NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 28

Aku tetap merasakan kehausan setelah berkali-kali tersiram derasnya air realitas.

...----------------...

Suara tetesan air bekas hujan deras mengalun merdu. Di sela kaca jendela yang buram, aku melihat warna putih abu-abu siswa-siswi yang berjalan menjauh. Hendak ke luar gerbang. Lima orang yang piket telah menyelesaikan tugasnya dan ke luar dari kelas. Menyisakan aku yang terbalut sendu. Menanti sulaman manis senyuman dirinya.

Gigil mulai merasuk. Mendung masih tersisa. Suara bercakap-cakap mulai raib. Semua ekskul belum buka sebab masih hari pertama sekolah. Di mana Rasen?

Pesan pada ponselku masih kosong akan nama Rasen. Nada, si gadis robot itu tidak juga melanjutkan perkataannya. Bahkan di kelas ia seperti patuh bernyawa. Duduk tegak tanpa gerakan. Mata menghadap lembaran buku. Hanya tangan untuk membalikkan halaman. Serta deru napas. Seolah tidak ada seorang pun yang satu dunia dengannya.

Untuk mengisi kebosanan, aku berdebat panjang dengan Flo. Itulah kegunaannya sebagai teman sekelasku. Ah, bukan teman. Namun aku tak tahu harus menggantinya dengan sebutan apa.

Beberapa menit berselang. Aku memilih untuk beranjak. Serta menunda harapanku akan datangnya Rasen. Lelaki itu menghilang tanpa pamit. Seharusnya aku bisa mencarinya di kelasnya. Atau setidaknya aku bisa melihatnya saat upacara bendera tadi pagi. Namun, entah di barisan mana ia berada. Padahal, barisan kelasku dengan barisan kelasnya berdekatan.

Tok tok tok...

Terdengar kaca jendela diketuk dari luar. Tepatnya dari halaman belakang kelas. Secepat kilat kepalaku menengok.

"Rasen!"

Sebuah Wajah buram sebab embun di kaca jendela. Namun aku tahu itu bukanlah wajah seseorang yang aku cari. Yang benar saja. Rasen benar-benar tidak datang mencariku. Mana coklat lumer yang dijanjikannya kala itu sebelum libur semester? Walaupun, aku jauh lebih menginginkan duduk di sebelahnya daripada memakan puluhan coklat lumer yang lezat itu. Apa artinya coklat lumer tanpa Rasen.

Semakin dekat, aku tahu wajah siapa itu. Aezar. Untuk pertama kalinya, sebagai dua orang yang bersekolah di tempat yang sama. Aku baru kali ini melihatnya. Entah bagaimana caranya bersembunyi hingga aku benar-benar asing akan wajahnya di tempat ini. Sekali pun ia bilang sudah beberapa kali melihatku.

Pada akhirnya, aku berjalan pulang bersama Aezar.

"Kenapa melamun di sana sendiri?" tanya Aezar.

"Ya kamu ngapain tiba-tiba muncul?" ujarku balik bertanya.

"Buat buktiin bahwa aku emang sekolah di sini juga."

"Kurang kerjaan!"

"Loh, Dain. Kamu masih di sini!?" Belum sempurna embusan napasku setelah selesai melontarkan kata kepada Aezar. Seseorang yang sampai naik ke ujung langit rasa rinduku menunggunya malah tiba-tiba muncul. Entah harus senang atau bagaimana. Aku tengah berduaan dengan lelaki lain.

Angkot sudah berhenti. Bertepatan dengan beberapa detik Rasen muncul. Lirikannya mengarah ke Aezar.

"Ayo, Aezar. Jemputan sudah sampai!" ujarku tanpa menanggapi perkataan Rasen.

Sialnya, Rasen malah mematung di tempat dan tidak terdengar lagi panggilan darinya. Hei, kejar aku! Cegah langkahku yang hendak meninggalkanmu! Seperti inikah caramu setelah belasan hari kita renggang.

Saat di dalam angkot, aku menengok lewat jendela. Raga Rasen sudah Raib dari sana. Saat aku perhatikan lagi, ia malah sudah berada di post satpam dan terlihat bercakap-cakap sambil tertawa di sana.

"Kejarlah aku, sialan!" seruku sambil memukul Aezar.

"Ada apa, Dainty?"

"Diem, lo!"

...****************...

Di meja ruang tengah, aku melihat ada gunting yang kala itu digunakan oleh ayah untuk menggunting gaun putih pemberian Rasen. Tanpa pikir panjang, demi melerai sakit hati. Aku meraih gunting tersebut dan menggunting boneka kelinci yang sudah tercabut kedua mata dan hidungnya itu. Mulai dari kedua telinga, lalu kepala, lalu tangan dan terakhir kaki. Maka hilang sudah bentuk boneka kelinci yang lucu itu. Biarlah! Sekalian rusak saja semuanya. Aku tak peduli jika disebut seseorang yang tidak bisa menghargai pemberian orang. Dua benda pemberian Rasen telah dirusak ayah dan membuatku bersedih. Kali ini perasaan sedihku yang mendalam ini kulampiaskan dengan aksi serupa seperti yang dilakukan ayah. Dengan begini, tidak perlu tes DNA untuk membuktikan siapa anak kandung dari ayah.

"Cowok bodoh! Mati saja kamu! Sial, pengkhianat! Pendusta! Sok perhatian!" ARGHHH! Lagi-lagi aku menggila di dalam kamar. Ayah masih di sawah. Jadi, tidak akan ada orang yang memarahiku. Kecuali tetangga yang mengumpat diam-diam dari dalam rumahnya.

"Kenapa, Dainty?" Tiba-tiba, sudah ada bu Nala di dalam kamarku.

Aku lupa menutup pintu. Baik pintu depan dan pintu kamarku. Tumben sekali ibu-ibu satu ini datang. Terakhir, ia pernah menampakkan rasa pedulinya saat malam kejadian diguntingnya gaun putihku oleh ayah.

"Jangan, ganggu! Pergi!" Aku mengusir bu Nala.

Bu Nala mengembuskan napas, "Mau sampai kapan kamu begini, Nak? Ayolah, kamu sudah besar dan sudah waktunya berubah."

"Bukan urusanmu!" ketusku kasar.

"Semua pasti ada jalannya. Saya bawain kamu cumi-cumi goreng tuh. Sama sambelnya. Enak banget. Kemarin menantu saya yang bawain. Nanti jangan lupa sisakan ayah kamu."

Aku terdiam sejenak. Mendengarnya saja sudah membuat perutku keroncongan. Tapi tak mungkin seseorang dengan gengsi tinggi ini tiba-tiba bersikap lembut dan menanyakan di mana diletakkannya makanan enak itu.

"Kamu lagi ada masalah sama lelaki putih itu? Sudah lama saya tidak melihat motornya terparkir di halaman rumahmu. Benar, 'kan?"

"Pergi! Jangan ganggu!"

"Saya sudah hidup di dunia ini lebih dari setengah abad, Dainty. Walaupun terkesan tidak masuk akal. Tapi saya tahu jenis tangisanmu itu bukan karena pertengkaran dengan ayahmu. Melainkan karena patah hati."

Musim hujan yang semakin terlihat. Gerimis menetes dari loteng dunia nan tinggi. Padahal, saat di angkot tadi cuaca sudah agak cerah. Sekarang, tiba-tiba sudah hujan lagi. Bu Nala tidak terlihat panik seperti ekspresi ibu dulu setiap hujan akan turun. Dapat aku tebak bahwa di belakang rumahnya sedang tidak ada jemuran.

"Bagaimana caranya agar kamu bisa berubah, Dainty?"

Sebuah pertanyaan yang menjengkelkan, "Tidak ada untungnya aku melakukan itu."

"Menjadi gadis ramah dan disukai banyak orang itu menyenangkan, loh. Begitu, kamu akan mendapatkan banyak uluran tangan dari orang-orang."

"Tidak menarik." Aku menjawab malas.

Suhu tubuhku benar-benar seperti hendak terbakar. Mungkin lebih tepatnya suasana hatiku.

"Jika besar nanti, kamu bercita-cita ingin menjadi apa?" tanya bu Nala lirih.

Kelopak mataku tiba-tiba hangat. Hangat sebab pertanyaan yang kerap kali diucapkan ibu terdengar lagi dari orang yang bukan dia. Dapatkah bu Nala diganti ibu saja jika aura semua ibu sama saja?

"Tak peduli di masa depan nanti aku akan menjadi apa. Mau menjadi orang yang hebat, berguna atau bahkan pecundang. Itu tidak akan pernah membuat ibuku kembali."

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
Ichinose
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!