NovelToon NovelToon
Pernikahan (Bukan) Impian

Pernikahan (Bukan) Impian

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hana Ame

Alina berkali kali patah hati yang dibuat sendiri. Meski dia paham kesalahannya yang terlalu idealis memilih pasangan. Wajar karena ia cantik dan cerdas serta dari keluarga terpandang. Namun tetap saja dia harus menikah. Karena tuntutan keluarga. Bagaimana akhir keputusannya? Mampukah ia menerima takdirNya? Apalagi setelah ia sadari cinta yang sesungguhnya setelah sosok itu tiada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Ame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prasangka

Setelah makan malam yang cukup hangat bersama Alina, Roy mengantar Alina pulang, lalu kembali ke rumah yang telah ia beli, bersama ketiga anaknya. Begitu mereka sampai di kamar, Arka langsung melepas jaketnya dan duduk di sofa, sementara Andien membuka botol air mineral dan meneguknya perlahan. Adit, yang sejak tadi paling bersemangat, malah terlihat lebih diam dari biasanya.

Roy nampak lelah dan berpamitan masuk kamar, "Ayah istirahat dulu ya...."

"Ya udah, selamat istirahat Yah, mimpi indah", sahut Andien.

"Jangan lupa dikunci pintunya." imbuh Roy lagi sambil melangkah ke kamar.

"Adit sana kunci pintu" perintah Arka.

Selepas Adit kembali, Andien kemudian berbisik, "Ssttt.... Ayo ke kamarku..."

Dan kemudian mereka bertiga perlahan berpindah ke kamar Andien yang memang paling luas diantara keempat kamar yang lain.

"Jadi, gimana menurut kalian?" Arka akhirnya membuka percakapan, menatap kedua adiknya dengan ekspresi serius.

Andien menaruh botol minumnya di meja. "Gimana apanya?"

"Tentang Mbak Alina, dong. Calon ibu baru kita." Arka menjawab sambil menyandarkan tubuhnya.

Adit menghela napas, tangannya memainkan ujung bantal di sudut tempat tidur, "Dia baik, sih... Kelihatan tulus juga. Tapi aku masih belum yakin. Kayaknya dia belum benar-benar nerima Ayah."

Andien mengangguk. "Aku juga ngerasa gitu. Dia sopan, nggak berusaha cari perhatian kita, tapi justru itu yang bikin aku mikir... apa dia beneran mau masuk ke keluarga kita?"

Arka menatap adiknya. "Kamu lebih suka kalau dia agresif cari perhatian kita?" tanyanya dengan nada sedikit skeptis.

"Bukan gitu. Maksudku… dia kayak masih ragu sama hubungan ini. Bisa aja nanti dia ninggalin Ayah kalau ada masalah."

Adit akhirnya angkat bicara lagi. "Aku juga kepikiran itu. Aku suka Mbak Alina, tapi aku nggak mau lihat Ayah sakit hati lagi."

Andien bersedekap. "Ya, tapi kita juga harus siap kalau ternyata dia nggak bisa nerima kita semua. Jangan sampai kita terlalu berharap."

Hening sejenak. Masing-masing dari mereka memikirkan ucapan Andien.

Adit, yang biasanya paling ceria, kali ini lebih banyak merenung. "Kalau sampai dia ninggalin Ayah, Ayah bakal makin tertutup. Aku takut Ayah jadi nggak percaya lagi sama perempuan."

Andien menghela napas. "Jadi kita harus gimana? Mendukung atau menjaga jarak?"

Arka berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kita jalani aja dulu. Tapi kalau nanti kita lihat Mbak Alina nggak serius atau malah bikin Ayah kecewa, kita yang akan ambil tindakan."

Andien dan Adit saling bertukar pandang, lalu mengangguk setuju.

Namun, tiba-tiba Andien menyuarakan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya. "Kalian sadar nggak sih… Mbak Alina itu hidupnya biasa aja. Maksudku, dia kerja di swalayan, bukan di perusahaan besar atau punya bisnis sendiri."

Adit mengerutkan dahi. "Maksudmu?"

Andien menatap kakaknya dan adiknya dengan serius. "Ya, kalau dia menikah dengan Ayah, dia bakal langsung hidup enak. Ayah itu punya banyak bisnis, uangnya nggak sedikit. Aku nggak mau suudzon, tapi kita juga nggak bisa nutup mata kalau ada kemungkinan dia tertarik sama Ayah bukan karena cinta, tapi karena stabilitas finansial."

Arka mendesah pelan. "Aku juga kepikiran itu, tapi aku nggak mau langsung menuduh. Mbak Alina nggak kelihatan seperti perempuan yang matre."

Andien mengangkat bahu. "Kita belum kenal dia lama. Kita cuma tahu dari cerita Ayah. Kalau dia benar-benar cinta, kenapa dia masih ragu-ragu? Kenapa dia menghindar dari Ayah sebelumnya?"

Adit menghela napas panjang. "Mungkin dia butuh waktu?"

Andien mendengus. "Atau mungkin dia masih ngitung-ngitung untung rugi."

Hening kembali menyelimuti ruangan. Kali ini, prasangka mulai tumbuh di benak ketiga anak Roy.

Arka akhirnya berkata, "Oke, kita perhatiin baik-baik. Kalau ada tanda-tanda dia nggak serius atau malah bikin Ayah kecewa, kita harus siap-siap."

Adit tersenyum kecil. "Siap jadi tim pengawas."

Mereka bertiga tertawa kecil, tapi di balik itu semua, ada benih-benih keraguan yang bisa berubah menjadi konflik di kemudian hari. Tanpa sepengetahuan Roy, anak-anaknya telah membuat keputusan, mereka akan mengamati, menilai, dan jika perlu… melakukan sesuatu.

Di tengah keheningan tiba tiba Andien berkata lagi, "Gimana kalau aku ajak Tante Alina pergi berdua ?"

Sekarang gantian Adit dan Arka berpandangan.

1
Queen's
hii, ijin promosi ya kak,

cek profil aku ada cerita terbaru judulnya

THE EVIL TWINS

atau langsung tulis aja judulnya di pencarian, jangan lupa mampir dan favorit kan juga ya.

terima kasih
Mít ướt
Jleb banget ceritanya!
Kavaurei
Nangkring terus
BillyBlizz
Aduh thor, saya udah kecanduan dengan ceritanya, makin cepat update-nya ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!