya. “Nama itu pasti ada.”

“Saya sudah cek ulang, Pak. Kalau anak itu tidak terdaftar di sini, kemungkinan dibawa ke panti lain,” jelas petugas hati-hati.

Regi mengangguk tipis, meski benaknya berkecamuk. Ia membalikkan badan dengan langkah berat, keluar dari gedung panti itu.

Begitu sampai di mobil, ia langsung bersandar di kursi pengemudi, satu panti nihil, masih tersisa dua alamat lagi…tapi waktu terasa berjalan kejam.

“Aku harus lebih cepat…” bisiknya getir. “Aku gak boleh kalah sama siapa pun.”

Ia kembali menyalakan mesin, mata menajam, mobil pun melesat menuju tujuan berikutnya, tangannya mencengkeram setor dengan begitu kuat, tidak ingin menyia-nyiakan waktu, karena ia tahu jika Dona sedang menantinya.

☘️☘️☘️☘️

Sementara di suatu sudut kota yang lain, seorang gadis kecil masih memeluk bungkus permen kusut itu, menatap pintu aula setiap kali terdengar suara langkah, berharap salah satu di antaranya adalah langkah Om Regi.

Namun kenyataan kembali memukul dadanya, yang datang hanya petugas panti ia duduk sendirian, meskipun temannya yang lain bermain bersama, namun di tempat ramai yang penuh keceriaan ini, hati Dona tidak bisa membaur, bayangan rumah kayu, wajah sang Ibu dan Om Regi selalu menari-nari di dalam pikirannya.

"Om ... Jemput aku, aku rindu rumah, rindu Ibu tolong bawa aku ke tempat Ibu," gumamnya sedikit merintih.

Tidak lama kemudian suara langkah terdengar, Dona terkejut dan berharap itu Regi, namun langkah itu bukan milik pria yang di nanti, hatinya mulai terkoyak, seolah dunia masih belum berpihak kepadanya, dan ternyata langkah itu milik pengasuh panti ini.

"Ibu Sarah ....!" seru anak-anak panti ketika wanita paruh baya itu datang.

"Selamat pagi anak-anak," sapanya penuh kelembutan.

Ketika anak-anak lainnya mulai berebut pelukan hangat dari wanita itu, tidak dengan Dona yang hanya bisa menatap nanar dengan bungkus permen yang masih ia peluk hingga usang, entah kenapa bungkus permen itu seolah menjadi jimat kerinduan bagi anak itu.

Sarah menghempaskan nafas perlahan melihat seorang anak dengan tatapan kosong dan raut yang terlihat sedih.

"Don," panggilnya dengan lembut.

Dona hanya menoleh, tapi tidak memberikan jawaban apapun, anak itu masih belum bisa beradaptasi meskipun sudah dua hari, dan hari-harinya masih muring dan menyendiri.

"Ayo sini kumpul dengan teman-temannya," ujar Sarah.

Namun anak itu menjawab dengan gelengan kepala, seolah ia tidak nyaman berada di tempat yang penuh keramaian dan keceriaan seperti ini.

Sarah mendekat, ia mencoba berbicara dari hati ke hati dengan Dona, sementara itu dari beberapa anak ada yang menatap sinis seolah iri dengan Dona yang mendapat perhatian khusus dari ibu panti.

"Don, kenapa?" tanyanya lembut.

"Aku tidak mau di tempat ini," sahutnya lirih. "Aku ingin bertemu Om," lanjutnya kembali.

"Om siapa?" tanyanya pelan.

"Om Regi," sahutnya.

Ibu panti itu menghela nafas sedikit berat, namun ada rasa iba karena melihat anak wajah Dona yang tertekan.

"Sabar ya sebentar lagi Om Regi datang," ujar Sarah.

Dona hanya mengangguk pelan dan menahan air mata. Di samping itu para anak-anak yang lain menatapnya dengan sinis.

"Anak baru itu manja sekali ya," ucap anak yang bernama Rezi.

"Iya manja kali, mungkin dia ingin jadi anak jalanan yang bebas," sahut Liza.

Tidak lama kemudian di saat ibu panti beranjak dari tempat itu, dua anak itu langsung menghampiri Dona.

"Hey kamu kenapa gak mau gabung?" tanyanya sinis.

Dona hanya terdiam tidak mau meladeni.

"Kamu itu seharusnya bersyukur berada di tempat ini, dari pada di luar sana, palingan kamu tidak sekolah, tidak punya tempat tinggal dan hidup di jalanan," cibir Rezi.

Namun di saat diamnya tidak dihargai di sini Dona mulai menjawab dengan lantang.

"Aku bukan anak jalanan, aku punya rumah, aku punya Ibu dan aku punya Om baik!" berontak Dona yang tidak mau dirinya dianggap anak jalanan.

Bersambung ....

Selamat pagi Kakak ... Semoga suka ya!

1
Amalia Putri
lanjut besok ya thor💪💪💪
Muffin: Hai sahabat pembaca!
Aku baru aja rilis cerita baru berjudul “Menjebak Cucu Presdir” ✨

Cleona hanya ingin menyelamatkan ibunya dari penyakit mematikan, tapi sebuah kesalahan membawanya ke kamar Batara, CEO muda yang dingin dan penuh rahasia. Kini, hidupnya terjerat antara bahaya, rahasia, dan perasaan yang tak pernah ia duga. Apakah ini awal kehancuran… atau takdir yang menunggu?

🔥 Jangan lupa mampir dan ikuti kisahnya yaa~
total 1 replies
Dew666
🍭🍭🍭🍭
Kasih Bonda
next Thor semangat
kaylla salsabella
ayo thor sembuhin dina biar bisa berkumpul lagi sama dona
Nur Kamelia
alhamdulillah semoga cepat bahagia dona
kaylla salsabella
kasihan dona dan Regi pak halik minta di santet online
ari sachio
ayo din bongkar kebusukan d kejahatan halik pd km d keluargamu di masa lau di dpn hakim wlpn harus pake jual air mata kesedihan.berikan balasan yg pantas tanpa harus memake kekerasan d makian.tp jatuhkan mental dia saja selebihnya biar hukum netzen julid yg menyerangny😁
Lisa: yupp bener banget Kak..bersyukur Dina udh mulai sembuh..cpt pulih y Dina..kuat & semangat y utk menjaga Dona..lawan tuh si Halik yg jahat..
total 1 replies
ari sachio
aku mah...menunggu kehancuran kakek tua
ari sachio
itu bapa ampe segituny....jahat banget...klo ad di dunia nyata y...g bkl tu klo jatuh ad yg mo nolongin.😁😁😁😁

ku harap regi ketemu orang yg status d powery yg lbh tinggi dr halik y bisa menolong dona,regi d mamay dona. d mereka bs bangkit d pya segalay yg tk bs bpny tandingi.

klo g biarlah regi ma dona tinggal di plosok desa yg nyaman d orgy lebh manusiawi d kekeluargaany kentl bgt.biar g mempan di sogok pake duit ma halik.hidup dg kesederhanaan tp bahagia hdp bersama dona d mamay mjd keluarga .
Tengku Nafisa
cukup thor jgn buat regi terpisah lagi dgn dona. cukup menghilang dari keluarga halik demi menjauhkan dona dari jangkauan keluarga nya yg jahat.
Sugiharti Rusli
semoga kamu berani menghadapi Ardina dan semoga sudah ada kemajuan dengan kesehatan mentalnya yah,,,
Sugiharti Rusli
apalagi kamu sudah menyia-nyiakan putri kamu selama bertahun-tahun
Sugiharti Rusli
sebagai seorang ayah, kamu harus mengambil segala resiko dan yakin kalo langkah kamu benar,,,
Sugiharti Rusli
karena ayah kamu tuh tahu kalo yang sekarang bisa dia permainkan adalah rasa takut kamu dengan ancamannya
Sugiharti Rusli
Regi kamu jangan serba ragu dan takut, bagaimana nanti si Dona nasibnya kalo seperti itu kamunya,,,
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Bener -bener ni kakek serakah,thor buat Regi Dona Andriana kumpul dan bahagia lanjut thor💪💪💪💪
Lisa: Setuju Kak..kakek itu jahat banget..ayo Regi semangat cari partner utk melawan Halik
total 1 replies
Sugiharti Rusli
semoga saja karena harta yang kamu kumpulkan selama ini berasal dari harta haram milik Farid, itu akan tenggelam oleh keserakhan kamu sendiri pada akhirnya
Sugiharti Rusli
apalagi cucu kamu Dona bukan anak yang cengeng dan tidak tahu arti kata berjuang, apalagi sekarang ada sang ayah di sisinya
Sugiharti Rusli
ayah kamu tuh ga tahu kalo hubungan darah tuh kental dan tidak mudah dipisahkan oleh harta seberapapun banyak nya,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!