Terpikat Pesona Pacar Setingan

Jeff mengetuk-ngetuk jemari di kemudinya. Dia memang berkendara sendiri karena tak ingin merepotkan Daniel untuk mengantarnya menemui keluarga Mytha.

Saat ini sesuatu tengah mengganggu pikirannya, apa yang Jo ungkap sukses membuat pikirannya berpusat disana.

‘Ko bisa sih, mereka itu kan mantan pacar tapi ko jadi sodara tiri sikapnya biasa aja. Apa mungkin Mytha juga masih punya perasaan sama si Jo itu? Ck, tapi kenapa aku harus peduli pada hal seperti itu, biarin aja lah. Tapi aku penasaran.’ Batinnya berperang sendiri.

Jeff sampai di rumah. Rumah ini kembali sepi seperti sebelumnya, dulu dia suka keheningan ini tapi sepertinya kehadiran Mytha dalam satu bulan kemarin berhasil merubah kebiasaannya itu, dia bahkan sudah membujuk Alex untuk kembali tinggal di rumah tapi bocah itu menolak. Tidak sampai satu Minggu sekali dia pulang membuat Jeff benar-benar merasa kesepian.

‘Berapa lama Mytha dan Jo berhubungan?’

‘Siapa yang jatuh cinta lebih dulu, Jo atau Mytha?’

‘Apa Mytha masih punya perasaan untuk Jo?’

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu berputar di otak Jeff.

Argghh...!!!

“Kenapa aku harus memikirkan hal-hal aneh ini, benar-benar mengesalkan!” teriaknya frustasi, untung saja dia tinggal seorang diri, jika tidak dia pasti dikatai orang gila sekarang.

***

“Kenapa kau punya lingkaran hitam di matamu Jeff?” keluh seorang wanita yang menjadi tim makeup Artisnya Jeff.

“Apa kau bergadang?” tanyanya lagi.

“Hehe, hanya bermain game sebentar,” dusta Jeff, padahal nyatanya dia tidak bisa tidur karena hal lain.

Jeff terus menatap kearah pintu, matanya menanti sosok yang dia bilang akan datang kembali hari ini.

‘Kenapa dia lama sekali? Apa Ibunya melarang dia kerja lagi padaku?’ risau, cemas, baru kali ini Jeff merasakan bahwa menanti sesuatu yang tak pasti itu menyebalkan.

‘Ahhh, sial. Kenapa aku terus memikirkannya. Hentikan Jeff, hentikan.’ dia menggelengkan kepala berusaha membersihkan pikirannya kembali.

“Jeff, diamlah.” tegur wanita tim makeup Artis tersebut, karena Jeff terus menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Maaf Kak, leherku pegal tadi.” Lagi-lagi Jeff berbohong.

Haha. Tawa renyah terdengar dari arah luar, tawa yang ia kenali, entahlah dia mulai terbiasa dengan suara tawa itu.

“Mia, kamu kemana aja sih Kak Cecil marah-marah terus tahu, beda kalau lagi ada kamu,” keluhnya.

“Maaf ya Kak, kemarin aku ada urusan di kampung jadi aku pulang bentar. Tapi semuanya udah selesai ko,” sahut Mytha.

“Bagus deh, jangan pergi lagi ya, kami sudah mulai terbiasa dengan adanya kamu.”

“Hehe, iya kak.”

Obrolan itu pun berakhir, Mytha masuk kedalam ruangan Jeff, dengan otomatis mata Jeff kembali teralih ke tempat lain, dia tak ingin terpergok tengah menatap kearah pintu apa lagi jika ketahuan tengah menunggunya.

“Pagi Kak,” sapa Mytha.

“Yo Mia, kamu dari mana aja, datang tak di undang pulang tak di antar, udah kaya jelangkung kamu,” ledek wanita yang tengah me make over Jeff.

“Hihi, si Kakak ada aja, aku ada urusan bentar Kak. Kak Cecil mana?”

“Dia pergi ke ruangan bos, katanya bos besar datang kemari.”

Mytha mengangguk pelan, “Oh ya kostum Jeff udah siap? Hari ini ada pemotretan untuk majalah.”

“Oh aku belum tahu Kak, soalnya aku baru balik kan.”

“Coba kamu tanya Kak Cecil.” Usulnya.

“Oh oke Kak.”

Mytha menelpon Cecilia dan dia bilang dia harus mengambilnya sendiri di ruangannya, setelah itu dia pun kembali ke ruangan Jeff, ternyata tim makeup Jeff sudah tak ada, kini hanya tinggal pria itu duduk sendirian.

“Ayo bangun dan pakai ini, aku akan membantumu menyiapkannya.” Ucap Mytha.

Jeff menurut dia bangkit dan membawa baju dalamnya keruang ganti, setelah itu dia pun keluar lagi dan membiarkan Mytha melaksanakan tugasnya.

Aroma bunga tercium lembut dari kepala Mytha, sedikit menggelitik hidung Jeff. Gelisah, itu yang dia rasakan saat tangan Mytha dengan lihai merapikan pakaiannya. Jeff menelan salivanya.