MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

Kelly pulang sambil menangis dalam kehancuran hatinya.

Ia sebenarnya sangat yakin kalau Alka mencintainya. Alka memujanya. Ia sangat yakin kalau Alka tak mungkin bisa mendapatkan wanita sempurna seperti dirinya. Alka selalu mengatakan kalau Kelly adalah yang terbaik. Alka selalu mengatakan hanya dengan Kelly ia menemukan kepuasan dalam bercinta.

3 tahun mereka saling berjauhan. Kelly tahu Alka dekat dengan banyak perempuan namun Kelly yakin itu hanyalah pelarian.

Namun kini, seorang perempuan muda sudah berhasil menggoda Alka. Pada hal Giska terlihat biasa-biasa saja. Giska bahkan anak seorang sopir. Bagaimana mungkin ia bisa mengambil posisi Kelly di hati Alka?

Kelly terus menumpahkan rasa kesalnya sampai mereka tiba di rumah. Ia sangat marah sehingga memutuskan untuk minum beberapa gelas alkohol yang memang tersedia di mini bar yang ada di ruang tengah.

Kelly menaiki tangga menuju ke kamar tempat James tidur. Di tatapnya lelaki itu dengan penuh kebencian. Mengapa kamu gak mau menceraikan aku walaupun kamu tahu kalau Lana bukanlah anakmu? Mengapa kamu menyiksa aku dalam pernikahan yang bagaikan neraka? Aku benci kamu James.

**************

Mungkin Giska memang belum berpengalaman. Sekalipun ia dan Deo sudah berpacaran lebih dari satu tahun namun gaya pacaran mereka hanyalah sebatas pegangan tangan dan ciuman sekilas di bibir.

Giska tak pernah mau diajak berciuman ala France kiss karena memang dia tak mau ada hubungan intim yang jauh dari itu.

Namun kini, Giska terbuai dengan lelaki berpengalaman seperti Alka. Alka adalah lelaki dewasa yang sudah lama tak berhubungan intim dengan wanita. Semenjak papanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan Giska maka Alka tak lagi menemui semua kekasihnya itu.

"Alka....kita......tak boleh.....!" Giska yang menemukan kesadarannya, walaupun Masih dikuasai oleh gairah, menahan kepala Alka yang kini sudah ada di dadanya.

"Ada apa?" tanya Alka. Dia sudah dalam posisi siap tempur.

"Kita....kita....nggak boleh?" Giska menggeleng.

"Nggak boleh apa? Memangnya ini dosa?.kita ini suami istri, Giska." Alka kembali mencium dada Giska.

"Tapi....tapi....." Giska kembali menahan kepala Alka. "Kita kan sudah janjian tidak ada kontak fisik."

"Memangnya kamu nggak mau? Aku tahu kamu juga ingin, Giska? Perlu aku buktikan?" hanya Alka sambil tangannya mulai turun ke bagian bawah tubuh Giska.

"Eh...tunggu.....tunggu....!" Giska merapatkan kedua kakinya. "Jangan Alka...! Nggak boleh!"

Alka mengeram kesal. Saat hasratnya sudah sampai di ubun-ubun, Giska justru menolaknya. Apakah nggak sakit si palo?

"Alka....jangan...!" Giska mendorong tubuh Alka lalu perlahan mengenakan kembali gaun tidurnya yang sudah terbuka. Ia duduk membelakangi Alka yang sudah tertidur sambil terlentang. Alka menarik napas panjang beberapa kali. Lalu ia juga bangun dan mengenakan celana dan kaosnya kembali. Ia ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, kemudian ia keluar dari kamar setelah mengganti celana pendeknya dengan celana panjang.

Perlahan Giska menoleh ke arah pintu. Gadis itu pun menarik napas lega. Tepat di saat itu ponselnya berbunyi. Ada pesan dari Deo.

Hai sayang, sudah tidur? Aku tak bisa tidur membayangkan kamu bersama Alka di kamar yang sama.

Giska pun membalas pesan itu.

Jangan khawatir sayang. Aku bisa menjaga diriku. Tidurlah. Mimpi yang indah ya? Love you

Giska mengambil bantal dan pindah ke sofa yang ada di sana. Giska memutuskan untuk tidur di sana.

**********

"Giska, bangunlah. Kita harus pergi!"

Giska terkejut saat ia merasakan sentuhan tangan Alka di bahunya. Giska membuka matanya dan menyadari kalau Alka sudah mandi dan berganti pakaian.

Jam berapa Alka pulang? Giska merasa kalau semalam ia masih sempat melihat jam yang ada di hp nya, pukul 2 dini hari dan Alka belum kembali ke kamar.

Giska pun turun dari atas sofa. Ia memperhatikan Alka yang sedang menyisir rambutnya. Giska sebenarnya takut jika Alka marah. Namun dia melihat kalau cowok itu terlihat tenang dan tak ada kemarahan di wajahnya. Seolah kejadian semalam tak pernah terjadi.

"Mandilah, Gis. Kita harus segera pergi karena ayahmu masuk rumah sakit."

"Apa?" Giska terkejut. Ia pun bergegas ke kamar mandi.

***********

Ayah Giska ditemukan oleh pelayan yang bekerja di rumah itu, pingsan di depan pintu kamarnya.

Dokter sudah memeriksanya dan menempatkannya di ruangan ICCU.

"Maaf nona, pasien belum boleh di jenguk karena kondisinya yang belum stabil." kata perawat penjaga ruangan itu.

Giska meminta untuk ketemu dengan dokternya.

"Sel-sel kankernya sudah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Sebenarnya adalah sebuah keajaiban ia bisa bertahan sampai saat ini. Kemoterapi yang dijalaninya berlangsung dengan baik. Hanya saja kondisi tubuhnya yang tidak stabil yang membuat dia pingsan." dokter Jouna menyampaikan hasil pemeriksaannya.

"Kapan ayahku bisa sadar, dok?" tanya Giska.

Dokter Jouna menggeleng. "Kami tak bisa memprediksi nya."

Giska menangis. Ia dan Alka keluar dari ruangan dokter dengan wajah yang sedih.

Begitu mereka tiba di depan ruangan ICCU, nampak tuan Geo dan Rudi sudah ada di sana.

Geo langsung memeluk Giska. "Sabar ya, nak? Kita serahkan semuanya pada yang kuasa. Kasihan ayahmu. Dia sudah cukup berjuang sampai saat ini."

Giska hanya mengangguk. Rasanya ada rasa damai saat menemukan seorang sosok papa yang lain dalam diri tuan Geo.

Menjelang sore....

"Gis, sebaiknya kamu pulang dan beristirahat. Ini sudah hampir malam. Dokter mengatakan kalau kondisi ayahmu belum ada perubahan." kata Alka.

Giska yang masih duduk di ruang bangku depan ruang ICCU menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Kamu pulanglah. Aku mau berjaga di sini."

"Tapi kan besok kamu ada kuliah. Kamu bilang kalau mulai Senin ada mid-semester."

Giska rasanya enggan untuk pergi.

"Papa sudah menyewa dua perawat untuk berjaga di sini. Jika ada sesuatu, mereka akan menelpon kita."

Giska akhirnya mengalah walaupun sebenarnya hatinya tak rela. Ia mengikuti langkah Alka meninggalkan rumah sakit.

Begitu tiba di rumah, Giska memilih mandi dan langsung membuka catatan kuliahnya. Ia bahkan tak ikut makan malam sehingga makanannya diantar oleh Alka ke kamar.

Giska makan sambil terus membacanya.

Menjelang tengah malam, gadis itu selesai dengan catatan kuliahnya. Alka bahkan sudah tertidur. Giska pun turun ke lantai satu karena dia ingin membuat susu.

Ia justru berpapasan dengan Lerry di depan pintu dapur.

"Kamu mau ngapain?" tanya Lerry.

"Mau buat susu."

"Boleh aku temani?"

Giska hanya mengangguk.

Selesai membuat 2 gelas susu untuk mereka, Giska dan Lerry duduk di meja pantry.

"Alka sudah tidur?" tanya Lerry.

"Iya. Besok Alka ada rapat penting."

"Turut prihatin dengan apa yang terjadi dengan papamu, ya?"

Giska hanya mengangguk. "Terima kasih."

"Giksa, apakah kamu mencintai Alka?"

Giska mengerutkan dahinya. "Kenapa kamu tanyakan itu?"

"Alka sudah ceritakan semua masa lalunya?"

Giska pura-pura mengangguk.

"Termasuk hubungannya dengan ibu tiriku?"

Giska terkejut. "Kamu tahu?"

Lerry mengangguk. "Aku bahkan sangat yakin kalau Lana bukanlah anak papaku tapi anak Alka."

Tepat di saat itu, Alka sudah berdiri di depan pintu dapur. Ia menyusul Giska saat menyadari kalau gadis itu tak ada.

Suasana seketika menjadi tegang.

Apa yang akan Alka katakan ?

************

Nah...lho....Lerry ternyata menyimpan rahasia juga.....