NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian Dari Rich

Anira sempat menoleh saat kakinya berlari kencang, cahaya dari lampu motor Leon semakin mendekat, ia merasa bahaya segera mencari tempat bersembunyi. Raganya sangat lelah bagaimana mungkin ia harus menghadapi seorang lelaki yang begitu antusias mengejarnya.

“Sialan, baru saja kenal sehari sudah ngincar gak jelas. Aku capek! Kenapa harus hadir orang semacam itu mengancam keselamatan.” Anira mendesis bercampur geram dalam lelah terpaksa ia harus bersembunyi dibawah pekarangan bunga yang lebat disisi jalan.

“Arkhh Sial, kemana dia? Seumur hidupku tidak pernah cewek menghindar dariku tapi dia, dia sengaja memberi penghinaan untuk wajah tampanku.” Garang Leon yang juga berhenti di persimpangan, ia kehilangan jejak Anira, terpaksa ia harus pergi membawa sesal.

“Masih ada hari esok. Aku tidak akan pernah melepasmu besok.” Katanya seolah bersumpah sebelum melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh.

Anira masih menyelinap keluar dari persembunyiannya dengan senyum yang merekah ia merasa menang, berhasil menghindari lelaki asing yang mengganggunya.

“Syukurlah dia sudah tidak ada, sekalian aja menghilang dari muka bumi.” Anira bernapas lega sembari melangkah melanjutkan perjalanannya.

“Siapa dia, beraninya bertanya tentang Anira. Apa mereka pernah saling mengenal?” bimbang Rich, masih terlalu pagi ia berkecamuk oleh rasa ingin tahu Rich menunggu kedatangan Anira tepat di depan gerbang.

“Kemarin nggak masuk tanpa keterangan, ke mana sih ini anak?” Rich tidak tahu kalau Anira sudah tidak tinggal di asrama.

Sejurus kemudian Anira muncul berjalan dari arah selatan membuat Rich keheranan, bukankah arah datang Anira seharusnya dari arah Timur.

“Nir.”

Anira terkejut saat berjalan menunduk tiba-tiba disergap oleh Rich di depan gerbang.

“Rich, ngagetin aja.” Sembari menepuk dadanya.

“Kemarin kemana?” sambar Rich ke intinya. Anira sedikit salah tingkah menghadapi Rich, pasalnya Rich salah satu lelaki tempat ia meletakkan hatinya.

“Aku, em pergi kerja.” Jawab Anira gugup, jawaban sembarang pula bagaimana Rich mudah percaya.

“Kerja? Tapi tidak ada surat ijin. Kerja apa memangnya?” tanya Rich masih ingin menggali alasan.

\_ “Bego! Aku harus jawab apa? Coba aja tadi alasannya ke rumah sakit. Eh, apa Rich belum tau kalau aku udah nggak tinggal di asrama lagi.” \_\_

“Nir aku tanya.” Rich menagih jawaban dari Anira yang kelihatan bengong didepan Rich.

“Hm, jadi gini. Aku kemarin dapat tawaran mendadak jadi nggak bisa di batalin soalnya aku butuh uang banget.” Anira memaparkan alasan dengan serius berharap Rich percaya.

“Semudah itu kamu mengorbankan waktu sekolahmu? Emang uang saku mu tidak cukup selama ini?” tanya Rich, kendatipun demikian Rich belum tahu tentang uang saku dari Disdik dan biaya sekolah yang juga dari Disdik.

Anira menggeleng, karena benar adanya ia masih butuh uang untuk biaya hidup.

“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya Rich lagi tanpa jeda.

“Hah?” Anira tidak percaya Rich menanggapi sangat serius.

“Ya katakan saja berapa yang kamu butuhkan biar lain hari jangan sia-siakan hari belajarmu. Apa kamu tidak merasa rugi ketinggalan materi, menyia-nyiakan ilmu penting dan uang yang selama ini kamu gunakan untuk biaya sekolah?” tanya Rick bijak, benar katanya tidak masuk tanpa keterangan sangat merugikan.

“Terima kasih Rich, tapi aku merasa sudah cukup kok. Kemarin Cuma kerja dadakan karena kebutuhan yang juga mendadak. Besok-besok nggak lagi kok.” Jelas Anira.

“Oke. Lain kali kalau butuh apa-apa kamu hubungi aku aja.” Tutur Rich sembari menepuk pundak Anira sampai gadis itu merasakan debaran jantung yang membuat keningnya seketika menjalar panas.

Demi apa hari ini ia mendapatkan perhatian dari orang yang selama ini diam-diam ia sukai?

“Oke.” Jawab Anira singkat menampakkan kegugupannya.

Mereka pun bersama-sama berjalan berdampingan menuju ke kelas.

Sepanjang kaki mereka melangkah, Rich membuka obrolan lagi padahal Anira berharap mereka diam dalam berjalan, sebab semakin gemetar hatinya jika nanti Rich melontarkan pertanyaan yang sulit untuk di jawab.

“Nir, cowok yang kemarin itu siapa? Yang kemarin dulu pernah ngaku kenal sama kamu.” Tanya Rich.

“Cowo? Yang mana?” Anira masih kurang fokus.

“Kemarin yang pernah nyamperin kita, dia pakai motor sport warna hitam.”

Anira tercengang, tidak salah lagi ini salah satu ciri Reyvan, mengapa tiba-tiba Rich menanyakannya? Anira tidak menjawab dalam waktu yang sangat lama sehingga Rich tidak sabar untuk bicara lagi.

“Kamu kenal dia? Jawab jujur Nir!” Rich membuat tekanan bagi Anira, kenapa harus mengungkap tentang Reyvan lagi sementara ia tidak ingin mengingat lelaki itu apalagi membahasnya.

“Tidak! Aku tidak kenal. Mungkin dia salah orang atau aku sangat mirip dengan orang yang dia cari.” Ujar Anira sekaligus memberi asumsi palsu untuk Rich.

Rich mengangguk artinya lelaki itu mempercayai Anira berasumsi dan Anira puas padahal belum tahu kepastiannya sampai Rich berucap lagi.

“Dia kenal namamu, Anira. Mana mungkin salah orang, kamu jangan berbohong. Mungkin saja dia orang yang ingin kamu hindari tetapi sulit kamu hindari.

Katakan tebakanku ini benar apa tidak, jika Ya bilang ya, biar aku membantumu sebisa ku.” Ujar Rich tulus, Anira meluluh akibat tusukan sederet kalimat yang berhasil menyeret perasaannya, menarik simpatinya. Namun, tak lama kemudian otaknya berpikir seolah mengatakan ‘jangan sampai mengakui mengenal Reyvan, sebab sudah seharusnya ia melupakan Reyvan.’

“Aku tidak kenal dia Rich.”

Anira tetap menyangkal.

“Rey ...”

Ketika Rey hendak pulang, suara Lora memanggilnya membuatnya menoleh, menghentikan langkah menunggu perempuan itu kesempatan untuk bicara dalam jarak lebih dekat.

“Kenapa?” tanya Reyvan datar, Lora hampir ragu untuk bicara sepertinya Reyvan sedang marah, wajahnya tampak suram.

“Rey, kamu marah?” tanya Lora dengan wajah memelas.

“Tidak. Cuma lelah aja.” Jawab Reyvan patut di betulkan alasannya karena sepanjang hari belajar dan belajar, Lora mengangguk mengerti namun tidak bisa mengabaikan rancangan sebelumnya.

“Rey, kamu pulang sendiri kan?”

“Iya.”

“Aku boleh ikut ga, soalnya teman-temanku udah duluan.” Kata Lora untuk menarik simpati Rey, sebenarnya ini adalah rancangannya bersama Adel dan Nela untuk memenuhi keinginannya dapat pulang bareng Reyvan.

“Maaf Lora, aku ada urusan jadi aku harus buru-buru. Ini aku kasi ongkos pulang buat kamu, kamu naik ojek atau grab aja.” Reyvan mengeluarkan dompetnya memberi uang kepada Lora sebagai permintaan maafnya.

“Hm, maaf ya ngerepotin.” Lora sok tidak enak hati padahal batinnya mendesis kesal.

_ “Padahal aku pengennya pulang bareng dia, tapi dia gak bisa. Baiklah akan kutunggu lain hari.” _

Batin Lora sambil memandangi kepergian Reyvan.

Senyuman cerah menyinari wajah Anira meskipun terasa melelahkan ada sesuatu yang menjadi alasan tentunya. Tiba di depan gerbang sekolah, Anira tidak memerhatikan seorang lelaki menggunakan kaos hitam, topi hitam dan menggunakan masker putih tengah mengawasi pergerakannya. Tiba-tiba sosok lelaki misterius itu menyeretnya masuk ke dalam mobil.

“Sialan kau siapa?” Anira memberontak berusaha melawan tetapi tidak ada hasil, dari semula ia sudah tidak siap dan tidak menduga situasi seperti ini tambah lagi situasi sekitar tidak mendukung ia sudah melangkah jauh dari lokasi sekolah.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!