NovelToon NovelToon
Misi Jantung Berdebar

Misi Jantung Berdebar

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Bad Boy / Sistem / Cintapertama
Popularitas:105
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

​Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.

​Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.

​“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menara Pixel dan Bos Bocah Drone

Menara Pixel dan Bos Bocah Drone

​Jarak mereka ke Menara Server KT tinggal 200 meter. Namun, 200 meter itu terasa seperti perjalanan ke dimensi lain.

​Saat Ray, Hana, dan Ujang melintasi garis batas zona merah di peta Zero, dunia di sekitar mereka berkedip. Aspal jalanan yang kokoh tiba-tiba pecah-pecah dan melayang ke udara, membentuk balok-balok pijakan yang mengambang.

​Lampu jalan berubah menjadi bunga api piksel. Awan di langit menjadi datar dan berulang-ulang seperti latar Super Mario.

​[MEMASUKI ZONA: THE TOWER LEVEL 1]

[Aturan Fisika: Platformer Logic.]

[Fitur Aktif: Double Jump, No Fall Damage.]

​"Apa-apaan ini?" Ujang menatap kakinya. Dia baru saja melangkah, tapi tubuhnya melloncat setinggi dua meter dengan suara boing kartun. "Aku merasa ringan sekali. Apa aku diet mendadak?"

​"Gravitasinya diubah," kata Hana, melihat struktur balok yang melayang. "Ini bukan lagi jalanan Hongdae. Ini level permainan. Kita harus melompat dari balok ke balok untuk mencapai pintu masuk menara."

​Ray mencoba melompat. Dia melakukan salto di udara, lalu menendang udara kosong—dan tubuhnya melloncat lagi lebih tinggi.

​"Lompatan ganda," Ray tersenyum miring. "Aku bisa terbiasa dengan ini."

​Mereka mulai melompat. Ray dengan lincah, Hana dengan anggun (dibantu Architect Skill untuk memprediksi balok mana yang stabil), dan Ujang... dengan penuh perjuangan.

​"Tunggu! Balok ini licin!" teriak Ujang saat mendarat di balok es piksel. Dia tergelincir, hampir jatuh ke jurang data di bawah.

​Saat mereka mencapai pelataran menara yang melayang, musik chiptune 8-bit yang intens mulai terdengar dari langit.

​Sebuah pesawat Drone raksasa—seukuran mobil—turun perlahan. Di atasnya, duduk seorang anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Dia memakai kacamata VR, memegang gamepad nirkabel, dan memakai kaos bertuliskan "NOOB SLAYER".

​Ini dia. GLITCH_GAMER. Penjaga Level 50.

​"Selamat datang di kastilku, NPC rendahan," suara anak itu terdengar bass dan berat (jelas menggunakan voice changer). "Kalian pikir bisa melewati Level 1 tanpa membayar nyawa?"

​"Nak," teriak Ray dari bawah. "Sudah lewat jam tidurmu. Pulanglah, ibumu mencari."

​Anak itu mendengus. "Cih. Dialog NPC standar. Membosankan. Hapus mereka!"

​Anak itu menekan tombol di stiknya.

​Drone raksasa itu membuka palka perutnya. Ratusan drone kecil seukuran kepalan tangan keluar, membentuk formasi Space Invaders. Mereka mulai menembakkan laser piksel merah.

​PEW! PEW! PEW!

​"Menyebar!" teriak Ray.

​Ray melompat ganda ke samping, menghindari rentetan laser. Balok tempat dia berdiri hancur menjadi debu data.

​Hana berlindung di balik balok beton. "Ray! Drone itu punya pola serangan! Kiri, kanan, tengah, lalu reloading 2 detik!"

​"2 detik tidak cukup untuk memanjat ke sana!" balas Ray.

​Ujang mencoba melempar Cola Mentos sisa tadi, tapi di dunia game ini, botol Cola itu hanya memantul (boing!) tanpa meledak.

​"Item fisik tidak bekerja normal di sini!" teriak Ujang panik. "Kita butuh item game!"

​Ray melihat ke sekeliling. Di atas balok yang tinggi, ada kotak kuning dengan tanda tanya berputar.

​"Ujang! Lempar aku ke sana!"

​Ujang mengerti. Dia menautkan kedua tangannya. Ray berlari, menginjak tangan Ujang, dan Ujang melontarkannya ke udara.

​"Alley-oop!"

​Ray melayang tinggi, lalu melakukan double jump di puncak lompatan untuk mencapai kotak itu. Dia meninjunya keras.

​DING!

​Bukan Bintang, bukan Jamur. Yang keluar adalah sebuah senjata.

​[Item Didapat: Palu Karet Raksasa 100 Ton (Berat Asli: 1 Kg)]

​Ray mendarat dengan Palu Raksasa di tangannya. "Klasik. Aku suka."

​"Serang drone induknya!" perintah Hana.

​Ray berlari di atas balok-balok melayang, menghindari laser drone kecil. Si Bocah Gamer melihat Ray mendekat.

​"Hah! Kau pikir bisa menyentuhku? Shield ON!"

​Sebuah gelembung energi biru menyelimuti drone induk. Ray menghantamkan palunya ke perisai itu.

​BOING!

​Ray terpental mundur jauh sekali. Perisai itu elastis.

​"Tidak mempan!" teriak Ray saat mendarat. "Kita butuh sesuatu untuk mengacaukan konsentrasinya! Hana, ada ide?"

​Hana menatap Bocah Gamer itu. Dia memakai headset VR. Dia mengendalikan drone dengan sinyal suara dan gerakan tangan.

​"Suara!" seru Hana. "Ganggu input audionya! Jika dia tidak bisa dengar perintah sistem, dronenya akan lag!"

​"Suara..." Ray menatap Ujang. "Ujang! Kardusmu!"

​Ujang tersenyum lebar. Dia merogoh saku celananya (kardusnya sudah hilang saat lompat-lompat tadi). Dia mengeluarkan satu benda keramat.

​[Item: Petasan Ayam Jerit (Screaming Chicken Firecracker)]

[Deskripsi: Mainan ayam karet yang diisi bubuk mesiu sonik. Suaranya bisa memecahkan gendang telinga dan kaca.]

​"Hana! Buat jalan peluncuran!" teriak Ujang.

​Hana mengangguk. Dia menghentakkan kakinya.

​[Skill: Ramp Creation]

​Balok-balok di depan Ujang menyusun diri menjadi tanjakan yang mengarah tepat ke wajah si Bocah Gamer.

​Ujang menyalakan sumbu petasan ayam itu.

​"Makan ayam ini, Bocah!"

​Ujang melempar ayam karet itu sekuat tenaga (seperti melempar granat). Ayam itu melayang di udara dengan anggun.

​Si Bocah Gamer melihat benda kuning itu mendekat. "Apa itu? Senjata level rendah?"

​Ayam itu meledak tepat di depan wajahnya.

​KWAAAAAAAAK!!!

​Bukan ledakan api. Tapi ledakan suara "Ayam Tercekik" yang diperkuat 1000 kali lipat oleh speaker sistem. Gelombang suaranya menciptakan distorsi visual di udara.

​"ARGH! TELINGAKU!" Si Bocah Gamer menjerit, melepaskan stik kendalinya untuk menutup telinga.

​Koneksi terputus. Drone-drone kecil jatuh berjatuhan seperti lalat pingsan. Perisai biru drone induk berkedip mati.

​"Sekarang, Ray!"

​Ray sudah berada di udara, melompat dari posisi tinggi. Dia memegang Palu Karet 100 Ton-nya tinggi-tinggi.

​"GAME OVER!"

​Ray menghantamkan palu itu tepat di kepala drone induk (bukan ke anaknya, Ray masih punya hati).

​BLAM!

​Drone raksasa itu penyok parah, mengeluarkan asap hitam dan percikan listrik. Drone itu oleng dan jatuh menabrak pelataran menara.

​Si Bocah Gamer terlempar dari kursinya, jatuh berguling di lantai beton (yang kini sudah kembali normal, bukan piksel lagi). Headset VR-nya lepas.

​Dunia platformer di sekitar mereka runtuh, kembali menjadi jalanan aspal Hongdae yang biasa.

​Ray mendarat dengan gaya superhero (lagi). Palu karet di tangannya menghilang menjadi data.

​Mereka menghampiri bocah itu. Dia gemetar, ketakutan melihat tiga orang dewasa (satu dengan payung, satu dengan mata biru menyala, satu om-om botak menyeramkan) mengelilinginya.

​"Ampun! Jangan bunuh aku!" rengek bocah itu. "Aku cuma mau Skin Legendaris! Min-Ho Hyung janji memberiku Skin kalau aku menjaga menara ini!"

​Ray berjongkok, mensejajarkan matanya dengan bocah itu. Dia mengambil HP bocah itu yang tergeletak.

​"Dengar, Nak. Skin tidak sebanding dengan nyawamu. Pulanglah. Belajar matematika. Jangan main game di jalanan."

​Ray mematahkan HP itu jadi dua.

​"Huaaa! HP-ku!" Bocah itu lari terbirit-birit sambil menangis memanggil ibunya.

​Ray berdiri, menghela napas. "Satu masalah selesai."

​Mereka melihat ke pintu masuk Menara KT. Pintunya terbuka. Di dalamnya, server pusat berkedip-kedip merah. Ritual Transmutasi hampir selesai. 90%.

​"Kita belum selesai," kata Hana, melihat tablet Zero. "Sinyalnya masih kuat. Kita harus mematikannya secara manual di lantai teratas."

​Ray merapikan kemejanya yang kusut. "Kalau begitu, mari kita naik lift. Aku lelah melompat."

​Mereka masuk ke lobi menara. Namun, bukan penjaga yang menyambut mereka.

​Di layar monitor besar lobi, wajah Kang Min-Ho (versi digital/AI) muncul. Dia tersenyum.

​"Selamat, Tikus Kecil. Kalian mengalahkan penjaga gerbangku. Tapi kalian terlambat. Ritualnya tidak bisa dihentikan dari luar. Kalian harus masuk ke dalam Server."

​"Dan di dalam sana... aku adalah Tuhan yang sebenarnya. Jauh lebih kuat dari mimpi Hana."

​Pintu lift terbuka sendiri. Di dalamnya bukan kabin lift biasa, melainkan portal pusaran data berwarna ungu.

​Ray menatap Hana dan Ujang.

​"Masuk ke dunia digital?" tanya Ujang ragu. "Apa aku akan jadi kurus di sana?"

​"Kita tidak punya pilihan," kata Hana, menggenggam tangan Ray. "Kita harus mengakhiri ini dari sumbernya."

​Ray mengangguk. Dia menggenggam erat tangan Hana.

​"Ayo kita Logout dia selamanya."

​Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam portal.

1
FANS No 1
💪🔥🔥
Ray void
selamat membaca😁😁🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!