Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 25
Drttt...drttt...
Ponselku bergetar. Ada nama Nadira.
"Ha-"
"Kamu...? Kemana saja? Kamu gak ingat pulang lagi? Kamu lupa kalau kamu punya istri dua? Keterlaluan kamu ya! Dzolim kamu sama istri sendiri! Kalau kamu terus begini, aku akan datang ke rumah kamu, aku juga akan buat perhitungan sama istri kamu si anak panti itu!
Kepalaku seketika memanas. Emosiku naik sehingga membuat dadaku terasa terbakar.
"Bisa enggak kamu tenang?"
Tanpa sadar aku membentak Nadira.
"Kamu.." terdengar isakan tangis Nadira diujung telepon.
Detik berikutnya panggilan telepon ini diputuskan oleh Nadira.
Aku memijit kening. Duduk di kursi tunggu rumah sakit ini. Rasanya kepalaku mau pecah saja. Aku lelah menghadapi hidupku yang ribet seperti benang kusut.
***
Aku tidak tahu sudah berapa hari di rumah sakit ini. Yang aku tahu perutku kini sudah rata. Itu artinya bayiku sudah lahir. Tapi...mengapa aku belum melihatnya?
Semalam aku sempat sadar, bertanya pada mas Rafka, namun aku tidak menemukan jawaban yang membuat hatiku bahagia. Aku hanya mendapati lelehan air mata mas Rafka.
Melihat mas Rafka menangis tentu hatiku gusar. Ibu mana yang akan tenang jika ia sama sekali belum pernah melihat putrinya. Sehat kah putrinya? Lengkap kah anggota tubuhnya? Ah...jika perutku tidak nyeri tentu aku akan berdiri sendiri mencari keberadaan putriku.
Rasa sakit diperut ku semakin nyeri karena aku menangis terisak hingga membuat perutku berguncang. Andai putriku ada di sini tentu luka bekas operasi ini tidak akan terlalu sakit.
Tiba-tiba saja terlintas dipikiran ku, ibu! Ya, aku harus bertanya putriku pada ibu. Aku yakin ibu pasti tahu keberadaan putriku.
Aku mencari ponsel disekitar tempat tidurku, namun tidak ku jumpai. Apa mungkin ponselku tertinggal di rumah?
Cklek!
Pintu ruangan ini terbuka, ada mas Rafka yang muncul dari balik pintu.
Ia tertegun sejenak, lalu mendekat padaku.
"Mas...aku hanya mau melihat anakku. Aku butuh anakku mas!"
Aku berbicara dengan lemah lembut pada mas Rafka. Mungkin dengan cara lemah lembut aku bisa bertemu dengan putriku.
"Naura..dia baik-baik saja. Putri kita baik-baik saja. Sekarang dia di rumah bersama ibu. Ibu mengurus putri kita." Bohongku.
"Kamu tidak bohong kan, mas? Benar kan putri kita baik-baik saja? Mas tolong telpon kan ibu, aku ingin berbicara pada ibu." Aku kembali merengek pada mas Rafka.
"Naura..kamu harus fokus pada kesembuhan kamu. Kalau kamu sudah sembuh, secepatnya kita akan pulang untuk bertemu putri kita."
Yah, sepertinya kali ini aku harus mengikuti ucapan mas Rafka. Aku harus fokus pada kesembuhan ku terlebih dahulu agar aku bisa mengurus putri kami nanti dengan sebaik-baiknya.
***
Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang. Rasanya aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putriku.
Sepanjang perjalanan mas Rafka hanya diam. Perasaanku pun seperti tidak enak. Jantungku berdegup kencang.
Ada apa sebenarnya ini?
"Mas, mengapa belok ke sini? Rumah ibu kan lurus. Kita mau jemput putri kita, kan?" Aku berbicara dengan suara yang sedikit lebih kencang berharap mas Rafka hanya lupa arah tujuan kami.
Mas Rafka tidak menjawab. Ia diam membisu dan tetap melajukan mobil menuju rumah kami.
"Mas!"
Aku menyentak bahu mas Rafka hingga laju mobil ini sedikit oleng karena bahu mas Rafka yang berguncang.
Aku mulai berteriak meminta penjelasan pada mas Rafka. Aku berteriak ditelinga mas Rafka, meminta ia menghentikan laju mobilnya. Mas Rafka tetap tidak bergeming, hingga aliran darahku seketika seperti membeku kala mas Rafka menghentikan laju mobil tepat di depan gapura bertuliskan TPU atau tempat pemakaman umum di komplek perumahan kami.
Aku seketika membisu, mulutku seperti terkunci. Sekarang hanya lelehan air mata yang mengalir deras.
Ya..aku sekarang paham apa arti diam mas Rafka selama ini. Aku tahu apa arti air mata mas Rafka beberapa hari ini.
"Mas..ini gak bener kan? Putri kita masih ada kan?"
Ucapku dengan suara bergetar.
Mas Rafka memandang ku dengan mata yang berkaca-kaca, ia menarikku dalam pelukannya.
Tubuhku yang lemas seperti tidak berdaya tak kuasa menolak.
Kamu menangis bersamaan di depan gapura bertuliskan TPU.
"Putri kita sudah kembali pada sang pencipta, Nau.."
Mas Rafka menangis, bahunya sampai berguncang.
Ia sama seperti ku rapuh.
"Beberapa hari aku mencoba untuk tegar, untuk kuat saat berhadapan denganmu, tapi...aku hanya manusia, Nau."
Ah, mengapa harus putriku, ya Allah?
Mengapa bukan putri-putri yang lain?
Dengan kepayahan aku turun dari mobil untuk berkunjung ke rumah baru putriku.
Aku dan mas Rafka duduk di pinggiran gundukan tanah merah bertuliskan nama Aisyah.
"Maaf..anak kita aku kasih nama Aisyah. Kalau kamu punya nama lain, nanti nisannya kita ganti."
Ucap mas Rafka sambil mengusap nisan Aisya yang terkena percikan tanah. Mungkin beberapa hari kemarin turun hujan.
Aku menggeleng, untuk apa aku mengganti namanya? Toh dia sudah tidak bersama kami.
Meski jauh beberapa bulan yang lalu aku sudah menemukan nama untuknya.
Tapi nama Aisyah pemberian suamiku juga tidak kalah bagus. Putri kami pasti akan senang menerima pemberian nama dari ayahnya.
"Nak..ibu rindu.."
Ucapku sambil mengusap gundukan tanah merah.
"Mengapa pergi? Mengapa gak tunggu ibu? Mengapa gak kasih kesempatan ibu buat nimang-nimang kamu? Apa ibu terlalu jahat sampai kamu gak mau jumpa ibu?"
Aku mengeluarkan semua uneg-uneg yang mengganjal di dada.
Yang pasti, kepergian putriku adalah kesalahan ku. Aku penyebab kematian putriku. Bagaimana mau bersamaku? menyelamatkannya saja aku tidak bisa. Aku pasti ibu yang bodoh hingga tidak bisa melindunginya.
"Allah..kalau boleh ditukar, biar aku saja yang pergi, putriku tidak berdosa, akulah yang berdosa. Seharusnya aku yang engkau ambil ujan putriku.," ucapku sesenggukan.
Kali ini aku kecewa pada suratan takdir hidupku.
"Aku kecewa ya, Allah! Taat mana lagi yang tidak kulakukan, doa mana lagi yang tidak ku minta? Amalan apa lagi yang tidak ku kerjakan? Semua perintah- Mu, aku kerjakan ya Allah..."
Aku menangis sembari memeluk gundukan tanah merah. Tidak kuhiraukan bajuku yang kotor terkena tanah.
"Nau...sabar Nau. Istighfar Nau. Ini bukan salah kamu. Ini salah ku. Seharusnya aku yang pergi, bukan kamu atau putri kita, tapi aku!
Tangisku reda kala mas Rafka mengaku salah. Ya! Apa yang dibilang mas Rafka memang ada benarnya.
Mas Rafka adalah orang yang paling bersalah atas kepergian putriku. Mas Rafka adalah orang yang harus bertanggung jawab atas kepergian putriku.
Panas matahari sudah membakar kulit. Ternyata sudah hampir jam dua belas siang. Mas Rafka mengajak ku pulang.
Aku menurut saja.
Tapi.. sepanjang menuju ke rumah aku hanya diam.
Pengakuan salah mas Rafka bermain-main di kepala.
Bahkan di hatiku muncul perasaan dendam.
Aku menatap lelaki di sebelahku.
" Tunggu saatnya mas..kamu pasti akan menyusul putri kita!"
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!
ambil bijinya jemur, setelah kering diroasting ducampur dgn kopi kasih rafka pagi dan siang. selama 4 minggu.
satu biji apel mengsndung sianida 0.2 mg..rafka tdk mati, tp merusak syarafnya.
dia akan lumpuh total, syaraf di otak, punggung,pinggang yg rusak.
banyak org pacaran 5 tjn.10 thn,15 thn jd nikah.
org nikah aja banyak yg cerai.
. jgn2 lagi hamil nadira krn sexc bebas. tinggal nunggu waktu balasan dr Allah. peremouan murahan, nanti anak2 juuga emgga ada ahklak.