*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
"Masih ingin nangis atau udahan, kayaknya aku perlu beli tisu lagi, udah habis satu pack." Aka duduk di bibir ranjang mengamati istrinya yang termenung tak bersemangat di depan layar laptop.
"Siapa juga yang nangis, nggak ada," sanggahnya mrengut. Bergerak memunggungi suaminya.
"Nggak ada tapi ngabisin tisu satu pack," sindir pria itu seraya merangkak ke atas kasur. Mengambil buku bacaan di atas nakas yang ia siapkan sendiri.
"Nggak usah julid, baca, baca aja," jawabnya jengkel.
Pria itu menghela napas sepenuh dada, berusaha menahan sabar menghadapi istri kecilnya. Aka sendiri masih belum mengantuk, ia duduk bersender pada kepala ranjang dengan buku bacaan di tangannya. Pura-pura fokus menatap buku di pangkuannya, nyatanya otak dan hatinya diselimuti rasa tidak nyaman.
Shali menutup laptopnya, meneliti buku tugas dan modul yang akan dibawa besok kuliah. Menutup laptop lalu berdiri dari kursi belajar. Melepas hijabnya dan membiarkan rambutnya yang legam panjang sebahu itu tergerai indah. Berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri.
Suara derit pintu yang terdengar menyapa pria yang tengah fokus dengan bukunya. Sejenak ia melirik istrinya yang berjalan ke ruang ganti, dan kembali dengan pakaian tidur setelan celana dan atasan lengan pendek bermotif keroppi. Kembali ke meja rias untuk memanjakan wajahnya sejenak, sebelum akhirnya mendekati ranjang.
Shali berdiri tepat di samping ranjang, menatap sejenak suaminya yang tengah memperhatikan dirinya begitu lekat. Sebelum akhirnya memindai tatapan itu dan menempati kasur bagiannya. Membaringkan tubuhnya dengan memunggungi suaminya.
Lagi-lagi Aka menghela napas sepenuh dada, mengembalikan buku bacaan ke tempat semula. Tangannya tergerak menarik selimut dan menutupi ke tubuh istrinya. Kemudian dirinya ikut berbaring dengan cara terlentang menerawang langit-langit kamar.
"Dek, kamu udah tidur?" panggil Aka lirih masih dengan posisi yang sama.
Shali yang sebenarnya masih terjaga enggan menanggapi panggilan suaminya. Ia malah memejamkan matanya rapat, berharap cepat terlelap.
Gelisah, itu yang Aka rasakan, apalagi istrinya tak menampakkan wajahnya di hadapannya. Pria itu bangkit dan mengambil sikap bersila menghadap ke arah istrinya. Sedikit mengintip perempuan yang beberapa menit lalu berhasil membuatnya cemburu.
"Dek, beneran udah tidur?" tanya Aka lagi, mengikis jarak. Melongok muka imutnya yang terlihat sudah menutup matanya.
Bingung sendiri, namun tak juga membuatnya tenang. Pria itu kembali membaringkan tubuhnya, kali ini dengan posisi yang berbeda, bergerak berani memeluk istrinya dari belakang, dengan tangan melingkar indah meraba perutnya.
Perempuan itu sontak membuka matanya, merasakan punggungnya terhimpit dan begitu hangat, berusaha menahan napas agar tidak ketahuan sudah tertidur. Aka membenamkan wajahnya pada mahkotanya yang tergerai, menghirup wanginya dari sana. Barulah ia merasa nyaman dan membuai mimpi.
Dini hari tepat pukul tiga, nampak lampu-lampu pondok sudah menyala. Para santri sibuk berlomba menunaikan dua rakaat tahajud bersama. Begitu pun pria yang baru saja terjaga, mengerjap sesaat sebelum akhirnya membangunkan istrinya untuk menunaikan sholat bersama.
"Dek, bangun, ayo tahajud," ujar Aka lirih.
Rasanya Shali merasa baru saja terlelap, sebab pelukan Aka membuat gadis itu susah tertidur.
"Aku masih ngantuk Mas, kamu duluan aja ya?"
"Bangun, Dek, Mas tunggu, ayo cepetan!" seru Aka sabar.
Shali bergeming, rasanya kantuknya tak bisa di kompromi, ia mengabaikan suaminya yang masih menunggu.
"Baiklah kalau nggak mau bangun, kita ibadah yang lain aja ya?" ancamnya tepat di belakang telinganya.
Mendengar kata ibadah yang lain, membuat hati yang setengah tertidur itu waspada. Dengan malas membuka matanya, menemukan Aka yang menyorotnya tepat di depan wajahnya.
"Astaghfirullah ... Mas, kamu tuh ngapain sih!" tegur Shali langsung bangkit dari tidurnya. Perempuan itu bergerak memunggungi Aka yang saat ini tanpa bajunya.
"Ngajakin ibadah," jawabnya santai tanpa beban.
"Nggak jelas banget jadi orang," gerutu Shali kesal. Turun dari kasur dan bergegas ke kamar mandi. Shalin memang tinggal di asrama putri di kampus sebelumnya, namun ia masih jauh dari kata muslim taat yang setiap malam bermunajat pada-Nya.
Sementara Aka menggeleng pelan seraya tersenyum melihat istrinya yang langsung melesat ke kamar mandi. Pria itu mengambil baju koko dan mengenakannya
"Ya ampun ... gini amad ya ikut suami, udah nggak bebas ngapa-ngapain, tidur digangguin mulu, mana bikin spot jantung juga. Ya Allah ya Rabb ... aku bisa kurus kalau begini," keluhnya sebal.
Kalau masih lajang rasanya bebas, biar tinggal di asrama ada saat-saatnya jadi pembangkang yang bakal molorin waktu, atau bahkan pulang terlambat karena malas mengikuti kajian. Tetapi yang sekarang Shali rasakan malah semakin terpenjara di gurun suci. Dengan jam terbang disiplin tinggi.
Ia akui Aka tipikal cowo yang lembut dan santun, mungkin idola banyak kaum hawa di sana, namun anehnya kenapa hatinya Shali susah terpaut. Bahkan, bayangan wajah Azmi seakan selalu terbayang di ingatannya. Perempuan itu sempat merutuki dengan penyesalan yang haqiqi mendapati seseorang yang sebelas dua belas wajahnya.
"Dek, lama amad, ngapain sih, tidur ya!" tegur Aka menggedor pintu kamar mandi.
Shali masih belum beranjak, duduk di atas closet dengan malas. Baru kemudian membersihkan diri dari hadas kecil. Keluar dengan muka basah sehabis wudhu, mendekati sajadah yang telah digelar untuknya.
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..