NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bussy

...Bagian 19:...

...Bussy ...

...💫💫💫💫💫...

Padahal bukan weekend, tapi kafe hari itu sibuk sekali. Sejak baru dibuka, pesanan masuk tanpa henti, baik online ataupun offline. Pertama kali dalam sejarah, sampai harus disediakan waiting list untuk para pelanggan yang hendak dine in tapi tidak kebagian tempat.

Usut punya usut, hari itu katanya hari spesial. Kata salah satu karyawannya yang chronically online, hari itu disebut sebagai hari perayaan. Untuk apa pun. Anniversary, persahabatan, apa pun. Pokoknya momen-momen yang perlu dirayakan. Dan kebetulan, konsep kafe milik Karel cocok dengan agenda itu. Makanya pengunjung membludak jauh di luar perkiraan.

Karel yang sudah bangkotan (lagi-lagi, ini kata Gavin) serta tidak punya banyak waktu untuk berselancar di sosial media, tidak tahu soal ini. Maka saat dijelaskan, ia hanya iya-iya saja dan ikut sibuk mengurus pesanan.

Sibuk, sibuk, sibuk, sampai tahu-tahu waktu terus bergerak tanpa disadari. Pengingatnya datang dari telepon yang masuk ke ponselnya; telepon dari sekolah Eliana. Begitu diangkat, Miss yang menelepon tidak berbasa-basi, langsung menyampaikan bahwa Karel telah terlambat menjemput, dan keadaan sekolah sekarang sudah sepi.

Setiap harinya, ada toleransi selama 15-20 menit dari jam pulang sampai semua wali murid datang menjemput. Tapi waktu itu, Karel bahkan sudah telat lebih dari 30 menit. Karenanya, setelah menutup telepon, dia langsung terburu meninggalkan semua pekerjaan yang sedang ia tangani. Sebagian didelegasikan kepada Irwan, sebagian kepada rekan karyawan yang lain.

Untungnya jalanan siang itu relatif lengang, jadi Karel bisa menyetir sat-set dan sampai tujuan dalam waktu cepat. Tak kurang-kurang ia meminta maaf pada Miss yang menjaga Eliana, bahkan meski sang Miss sudah terus mengangguk berkata tidak apa-apa. Sampai dirinya sudah membuka pintu mobil, lalu menaikkan Eliana ke car seat dan memasangkan seatbelt pun, kata maaf masih meluncur dari bibirnya.

Dia baru berhenti setelah sang Miss mempersilakan masuk mobil, kemudian pamit kembali ke kelas untuk mengurus hal lain.

"Penyihir masih nangis nggak, Ayah?"

Karel mendesah pelan. Pantatnya bahkan belum mendarat sempurna di kursi pengemudi, tapi sudah ditodong pertanyaan seperti itu.

“Could you at least let me sit properly first?” Dia lanjut duduk sambil melongok ke kursi belakang.

Eliana mengedik. Pipinya menggembung bukan karena ngambek, tapi karena penuh dengan anggur shine muscat yang digilainya belakangan ini.

“Emang kenapa kamu nanyain soal Penyihir? Don’t you told me earlier that you don’t like her? Kenapa sekarang care banget?” Karel balik badan, memegang kemudi dan menyalakan mesin. “Nggak mungkin cuma karena kamu lihat dia nangis, kan?” sambungnya. Ditatapnya Eliana dari kaca spion depan, menyelidik. “Dia janjiin kamu something, ya?”

“I don’t like her, that’s a fact.” Eliana meletakkan kotak anggurnya di kursi sebelah, lantas melanjutkan mengunyah. “But you know, I just don’t like her, but I don’t hate her.”

Dahi Karel mengernyit. Baru kali ini dia tidak mengerti apa yang Eliana bicarakan. Memangnya apa bedanya ‘tidak suka’ dan ‘benci’? Bukannya sama saja? Sama-sama perasaan negatif terhadap seseorang, yang membuat tidak nyaman.

“What’s the different, tho?” Dia menanyakan langsung pada Eliana, sedang malas menebak-nebak sendiri.

"When I say I don’t like her, it means that I don’t want to get close to her. Penyihir itu nyebelin, El nggak suka lihatnya. But I don’t hate her, ‘cause hate means I don’t want to see her at all.”

“Whatever,” Karel mengibaskan tangan di depan wajah, lanjut menyetir. “I still don’t get it.”

“It’s not that hard to understand.”

Karel tidak menanggapi, dia hanya fokus menyetir. Sesekali saja dia cek apakah Eliana mulai cemberut atau tidak. Tapi ternyata masih aman. Anak itu kembali sibuk memakan anggur sambil memperhatikan jalanan.

Dari sekolah, Eliana dibawa ke kafe. Mengingat pekerjaan di kafe yang masih sangat banyak, rasanya tidak benar saja kalau Karel limpahkan semuanya ke karyawan. Paling tidak dia akan bantu sampai pengunjung mulai berkurang.

Setelah memarkirkan mobil, Karel menurukan Eliana dengan hati-hati. Anak itu langsung ngeloyor begitu saja, masuk ke kafe meninggalkannya. Dia hanya bisa menggelengkan kepala pelan, sambil memungut kotak anggur yang masih sisa setengah. Kotak itu dibawanya keluar mobil, sedangkan barang-barang Eliana yang lain ditinggalkan saja di sana.

Di kafenya, Eliana punya satu tempat khusus untuknya. Tempat itu tidak pernah dibuka untuk umum, benar-benar hanya untuk Eliana seorang, bahkan ketika kafe sedang seramai sekarang. Namun, kali ini anak itu tidak mendatangi tempat khusus dirinya, alih-alih langsung menerobos ke belakang counter dan mengajak Irwan bicara.

"Om udah lunch?" tanyanya, seraya naik ke kursi dekat mesin kopi.

Irwan yang diajak bicara, tersenyum ramah. "Udah, dong," jawabnya. "Princess sendiri udah lunch belum?"

"Udah juga."

"Lunch di sekolah bareng Miss, ya? Sambil tunggu Ayah jemput?"

Eliana menggeleng. "No," sahutnya. "El lunch bareng boyfriend tadi."

"Heh!" Karel yang tadi masih di ujung pintu, tahu-tahu sudah sampai di depan counter dan menegur keras Eliana atas statement asalnya. "Just friend. Nggak ada boyfriend, boyfriend, kamu masih kecil."

Eliana cemberut. "Orang El udah terima, berarti kan udah resmi jadi boyfriend."

Aduh, aduh, kepala Karel mulai terasa berat. Rasanya ingin dia jitak kepala Eliana. Tapi karena terlalu sayang, akhirnya hanya hidung anak itu yang menjadi korban. Ditariknya hidung mancungnya Eliana yang nyaris tenggelam diapit sepasang pipi gembil.

"Kamu mainnya di ruangan Ayah aja yuk, jangan gangguin Kak Irwan lagi kerja."

"Nggak mau." Eliana menolak keras. Pipinya menggembung, kedua tangan terlipat di depan dada. "El mau di sini aja sama Om. Ayah not good today."

"Ayah not good?"

Kepala mungil anak itu naik turun.

"Emang Ayah ngapain?"

Wajah Eliana tampak serius, kedua tangannya terurai. "Pertama, Ayah telat jemput," ujarnya. "Kedua, Ayah don't care about Penyihir. Dan ketiga," Ia menjeda, sekadar terdistraksi oleh suara Irwan menyambut pelanggan baru datang. "Ketiga," mulainya lagi. "Ayah nggak mengakui Angelo as my boyfriend."

Mumet. Pangkal-pangkal alis Karel sampai terasa berdenyut, telinganya berdenging, dan sekitarnya mulai terasa berputar setelah mendengar celotehan Eliana barusan. Poin yang pertama wajar dan masuk akal. Tapi yang kedua dan ketiga?

"Tapi tenang aja, Ayah," sambar anak itu lagi, ketika Karel masih berusaha agar kakinya tetap tegak memijak bumi. "Since El adalah anak baik, semua kesalahan Ayah tadi bisa ditebus. Biar skor Ayah jadi good lagi. Gimana?"

Kan, batin Karel. Sudah curiga sejak awal bahwa Eliana sedang ada maunya, dan sengaja mengada-ada supaya dirinya mau tak mau mengikuti apa inginnya.

Karel ingin menolak, tapi apa daya, jiwa kebapakannya membuatnya lagi-lagi kalah dan ujung-ujungnya merendahkan tubuhnya untuk bertanya, "Ayah harus ngapain biar skornya jadi good lagi?"

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!