NovelToon NovelToon
Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi-chan

Amira Nimra, seorang gadis yang mengidap DID atau biasa disebut dengan penyakit kepribadian ganda. Begitu banyak liku-liku yang ia jalani, di jauhi oleh orang-orang karena di anggap aneh, lalu musuh kakak-nya yang terus mengincar dirinya.

Namun, seseorang datang kepadanya. Memberikan uluran tangan untuknya, memberikan semangat, dan mengisi rasa kesepiannya setiap saat.

"Jangan bodoh, mati tidak akan menyelesaikan semuanya!" ~

***

"Amira, kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau."


Don't Copy My Story
Warning Typo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu

"Pakai ini."

Kalung?

Amira menatap kalung itu dengan lama, lalu menatap kakaknya meminta penjelasan.

"Kalung itu memiliki pelacak di dalamnya. Aku bisa mengawasimu kapan pun dan di mana pun. Jangan pernah melepaskannya," ucapan Rio terdengar seperti perintah bagi Amira. Namun gadis itu tetap menurut dan mengenakan kalung itu di lehernya.

"Apa yang terjadi selama kau berada di hutan?" tanya Rio kemudian. Amira menggelengkan kepalanya, "A-aku tidak tahu. Saat aku terbangun pagi tadi, aku hanya melihat Setia bersamaku."

Rio mengernyitkan dahinya heran, "Kapan terakhir kali kau tersadar Amira?"

Amira terdiam. Sedikit ragu menceritakan hal itu. Pasalnya hal itu berhubungan dengan Elena yang membullynya sehingga kepribadian lainnya muncul. Rio yang melihat keraguan di mata adiknya itu paham.

"Aku mengerti," Rio beranjak dari duduknya dan hendak pergi dari sana. Amira sontak menahan tangan kakaknya itu erat, "Kakak tidak perlu melakukannya, ini semua salahku."

"Diam tidak akan menyelesaikan semua masalah Amira. Semakin kau diam, semakin gencar mereka menindasmu," desis Rio dengan nada tidak suka. Amira menggelengkan kepalanya berulang-ulang kali dengan tatapan memohon, "Kakak, kali ini saja biarkan mereka. Setelahnya kau bisa melakukan apa pun yang kau mau."

Rio menghela napas kasar, pemuda itu menatap Amira tajam, "Baiklah, kali ini saja. Jika terulang lagi, jangan harap mereka bisa lolos Amira."

...****************...

"A-amira.. "

Elena nampak terkejut melihat Amira yang kini tengah berbincang dengan Rio, alumni sekolahnya, lalu rasa terkejutnya kian bertambah kala Rio memeluk Amira dengan penuh kasih sayang. Diam-diam gadis itu memotret momen itu dari kejauhan, setelah banyak mengambil gambar, Elena nampak menyeringai melihat hasil jepretannya.

"Pertama Setia, sekarang Rio. Amira.. Tidak kusangka kau gadis seperti itu, murahan," kekeh Elena dan setelahnya pergi meninggalkan tempat itu.

Brak!

"Aw!" ringis Elena kala tanpa sengaja menabrak seseorang. Elena terkejut kala mendapati seorang pemuda dengan jaz hitamnya menatap dirinya dengan datar.

Pemuda itu merebut ponsel Elena, saat membuka ponsel gadis itu ia beralih menatap Elena yang menatapnya sedikit takut.

"Sandi," kata pemuda itu dengan datar. Elena masih diam tidak menjawab. Pemuda itu pun terlanjur kesal dan mencengkram wajah gadis itu lalu mengarahkan ponselnya pada wajah gadis itu.

Klik

Sandi ponsel itu otomatis terbuka. Pemuda itu dengan kasar mendorong Elena hingga gadis itu jatuh terduduk.

"A-apa yang kau lakukan pada ponselku?" tanya Elena dengan takut-takut. Pemuda yang tengah mengotak-atik ponsel gadis itu menoleh sejenak dan kembali melakukan kegiatannya.

Elena meneguk ludahnya kasar. Tubuhnya sedikit bergetar, entah kenapa ia merasakan takut kala merasakan aura pemuda itu. Selang beberapa waktu, pemuda itu memberikan kembali ponsel itu kepada pemiliknya.

"Jangan ulangi atau hidupmu tidak akan tenang selamanya," setelah mengatakan hal itu, pemuda itu pergi meninggalkan Elena yang masih terdiam menatap ponselnya.

Hasil potretan yang baru saja ia dapatkan kini sudah terhapus tanpa jejak.

~Malam Harinya~

Amira mendudukan dirinya di dekat api unggun, begitu dalam memandangi setiap kobaran itu.

Flashback On'

"Amira.. Kau ingin makan apa saat di rumah nanti? Ibu akan memasakkannya untukmu," tanya seorang wanita dengan begitu perhatian kepada gadis kecil yang berusia 7 tahun itu.

Gadis kecil dengan nama Amira itu nampak antusias, "Aku ingin makan omelet buatan Ibu! Aku merindukannya."

Sang ayah sedari tadi diam nampak terkekeh, "Ide yang bagus Amira, ayah juga menyukai omelet buatan ibumu."

Amira mengangguk antusias, lalu ia kembali menatap sepanjang jalan dengan kagum. Dapat ia lihat banyak hal baru yang ia dapatkan, hamparan bunga yang begitu indah dari berbagai sisi di pinggir jalan.

"Ayah, apa kak Rio itu baik?" tanya Amira tiba-tiba membuat sang ibu terkekeh mendengarnya.

"Kenapa kau ragu? Ibu yakin dia akan senang saat bertemu denganmu. Saat usiamu masih kecil, dia selalu ingin menggigit pipimu yang chubby itu," jelas sang ibu dengan panjang lebar membuat Amira terkagum, "Benarkah? Lalu kenapa dia tidak tinggal bersama kita?"

"Rio kakakmu itu terlalu menyayangi nenekmu, dia hanya ingin tinggal bersamanya. Apa boleh buat, ayah begitu sibuk dengan pekerjaan sehingga terpaksa kami meninggalkannya," jawab sang ayah kemudian membuat Amira ber-oh ria seolah-olah mengerti.

"Aku tidak sabar lagi bertemu dengan kakak," gumam Amira pelan namun masih bisa di dengar kedua orang tuanya.

Tak

Tak!

Amira menatap sang ayah yang kini dilanda kepanikan, terlihat pria berusia 40 tahun itu menekan pedalnya berulang kali.

"Remnya blong," gumam sang ayah tanpa bisa berkata-kata lagi. Sang ibu sontak memeluk gadis kecilnya dengan erat sembari membisikkan kata-kata penenang, "Tenanglah Amira, semuanya pasti baik-baik saja."

Amira menatap ibunya dengan tatapan bingung, "Memangnya apa yang terjadi ibu? Kenapa ayah terlihat ketakutan?"

Ibunya hanya diam tidak menjawab. Sang ayah menatap ke depan dengan pandangan kosong, tidak jauh di depannya terlihat rambu lalu lintas yang kini berubah menjadi warna merah. Pria paruh baya itu mencengkram kemudi dengan kuat.

"Maafkan aku istriku, maafkan ayah Amira," ucap sang Ayah setelah itu membanting stir ke kanan dan..

Brak!

Mobil itu menabrak tiang rambu lalu lintar hingga tiang tersebut roboh. Sontak terjadi kemacetan di tempat itu dan banyak warga berusaha menolong.

Pintu mobil di paksa di buka dan memperlihatkan seorang anak dengan penuh luka menangis meraung memeluk seorang wanita yang sudah tidak bernyawa lagi. Para warga yang mencium bensin pun hanya bisa menyelamatkan gadis kecil itu.

"Hiks..  Jangan tinggalkan ibu! Jangan tinggalkan ibuku! huaaaaa! Ibuuu," raungnya saat ia di bawa salah satu warga menjauh dari mobil yang kini mulai terlalap api.

Duar!

Ledakan pun tidak terhindarkan. Warga yang membawa gadis kecil itu pun ikut terpental karena efek ledakan besar itu. Amira kecil terguling-guling di tanah, matanya bergetar melihat mobil ayahnya yang kini hangus terbakar. Tatapannya sontak menjadi kosong seketika.

"Ibu," lirihnya dan setelahnya gadis kecil itu jatuh tak sadarkan diri.

Flashback Off'

Tes

"Ibu.. Maafkan aku," lirih Amira yang masih menatap kobaran api unggun itu dengan sendu. Gadis itu tidak bisa menahan air matanya yang jatuh, ia sedikit terisak di sana.

Rio yang tengah duduk di seberang gadis itu turut menatapnya dengan sendu. Lagi-lagi ia merasa gagal menjadi seorang kakak untuk adiknya. Ia tidak bisa membuat adiknya tersenyum bebas, gadis itu selalu menangis dan itu membuat Rio kian merasa bersalah.

"Maafkan kakak Amira, kakak belum bisa membahagiakanmu sekarang," lirihnya pelan sembari menatap sang adik yang masih menatap kobaran api unggun tersebut.

Bersambung..

1
Yoo Stefanno
kurang
Dwi-chan: makasih kak masukannya/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!