Dania terpaksa menggantikan posisi kakak tirinya, Adelia sebagai seorang mempelai wanita dari seorang lelaki yang bernama Daniel Dirgantara.
Tanpa sepengetahuan Dania, ternyata Daniel memiliki kelainan mental. Ia mengalami Intermittent Explosive Disorder, di mana ia tidak bisa mengontrol kemarahannya. Ia bisa membanting dan menghancurkan apa saja, bahkan ia bisa melukai siapapun yang berada di dekatnya.
Hal itu pula lah yang membuat Adelia memilih kabur dan meninggalkan Daniel, beberapa hari sebelum hari pernikahan mereka.
Bagaimana nasib Dania yang akhirnya berada di bawah kungkungan Daniel?
#Cerita ini hanya lah fiktif belaka, jika ada yang tidak masuk akal, mohon sekiranya dimaklumi. ❤❤❤
💗Terima kasih 💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanyaan Bodoh
Sementara itu di ruangan pribadi Tuan Daniel.
"Apa yang diinginkan oleh pria itu?" tanya Daniel dengan wajah malas kepada asisten pribadinya, Roy Anggara. Lelaki yang sudah mengabdi selama puluhan tahun kepada keluarga besarnya tersebut.
"Menurut petugas keamanan, pria itu ingin membicarakan sesuatu yang penting kepada Anda, Tuan Daniel. Dan saya yakin ini pasti berhubungan dengan Nona Adelia," jawab Roy dengan tegas.
Wajah dingin Daniel kini terlihat menekuk. Telinganya terasa panas ketika nama Adelia disebutkan. Kepergian wanita itu benar-benar meninggalkan rasa perih yang amat sangat di dalam hatinya.
"Apakah mereka sudah berhasil menemukan wanita itu?" tanya Daniel. "Jika itu benar, itu artinya mereka selamat dari jeratanku!"
"Ya, semoga saja begitu, Tuan."
Mendadak ruangan itu menjadi hening karena Daniel dan Roy sama-sama terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga akhirnya Roy kembali berucap.
"Jika saja Anda mengizinkan anak buah saya mencari keberadaan Nona Adelia, saya yakin mereka pasti sudah menemukannya hari itu juga," tutur Roy dengan penuh keyakinan.
Daniel menggeleng pelan sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kekuasaannya tersebut. Ia mencoba membuat dirinya nyaman agar ia tidak kembali dikuasai oleh emosinya.
"Tidak perlu, Roy. Aku memang sengaja membiarkannya, agar kedua orang tua Adelia bertanggung jawab. Aku ingin mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa bermain-main denganku," jawabnya dengan rahang yang terlihat menegas.
Roy pun menganggukkan kepalanya pelan tanda ia setuju dengan perkataan Tuannya itu. Tidak berselang lama, Pak Adi beserta keluarganya tiba di depan ruangan pribadi Tuan Daniel. Petugas keamanan yang mengantarkannya, segera mengetuk pintu ruangan tersebut.
Tok ... tok ... tok!
Roy bergegas menghampiri pintu kemudian membukanya. Asisten pribadi Tuan Daniel itu sempat menautkan kedua alisnya. Ia terkejut karena ternyata Pak Adi tidak hanya datang bersama istrinya. Namun, juga bersama seorang gadis cantik.
Roy memperhatikan gadis cantik itu tanpa berkedip sedikitpun. Gadis yang saat ini menyunggingkan sebuah senyuman hangat kepadanya. Namun, lelaki itu enggan untuk membalas senyuman manis gadis itu.
Sementara Roy masih memperhatikan Dania, petugas keamanan yang tadi mengantarkan keluarga Pak Adi tersebut memohon diri dan segera kembali ke tempatnya semula.
"Selamat siang, Tuan," sapa Pak Adi sambil mengangguk hormat kepada Roy.
"Siang, silakan masuk." Roy membuka pintu tersebut lebih lebar dan membiarkan keluarga Pak Adi tersebut memasuki ruangan itu.
Bukan hanya Roy, ternyata Daniel pun sempat terkejut karena Pak Adi dan Bu Ida datang ke tempatnya bersama seorang gadis cantik. Ia menunjuk sebuah sofa panjang yang terletak berseberangan dengan meja kerjanya dan mempersilakan Pak Adi untuk duduk di sana.
"Duduklah," perintahnya, masih memperhatikan Dania dengan lekat.
"Terima kasih, Tuan." Pak Adi duduk di sana kemudian disusul oleh Bu Ida dan Dania.
"Mau apa lagi Anda ke sini, Pak Adi?" tanya Daniel dengan tatapan tajam tertuju pada lelaki paruh baya itu. Pak Adi melirik Bu Ida dan wanita itu segera mengangguk sambil memegang tangannya, untuk memberi semangat.
"Be-begini, Tuan Daniel. Se-sebenarnya kedatangan saya ke sini untuk menawarkan sebuah kesepakatan. I-itu pun jika Anda setuju," jawab Pak Adi dengan terbata-bata.
Lelaki berwajah datar itu terbahak setelah mendengar ucapan Pak Adi. Tawanya bahkan terdengar menggema di seluruh ruangan itu. Tubuh Dania refleks bergetar karena terkejut mendengar suara tawa yang begitu memekakkan telinganya.
Ia bahkan tidak menyangka bahwa lelaki tampan dan rupawan yang tengah duduk di hadapannya, dalam sekejap mata berubah menjadi menakutkan.
"Kesepakatan?" Daniel menghentikan tawanya yang menggelegar lalu mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan yang masih tertuju pada pria paruh baya tersebut.
"Kesepakatan seperti apa yang ingin Anda tawarkan kepadaku, Pak Adi? Jangan bilang bahwa Anda ingin mencicil uang ganti rugiku. Maaf, aku tidak bisa!" ketusnya.
Pak Adi tampak kelabakan. "Bu-bukan, Tuan. Bukan itu, tapi ini soal lain. Sebenarnya saya ingin mengajukan putri saya, Dania, untuk menggantikan posisi Adelia. Itu pun jika Anda setuju," lirih Pak Adi dengan wajah harap-harap cemas.
Mendengar penuturan sang Ayah, napas Dania kembali terasa sesak. Gadis itu duduk dengan kepala tertunduk dan tangannya tidak henti memilin-milin ujung dress ketat yang sedang ia kenakan.
"Apa?!" pekik Daniel. Lelaki itu tidak percaya mendengar tawaran yang diajukan oleh Pak Adi.
"I-iya, Tuan. Ini putri saya, namanya Dania Namira. Usianya baru genap 20 tahun, dia adik dari Adelia," tutur Pak Adi kemudian sembari memperkenalkan sosok Dania kepada Daniel.
Perlahan Dania mengangkat kepalanya kemudian menatap lelaki itu sambil tersenyum. Daniel membalas tatapannya, tetapi tak sedikitpun ia berkeinginan membalas senyuman manis yang disuguhkan oleh gadis itu.
"Berdiri!" perintah Daniel kepada Dania.
Dania tampak bingung. "Sa-saya, Tuan?"
Daniel menghembuskan napas kasar. "Ya, kamu lah, siapa lagi?!" ketusnya dengan mata membulat. Lelaki itu kembali menahan amarahnya. Kakinya yang bersilang di bawah meja, terus bergerak tanpa bisa ia kontrol.
"Ayo, Dania! Cepat," titah Pak Adi agar Dania segera bangkit dari posisi duduknya. Dania pun mengangguk, kini ia berdiri tepat di hadapan Daniel sambil mencoba menurunkan dress-nya yang terlalu pendek menurut gadis itu.
Daniel memperhatikan penampilan Dania dengan seksama, dari ujung kepala hingga ujung kaki dan tak ada yang terlewat sedikitpun dari pandangan lelaki itu.
"Apa kamu masih perawan?" celetuk Daniel.
"Hah?!" pekik Dania.
...***...
"suamiku"
dania munafik kalau kau sadar punya suami apa pantas kau pergi dengan lelaki lain, berinteraksi kayak sepasang kekasih lagi kencan
dania munafik kalau kau benarkan kelakuan menjijikan mu dengan erick berarti suami juga boleh dong punya teman wanita lain dan berinteraksi sepertimu
untuk para author, belajar lagi mana benar mana salah, buka pikiran mu apakah seorang istri bebas berteman dan pergi berduaan dengan lelaki lain kayak sepanjang kekasih itu itu kalian anggap sesuatu yang benar, klo kalian benarkan perbuatan dania berarti boleh donk suami kalian punya teman wanita dan pergi berduaan dengan wanita lain
walau uji hanya novel tapi pakai juga pikiran dan hatimu biar bisa membedakan mana salah mana benar
Aku pasti,Sam punya yg lain diluar sana selain Adelia...👏👏👏