Setelah bertransformasi menjadi bayi, mantan kepala badan intelijen rahasia, Cheng Yao yang tumbuh besar dan dikenal sebagai Putri Danyang yang malas dan tidak berguna ditipu oleh Kaisar dan dikirim ke perbatasan untuk menikahi Adipati Ning. Adipati Ning adalah adik sepupu Kaisar, dan Cheng Yao menganggap bahwa suaminya adalah pria tua yang jelek.
Namun, setelah melihat wajah asli Adipati Ning, Cheng Yao mengubah pemikirannya dan berkata ingin punya anak dengan Adipati Ning.
Adipati Ning mengabaikannya, namun dia kemudian menyadari bahwa Cheng Yao berkaitan erat dengan Master Qiheng dari Paviliun Zhanbai, organisasi intelijen rahasia nomor satu di dunia persilatan.
Akankah Cheng Yao mendapatkan keinginannya untuk memiliki anak dari Adipati Ning, Ning Ziyu tanpa menyingkirkan bayangan yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 28: Mencari Tahu Rencana
Cheng Yao tengah bersantai di taman belakang ketika Xiuli datang dengan nampan berisi camilan dan minuman. Di langit, cahaya bulan sedang bersinar. Kediaman lumayan damai selama beberapa hari. Sofa kayu yang didudukinya sedikit berderit saat tangannya bergerak mengambil camilan dari nampan.
Mungkin, Cheng Yao perlu berdamai dengan Ning Ziyu selama beberapa hari. Pria itu mengatakan alasan mengapa dia tidak menepati janjinya adalah karena kondisi tubuhnya yang belum pulih total dan itu dapat dimengerti. Namun, Cheng Yao selalu merasa ada alasan lain mengapa pria itu tidak kunjung memenuhi kesepakatan mereka.
“Apa saja yang dilakukan Adipati hari ini?”
“Menjawab, Putri. Hari ini, Tuan Adipati pergi ke penjara dan kembali saat matahari terbenam.”
“Oh, dia pasti menginterogasi orang-orang Jin itu.”
Cheng Yao mengunyah camilannya dengan santai. Pikirannya melayang menembus angkasa yang gelap. Orang-orang itu tanpa sengaja mengatakan kalau Putra Mahkota Jin yang mengutus mereka untuk menculiknya agar dapat menekan Ning Ziyu dan Kaisar. Akan tetapi, untuk apa dia memilih putri Kaisar yang paling tidak berguna?
Kalau mau menculik, akan lebih baik jika menculik Putri Chengjia. Putri Chengjia lebih baik, keluarganya kuat. Kalau Putra Mahkota Jin menculiknya, Permaisuri pasti akan memohon dengan suara lembutnya yang memuakkan itu untuk membebaskan Putri Chengjia pada Kaisar. Pada saat itu, syarat apapun yang dijadikan tebusan untuknya pasti akan dipenuhi.
“Xiuli, kirimkan lagi surat pada Jun Heng. Aku mau tahu informasi detail tentang Putra Mahkota Jin,” ucapnya.
“Putri, kamu mau menyelidikinya?”
“Dia berani menculikku, aku harus tahu alasan di baliknya. Aku tidak mau diculik tanpa alasan yang terdengar sepele dan kurang masuk akal.”
“Tapi, kamu sudah lebih dari dua kali menggunakan Paviliun Zhanbai dalam tiga bulan ini. Putri, apakah kamu tidak takut Tuan Adipati akan curiga?”
Xiuli punya kekhawatiran yang besar akan Cheng Yao dan Paviliun Zhanbai. Demi menyembuhkan adipati, majikannya sudah membuat keributan besar dengan menggunakan Paviliun Zhanbai dan mengeluarkan banyak uang.
Selain itu, demi adipati pula, dia sampai mengeluarkan token pemilik asli dan membiarkan Jing Fu mengetahuinya. Kalau sekarang digunakan lagi, bukankah itu akan mengundang kecurigaan Adipati Ning?
Sejak awal, majikannya hanya akan menyembunyikan bayangan Paviliun Zhanbai. Tapi kalau begini terus, Xiuli tidak yakin bayangan itu akan tertap tersembunyi.
“Dia bodoh kalau tidak curiga. Aku menebak saat ini Ning Ziyu pasti sedang berpikir sebenarnya siapa aku sebenarnya dan apa hubunganku dengan Paviliun Zhanbai.”
“Lalu apa rencanamu, Putri? Paviliun Zhanbai terlalu besar, sulit menjelaskannya jika Tuan Adipati tahu bahwa kamulah pemilik sebenarnya dari Paviliun Zhanbai.”
“Ssstttt…. Hati-hati saat bicara. Paviliun Zhanbai dikelola oleh Jun Heng. Orang mengenalnya sebagai Mater Qiheng yang tidak pernah menunjukkan wajah asli atau suara setiap kali menemui pelanggan pencari informasi. Aku tidak akan ketahuan semudah itu.”
“Xiuli tetap khawatir,” Xiuli menunduk dengan bibir mengecurut.
Majikannya bekerja sangat keras membangun Paviliun Zhanbai. Kehidupannya sudah sulit sejak kecil. Kalau Paviliun Zhanbai miliknya pada akhirnya ketahuan, apa yang akan terjadi? Bagaimana jika Kaisar tahu dan memintanya untuk menyerahkan Paviliun Zhanbai kepada pengadilan?
“Tenang saja, aku tidak seceroboh itu untuk membiarkan Ning Ziyu tahu soal aku dan Paviliun Zhanbai.”
“Tapi, token milikmu masih ada di tangannya. Bagaimana kalau Tuan Adipati menyelidikinya dari sana?”
“Dia tidak akan menemukan apapun selama aku tidak ingin dia tahu. Kamu turuti saja perintahku, suruh Jun Heng mengirimkan informasi detailnya padaku.”
“Baik, Xiuli akan pergi besok pagi.”
Cheng Yao bersandar di sofa kayu sambil mengunyah sisa camilan. Benar, dia harus tahu informasi tentang Putra Mahkota Jin yang sangat lancang itu. Itu mungkin akan membantu Ning Ziyu juga. Cheng Yao yakin pria itu belum mendapat informasi apapun meski sudah menginterogasi orang-orang jahat itu.
“Putri, udaranya dingin. Jangan lupa memakai jubah,” Xiuli mengatakannya sambil menyelimutkan sebuah jubah ke tubuh Cheng Yao.
“Tidak dingin. Malam ini cukup hangat.”
Malam ini bulan cerah. Kalau ingin menikmati pemandangan langit malam, maka malam ini adalah malam yang pas. Cheng Yao masih tiduran di sofa, sampai dia tidak sadar kalau dia sudah tidur. Xiuli pergi untuk mengembalikan nampan, dan ketika dia berjalan melewati taman, dia berpapasan dengan Ning Ziyu.
“Tuan,” ucapnya.
“Apakah Putri ada di dalam?”
“Ya. Putri sedang bersantai di sofa di paviliun.”
“Kamu pergilah.”
Ning Ziyu melangkahkan kakinya memasuki halaman belakang. Kalau dihitung-hitung, sudah lebih dari dua bulan sejak dia terakhir kali datang ke kediaman yang ditempati Cheng Yao. Oh, apakah hatinya sedingin itu, hingga tidak menginap di kediaman istrinya sendiri selama itu?
Ning Ziyu juga tidak tahu. Dia juga mulai kebingungan sekarang. Di paviliun tersebut, Ning Ziyu melihat Cheng Yao sedang tidur dengan tangan sebagai bantal kepala. Pakaiannya menjuntai panjang meski jubahnya jatuh di lantai. Ada sedikit sisa camilan di mulutnya.
Ning Ziyu diam-diam tersenyum, “Dasar wanita.”
Dia mengelap sisa camilan dengan tangannya. Untuk beberapa saat, dia berjongkok dengan kepala sejajar dengan ketinggian sofa. Matanya yang jernih dan cantik asyik menatap wajah tidur Cheng Yao.
“Kucing kecil yang hanya tahu mengeong.”
Ning Ziyu tiba-tiba mengangkat Cheng Yao dengan gerakan yang sangat hati-hati, menggendongnya dengan lembut seolah tubuh itu adalah benda yang sangat rapuh. Cheng Yao terusik dalam tidurnya, beberapa kali bergumam tidak jelas namun tetap memejamkan matanya.
Pria itu lantas menggendongnya masuk ke dalam kamar. Setelah tiba di ranjang, dia membaringkannya lalu melepas sepasang sepatu kain berwarna putih yang dikenakan Cheng Yao. Tangannya terulur ingin menyentuh wajah Cheng Yao, namun pada akhirnya malah tergantung di udara.
Ning Ziyu terdiam sejenak. Ada yang salah dengan dirinya. Rasanya dia sudah melangkah ke arah yang tidak ada dalam rencananya.
Apakah ini karena dia terbiasa dengan keberadaan Cheng Yao yang berisik, sehingga terlinganya perlahan sudah bisa menyesuaikan diri, bahkan hatinya juga ikut-ikutan?
Itu adalah pertanyaan besar yang tidak mudah dijawab. Ning Ziyu menarik tangannya lagi, dan setelah menyelimuti Cheng Yao, dia langsung meninggalkan halaman barat untuk kembali ke kamarnya sendiri. Ning Ziyu kembali berpapasan dengan Xiuli di taman utama.
“Jangan biarkan Putri keluar tanpa pakaian hangat lagi,” ucap Ning Ziyu. Xiuli agak terkejut, tapi kemudian dia memilih untuk mengiyakan perkataan Ning Ziyu.
Melihat Ning Ziyu kembali, Jing Fu yang hendak pergi ke tempat tinggalnya bergegas menghampiri Ning Ziyu. “Apakah Tuan baru kembali dari halaman belakang?”
“Ya.”
“Putri Danyang sudah tidur?”
“Sudah.”
“Syukurlah. Beberapa hari ini, Putri memang agak merepotkan. Jika tidak ribut dengan Tuan, dia akan mencari orang lain untuk melampiaskan kekesalannya.”
Ning Ziyu tidak senang dengan komentar itu. Dia menatap Jing Fu dengan dahi berkerut, “Apakah aku mengizinkanmu bicara buruk tentangnya?”
“Mengapa Tuan tidak mencoba berdamai dengan situasinya? Tidak peduli seperti apa dan apa saja yang dirahasiakan Putri darimu, bawahanmu ini hanya tahu kalau Putri Danyang tidak jahat. Meski aneh dan misterius, tapi dia benar-benar memedulikanmu, Tuan.”
“Aku tahu.”
“Lalu mengapa Tuan masih ragu?”
“Aku perlu waktu untuk mengenal dirinya yang sebenarnya seperti apa.”
Jing Fu menghela napas, menyayangkan sifat majikannya yang tidak mengerti akan masalah perasaan dalam hatinya sendiri. Padahal dalam hubungan antara suami dan istri dalam rumah tangga tidak memerlukan banyak pertanyaan seperti ‘siapa’ atau ‘seperti apa,’ melainkan hanya perlu perasaan yang tulus dari satu sama lain.
Putri Danyang sepertinya begitu tulus ingin punya anak dengan adipati, mengapa adipati tidak memberikannya saja dan malah berbelit-belit menyusahkan dirinya seperti ini? Memang, yang namanya perasaan itu begitu ambigu.
“Aiya, Tuanku memang sulit dihadapi. Kalau nanti Putri berpindah hati, urusannya bisa jadi besar dan terlambat untuk Tuan mengatasinya…”
Jing Fu mengatakan itu sambil berlalu. Ning Ziyu hanya menatap punggungnya dengan ekspresi rumit. Yah, memang merepotkan jika dibiarkan begini terus.
lanjut juga bikin novel baru ya Thor..