NovelToon NovelToon
Pengantar CINTA Untuk Mbak Janda

Pengantar CINTA Untuk Mbak Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cintamanis / Janda / Cinta Seiring Waktu / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Resti_sR

"𝘏𝘢𝘭𝘰, 𝘪𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘱𝘢𝘬𝘦𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘪𝘳𝘪𝘮, 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘱𝘢𝘮 𝘤𝘩𝘢𝘵 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨.
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵,
𝘑𝘢𝘷𝘢𝘴—𝘬𝘶𝘳𝘪𝘳 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘳 𝘫𝘢𝘯𝘥𝘢!"

Bagi Javas, seorang kurir dengan sejuta cara untuk mencuri perhatian, mengantarkan paket hanyalah alasan untuk bertemu dengannya: seorang janda anak satu yang menjadi langganan tetapnya. Dengan senyum menawan dan tekad sekuat baja, Javas bertekad untuk memenangkan hatinya. Tapi, masa lalu yang kelam dan tembok pertahanan yang tinggi membuat misinya terasa mustahil. Mampukah Javas menaklukkan hati sang janda, ataukah ia hanya akan menjadi kurir pengantar paket biasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Resti_sR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Cepat sembuh, sayang.

Pagi terasa lebih berat bagi Selena untuk membuka mata. Selimut tebal yang membungkus tubuhnya terasa menekan, membuat napasnya sedikit sesak. Tangannya pun terasa berat, seolah ada sesuatu yang menahannya, membuat Selena tak leluasa bergerak.

Suasana masih terlalu pagi untuk bangun. Namun tubuhnya yang semalam lebih cepat terlelap akibat demam justru terjaga lebih dulu.

“Berat,” desisnya pelan. Kelopak matanya masih enggan terbuka sempurna. Selena memaksa menggerakkan tubuh, berniat bangun sungguhan.

“Astaga...”

Ia nyaris berpekik saat menyadari lengannya tertahan. Mata Selena langsung terbuka lebar, mulutnya menganga menahan teriakan ketika melihat kepala seseorang terlelap di atas tangannya.

“Bocah ini… dia tidak pulang?” gumamnya lirih.

Pandangan Selena turun pada sosok Javas yang tertidur di kursi sisi ranjang. Kepala pria itu menelungkup di tepi kasur, tangannya masih memeluk lengan Selena seolah takut terlepas.

Ingatan semalam perlahan menyusup. Selena ingat saat Javas membangunkannya untuk makan. Pria itu menyuapinya dengan sabar, meski hanya beberapa sendok yang mampu ia telan. Tidak ada percakapan, hanya keheningan yang terasa aneh tapi hangat.

Selena mengira setelah itu Javas akan pulang.

Namun kenyataannya, pria itu masih di sini. Menginap. Di dalam kamarnya.

Dan sekarang, melihat posisi mereka, satu pertanyaan mengusik pikirannya.

Kenapa Javas sampai menginap di kamar ini?

Melupakan hal itu, mata Selena menatap Javas lebih lama. Wajah pria itu sebagian tertutup tangan, rambut lurusnya tampak sedikit berantakan. Ada ketenangan yang jarang Selena lihat pada seseorang yang terlelap sedekat ini.

Tanpa sadar, Selena berusaha menarik tangannya perlahan dari pelukan Javas. Namun tangan satunya justru bergerak ragu, terangkat pelan seolah ingin mengusap kepala pria itu.

Saat jarinya nyaris menyentuh rambut Javas, Selena langsung menggeleng cepat. Kesadarannya kembali utuh. Ia menarik tangannya lagi, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

Selena memejamkan mata, memilih berpura-pura tidur daripada bangun lebih dulu.

Beberapa menit berlalu. Selena merasakan gerakan kecil di lengannya. Ia menahan napas saat menyadari Javas terbangun. Tubuhnya tetap diam, berpura-pura masih terlelap.

“Astaga… aku ketiduran,” gumam Javas pelan.

Pria itu meraih ponsel dari saku celananya, melirik jam yang menunjukkan pukul empat dini hari. Ia berdiri perlahan dari kursi, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah duduk terlalu lama.

“Pasti tangannya pegal,” gumamnya lagi.

Dengan sangat hati-hati, Javas memegang tangan Selena yang semalaman ia jadikan alas. Jemarinya memijat perlahan, nyaris tak terasa, berusaha meredakan pegal tanpa membangunkan pemiliknya.

“Maaf, Sel…” bisiknya.

Tatapan Javas tertuju pada wajah Selena yang terlihat damai dalam tidur. Ia menatap lama, terlalu lama, seolah tak ingin melewatkan satu detail pun.

“Cantik,” ucapnya lirih, nyaris tak terdengar, dengan senyum tipis yang mengembang di bibirnya.

Tangan Javas terangkat, menyentuh kening Selena dengan punggung jarinya. Hangat, tapi tidak lagi sepanas semalam. Demamnya sudah turun. Wajah Selena juga tak sepucat kemarin, meski kelopak matanya tampak bengkak, sisa tangis yang bahkan terbawa hingga ke mimpi.

“Hari ini kamu istirahat dulu ya, Sel,” ujar Javas pelan sambil menurunkan tangannya. “Bisa nggak jangan ke toko roti dulu. Sesekali sayangi tubuh kamu.”

Ia berdiri perlahan, menatap Selena sekali lagi.

“Aku harus pulang sekarang,” gumamnya sendiri. “Jangan sampai Selena tahu aku nginap di sini semalaman.”

Langkah kakinya sempat tertahan di ambang. Javas menoleh kembali. Jujur saja, rasanya berat meninggalkan wanita itu sendirian. Ada dorongan kuat untuk tetap tinggal, lebih lama, sedikit lagi. Tapi ia tahu, terlalu memaksakan diri justru bisa membuat Selena menjauh.

Tatapan Javas melembut, penuh rasa yang tak berani ia ucapkan keras-keras.

“Cepat sembuh, sayang,” bisiknya lirih. “Aku sangat mencintaimu, Sel…”

Setelah itu, Javas melangkah pelan keluar dari kamar Selena, menutup pintu dengan hati-hati, seolah takut suara sekecil apa pun bisa membangunkan wanita yang ingin ia jaga tanpa diminta itu.

Selena yang sejak tadi tidak benar-benar tertidur membuka matanya perlahan saat suara pintu tertutup dari luar terdengar pelan. Napas yang sedari tadi ia tahan akhirnya terlepas. Kalimat Javas masih terngiang jelas di kepalanya, membuat dada Selena menghangat tanpa permisi.

Hangat yang cepat-cepat ia tepis.

Bayangan ucapan Sera siang kemarin kembali muncul, menusuk seperti duri yang sengaja diingatkan. Selena bangkit, duduk di tepi ranjang. Selimut jatuh sampai ke pangkuannya, sementara pandangannya terpaku pada pintu kamar yang kini tertutup rapat.

Tatapannya datar, tapi ada sesuatu yang retak di baliknya.

“Aku harus menjaga jarak,” ujarnya pelan, seolah sedang meyakinkan diri sendiri.

Kalimat itu terdengar tegas, namun hatinya justru terasa perih saat mengucapkannya.

...****************...

Javas yang baru saja keluar kamar berpapasan dengan Bibi Arumi yang sudah bangun. Apron sederhana melingkar di pinggang wanita paruh baya itu, aroma masakan pagi samar tercium dari dapur.

“Selamat pagi, Den,” sapa Bibi Arumi lembut.

Javas tersenyum kaku. “Pagi, Bi. Maaf… Javas semalaman ketiduran,” ujarnya canggung. Ada rasa tidak enak di dadanya, takut Bibi Arumi salah paham.

Bibi Arumi justru tersenyum kecil. “Iya, Bibi tahu, Den. Justru Bibi yang minta maaf. Semalam Bibi lihat Aden masih di kamar Nona Selena, tapi Bibi nggak tega ngebangunin. Sudah terlalu malam,” tuturnya jujur.

Tatapan wanita itu sedikit khawatir saat memperhatikan Javas. “Pasti badan Aden pegal ya, tidur di kursi semalaman?”

Javas mengangguk kecil, lalu tertawa tipis. “Sedikit, Bi. Tapi nggak apa-apa.”

Nada suaranya ringan, tapi hatinya justru terasa hangat. Ada rasa diterima, tanpa dihakimi.

“Em… kalau begitu Javas pamit pulang ya, Bi.”

“Loh, sudah mau pulang saja? Den Javas nggak mau sarapan di sini dulu?” tawar Bibi Arumi. “Bibi sengaja bangun lebih cepat buat siapin masakan, loh.”

Javas menggeleng pelan sambil tersenyum. “Tidak dulu, Bi. Lain kali saja. Aku juga nggak ingin Selena tahu kalau aku nginap di sini semalaman. Takut nanti malah diomelin,” ujarnya sambil terkekeh kecil.

Bibi Arumi ikut tersenyum mendengar itu. “Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan ya, Den.”

“Iya, Bi. Terima kasih banyak,” balas Javas tulus.

Ia lalu melangkah keluar, pamit dengan sopan. Bibi Arumi mengantarnya sampai ke depan pintu, menatap punggung pemuda itu dengan perasaan campur aduk, antara lega dan harap yang diam-diam tumbuh.

...****************...

Selena keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Rambutnya tersisir sederhana, wajahnya tampak lebih segar meski masih menyisakan lelah. Langkahnya menuju kamar Lala, mendapati gadis kecil itu sudah siap dengan seragam sekolahnya.

“Mami…”

Lala memanggil kegirangan saat melihat pantulan Selena di cermin. Suaranya cerah, membuat Bibi Arumi yang sedang merapikan rambut Lala menoleh.

Wanita paruh baya itu langsung mengamati Selena lebih teliti. Keningnya mengerut samar.

“Non, sudah rapi begitu mau ke mana?” tanyanya.

“Mau ngantar Lala ke sekolah, Bi. Setelah itu ke toko, seperti biasa,” jawab Selena santai, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Bibi Arumi menghela napas pelan. Nada suaranya terdengar jelas menyimpan cemas.

“Non, ayolah. Kamu semalam demam, dan tadi pagi Bibi pegang, tubuhmu masih hangat. Setidaknya hari ini istirahat di rumah saja, ya. Ngantar Non Lala biar Bibi saja. Nanti Bibi pesan grab, gampang.”

Selena tersenyum lembut, senyum yang berusaha menenangkan.

“Aku sudah mendingan, Bi. Sudah sehat kok.”

Dia sedikit mendekat, memperlihatkan wajahnya. Bibirnya tampak lebih merah, bengkak di sekitar mata tersamarkan rapi oleh skincare.

“Ck.”

Bibi Arumi mendecak pelan, jelas tidak sepenuhnya percaya.

“Jangan keras kepala, bisa, Non?”

Namun Selena tetap kekeuh. Pagi itu ia tetap mengantar Lala ke sekolah, lalu melanjutkan perjalanan ke toko. Rasa tidak enak di tubuhnya dipaksa ia abaikan, ditimbun dengan rutinitas dan kesibukan.

Bagi Selena, bekerja adalah cara paling aman untuk tidak berpikir terlalu jauh. Seolah selama tangannya sibuk dan pikirannya terisi, luka yang berdenyut di dalam dada bisa diredam. Kesehatan kembali ia nomor-duakan, kalah oleh kebiasaan lama yang selalu menempatkan tanggung jawab di atas dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Cibby
yuk jadian yuk🤭
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
pepet terus mas, gpp kaku tangan demi cinta🥰
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Javas: gini banget pepet janda🤣🤣
total 1 replies
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
bagusss cerita nya thor ada lucu lucunya 🤣
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Terima kasih kak🥰🥰
total 1 replies
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
cinta dengan tulis ya javes
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
ada ada aja😂
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
🤣🤣🤣🤣🤣
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
yang lagi viral skg namanya mas🤣 menguasai 3 negara, Indonesia korea n malaysia🤣😂
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ: iy thor🤭
total 2 replies
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
gubrak🤣
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
wkwkwkwkwk... anterin aja ke alamat pertama mas kurir🤣
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
mampir thor 🤣🤣🤣🤣🤣
🟢≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
aduhh, jangan jadi pebinor Javas🤣🤣, tpi klau statusnya janda, ya lain lagi🤣🤣
🟢≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥: waduhhh, seketika bulu kuduk ku berdiri😬😬
total 2 replies
Lola Maulia
🥰🥰🥰🥰
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Makasih kak🥰
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto: sama2 👍👌
total 2 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Efy
curahan hati kang Kurir paket,ya ampun disaat costumer nungguin lama ternyata kang paket juga berharap cepat sampe ke tuannya,tapi si gogle map masih ngerjain muter-muter alamat rumah nya😄
Efy: ya ampun,iya juga y😅
total 3 replies
Va🍃🍂
emang si Javas plek ketiplek sama bapaknya🤣🤣😭
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Ya kan, emang jiplakan bapaknya🤣
total 1 replies
Cibby
Jule.., autor juga tidak ketinggalan ya🤭🤭
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: 🤣🤣🤣ya memanfaatkan
total 1 replies
Tulisan_nic
plus racun ya,mau?🤣🤣🤣🤣
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Javas: Ya jangan dong, kasian mbak Selena Jandanya berkelanjutan kalau akuu di racun😭
total 1 replies
Tulisan_nic
gundulmu iku🤣🤣🤣
Zee👻 sᥙᥒsһіᥒᥱ☀: Ampun kak🤣🙏
total 1 replies
Tulisan_nic
adalah,ada hati yang mulai berbunga-bunga 👻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!