Dendam Dan Cinta Tuan Arogan

"Dari mana kamu? Kenapa baru pulang?"

Pekikan yang berasal dari suara seorang wanita menjadi hal pertama yang menyapa Dion begitu pria itu memasuki rumahnya.

Mendengar suara wanita yang sudah 5 tahun ini dia nikahi. Membuat Dion menghela nafas panjang dan juga berat. Lelah sekali rasanya harus terus berdebat dengan wanita itu, setiap dia pulang ke rumah.

Dion menatap jengah, saat melihat istrinya tengah berdiri di atas anak tangga dengan bertolak pinggang.

Wanita itu menatap tajam ke arah suaminya yang baru saja memasuki rumah mereka. Namun, bukan nya menjawab. Dion malah pergi begitu saja ke arah sebuah pintu yang ada di salah satu sudut rumah itu lalu masuk kesana begitu saja.

Mengabaikan sang istri dan juga pertanyaan yang di layangkan oleh wanita yang bernama Ayako Yamamoto itu.

Sesampainya di dalam ruang kerja, Dion pun segera melepas, lalu melempar jas kerjanya di atas ranjang yang ada di sana.

Lelah rasanya menjalani pernikahan palsu dengan Ayako. Wanita yang begitu egois dan hanya ingin menang sendiri. Namun, sayang Dion masih belum bisa mengakhiri pernikahan palsu itu karena keadaan sang ibu yang saat ini masih terbaring di rumah sakit.

Kondisi wanita yang sudah melahirkan nya itu langsung saja drop setelah mengetahui jika putranya dan Ayako hanya menikah di atas kertas.

Akan tetapi, keduanya tidak pernah menjalankan pernikahan itu dengan sebagaimana mesti nya.

Bahkan Dion dan Ayako memiliki kamar terpisah dan itu sudah mereka jalani selama 5 tahun pernikahan mereka.

Lelah memikirkan masalah yang terjadi pada hidupnya. Dion pun akhirnya memutuskan untuk pergi membersihkan diri sebelum pria itu pergi tidur.

Karena hanya dengan tidurlah, Dion bisa sejenak melepaskan beban yang selama ini ada di pundaknya.

*

*

Sementara itu, pasangan Erwin dan juga Ghina, baru saja tiba di kediaman mereka setelah berlibur selama 3 hari lamanya, di sebuah villa yang Erwin beli sebelum menikah dengan Ghina.

Kepulangan Erwin dan juga Ghina pun di sambut hangat oleh Bi Sarti. Wanita baya itu tersenyum hangat saat menyambut kedatangan Ghina yang selama beberapa hari ini dia rindukan.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya," ucap Bi Sarti yang membuat dahi Ghina mengerut.

"Nyonya? Apaan sih Bi, nggak enak banget panggilan nya. Kok, Nyonya sih?" jawab Ghina yang merasa tidak nyaman dengan sebutan 'Nyonya' yang di sematkan oleh Bi Sarti padanya.

"Loh, memang nya kenapa sayang? Sekarang, kamu kan memang Nyonya rumah ini," sambung Erwin yang merasa lucu saat Ghina karena nama panggilan yang di sematkan oleh Bi Sarti padanya.

"Kalau tidak ada orang luar, panggil Ghina saja Mas nggak usah ada embel embel Nyonya nya segala. Lagi pula, kita ini kan keluarga. Jadi perlu terlalu formal begitu. Kecuali jika ada orang lain selain orang yang tinggal di sini baru aku perbolehkan Bibi buat panggil aku Nyonya. Mengerti?" lanjut Ghina yang membuat Erwin dan juga Bi Sarti tersenyum senang.

"Baiklah Ghina. Senang menyambut mu kembali dengan status yang baru." jawab Bi Sarti tersenyum penuh rasa haru pada gadis muda itu.

Erwin dan Bi Sarti sama sama tidak menyangka jika mereka akan kembali menemukan sosok Anita di dalam tubuh wanita lain.

Ghina benar benar seperti mendiang Anita dulu. Baik, lembut, sopan dan tidak pernah membeda bedakan orang hanya karena status mereka yang berbeda.

Sama seperti hal nya Ghina saat ini. Wanita muda itu bahkan tetap membantu pekerjaan Bi Sarti meski sudah menyandang status sebagai Nyonya rumah di rumah mewah itu.

Seperti pagi ini, Ghina tampak terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya yang sebentar lagi akan pergi ke kantor untuk bekerja.

"Kenapa tidak istirahat saja? Kan ada Bibi yang bisa melakukan nya. Kamu baru saja pulang loh," ucap Bi Sarti saat melihat Ghina tengah sibuk berkutat di depan kompor.

"Tidak apa apa Bi. Lagi pula mana bisa aku numpang hidup tanpa melakukan apapun." jawab Ghina yang tanpa sengaja di dengar oleh suaminya, Erwin.

"Kenapa bilang seperti itu? Kamu ini istriku dan rumah ini adalah rumah mu juga, kata siapa kamu numpang di sini? Ingat, rumah ini adalah rumahmu juga," sambung Erwin yang entah sejak kapan pria itu ada di sana.

Tanpa rasa malu, Erwin pun langsung memeluk erat tubuh Ghina dari arah belakang. Pria itu menaruh dagunya di bahu sang istri yang masih sibuk memasak sarapan untuk mereka santap.

"Mas, aku belum selesai," ucap Ghina saat Erwin memeluknya dari belakang tanpa rasa malu sedikit pun. Padahal, di sana masih ada Bi Sarti.

Merasa malu sendiri saat melihat kemesraan antara majikan nya itu. Bi Sarti pun akhirnya memutuskan pergi dan melanjutkan pekerjaan nya di tempat lain, di rumah itu.

Meninggalkan dua sejoli yang saat ini sedang dilanda kasmaran. Hingga tak peduli dimana pun mereka berada, mereka akan selalu bermesraan.

"Kalau begitu segera selesaikan atau biarkan Bi Sarti yang melanjutkan. Sekarang lebih baik kita kembali ke kamar saja," bisik Erwin tepat di ceruk leher Ghina hingga membuat tubuh wanita itu meremang.

"Mas..." lirih Ghina saat Erwin mulai menciumi leher jenjang nya. Hingga menimbulkan gelenyar aneh di dalam tubuh wanita itu.

Ghina memejamkan matanya saat merasakan tangan Erwin mulai bergerak ke bagian depan tubuhnya, yang ternyata tidak memakai kaca mata pengaman nya.

"Kamu tidak memakainya?" tanya Erein saat merasakan jika saat ini Ghina tidak memakai pakaian dalam.

"Eemm, " jawab Gia hanya dengan deheman karena mulai terhanyut dalam buaian tangan Erwin yang sedang bermain main di tubuhnya.

"Kamu tahu?"

"A_apaa?"

"Ini, semakin membuat aku menginginkan mu," lanjut Erwin yang kini tangan nya mulai terulur ke arah kompor untuk mematikan benda itu.

Setelah mematikan kompor dan hanya dengan satu gerakan saja, Erwin sudah berhasil mengangkat tubuh mungil Ghina. Lalu membawa wanita itu pergi kembali naik ke lantai atas untuk kembali ke kamar mereka.

*

*

"Mas," lirih Ghina saat keduanya sudah berada di dalam kamar dan Erwin pun membaringkan tubuh wanitanya di atas kasur.

"Bolehkah, aku meminta hak ku sekaranga?" tanya Erwin yang saat ini sudah tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menyentuh tubuh istrinya.

Setelah hampir dua bulan menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh wanita itu. Apalagi setelah keguguran yang Ghina alami. Membuat Erwin merasa tidak tega untuk menyentuh Ghina.

Bahkan saat keduanya berbulan madu pun, mereka sama sekali tidak melakukan hal intim itu. Mereka hanya menikmati kebersamaan mereka bak sepasang kekasih yang sedang berpacaran tanpa adanya interaksi fisik secara intim di antara mereka.

Dan kini, Erwin pun sudah tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak menyentuh sang istri lebih dalam lagi. Apalagi saat pria itu tahu jika saat ini Ghina sedang tidak mengenakan pakaian dalamnya.

"Sayang, aku melakukannya sekarang. Apa kamu siap?" tanya Erwin dengan suara yang semakin berat.

Ghina yang sudah terbuai dengan sentuhan Erwin, hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa bisa menjawab dengan kata kata.

Mendapat lampu hijau dari sang istri, tanpa menunda waktu lagi. Erwin pun kembali menyentuh tubuh Ghina hingga wanita itu semakin terbuai dan kehilangan akalnya.