NovelToon NovelToon
Despair Of Being

Despair Of Being

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Zeils Evanescent

Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1: SUFFERING; Chapter 28: Dean

"Teknik pedang yang sangat hebat!" Ujar Leon dengan bersemangat, sepertinya ia mengagumi Kapten pasukan penjaga Dean.

Setelah aksinya yang langsung menghabisi seorang pembunuh, Dean langsung melompat dari kudanya dan melesat menuju seorang pembunuh yang bertengger di puncak bangunan lantai tiga.

Aku sangat terkejut ketika melihat seorang manusia biasa mampu melompat setinggi itu tanpa bantuan sihir. Selama ini aku berpikir bahwa sihir tidak dapat ditandingi oleh kekuatan fisik, namun setelah melihat kejadian singkat itu pemikiranku langsung berubah.

"Enam tebasan beruntun!"

Ketika aku mendengar Dean meneriakkan nama jurusnya, aku langsung mendongak ke atas dan melihat enam garis tipis di udara yang langsung membelah tubuh seorang pembunuh menjadi tujuh bagian yang terlempar ke berbagai arah.

Sungguh teknik yang luar biasa, aku hanya melihatnya mengayunkan pedang sekali saja namun dampak yang dihasilkan sangat mengerikan!

"Satu ayunan enam tebasan? Apa itu mungkin?" Aku mencoba untuk berpikir secara logis.

"Tentu saja mungkin! Dean adalah Kapten pasukan penjaga terkuat di kerajaan ini! Teknik pedang pemecah langit miliknya sangatlah hebat! Hanya dalam sepuluh tahun dia sudah mampu menguasai sampai tahap terakhir dan menyempurnakannya!" Jelas Leon dengan mata berbinar-binar menatap lurus ke arah Dean di kejauhan.

"Dean adalah alasan mengapa aku menjadi seorang pendekar pedang! Meski aku tidak menggunakan teknik pedang pemecah langit, aku berharap dapat berdiri sejajar dengannya suatu saat nanti!" Lanjutnya sambil memegang erat pedangnya.

Aku yang menatap kegigihan pemuda itu hanya dapat tersenyum tipis.

"Jangan pikir kalian bisa kabur setelah mengacaukan kedamaian kota ini!" Sekali lagi aku mendengar teriakan Dean dari kejauhan.

Pria itu melesat dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat cepat, teknik apa yang dia gunakan hingga dapat bergerak selincah itu tanpa sihir? Aku sangat penasaran dengan rahasianya!

"Tebasan Maut!"

Siluet energi pedang berbentuk bulan sabit segera melesat menuju seorang pembunuh dan membelah tubuhnya menjadi dua bagian dalam sekejap.

Hanya dalam waktu singkat, Kapten pasukan penjaga kota itu sudah membunuh 6 orang diantara pembunuh yang ada dan menyisakan 2 orang yang sedang bersembunyi.

"Jangan pikir kalian bisa bersembunyi dariku!" Pria itu berteriak lagi. Sepertinya ia sangat suka berteriak saat sedang bertarung.

"Dua tebasan penghancur!"

Dua siluet energi pedang berbentuk bulan sabit segera melesat ke depan dan meruntuhkan sebuah menara setinggi 8 meter.

Dari balik menara aku dapat melihat 2 bayangan orang yang bergerak-gerak, beberapa saat kemudian kedua bayangan itu berpencar dan menargetkan Dean dari dua arah.

"Ventus."

Aku berniat untuk membantunya, namun saat aku akan melancarkan serangan Leon langsung menghentikanku dan berkata. "Kau tidak perlu membantunya, nona. Dean itu sangat kuat!" Ujarnya dengan percaya diri.

Beberapa saat kemudian ketika para pembunuh itu berniat melancarkan serangan kombinasi, Dean yang sedang berdiri dijalan kota menutup kedua matanya dan mengangkat pedangnya sejajar dengan pinggang mengarah ke belakang.

"Tebasan terbalik!" Dean berteriak sambil membuka kedua matanya.

Pria itu memutar tubuhnya dan menebas seratus delapan puluh derajat secara horizontal.

Dalam sekejap lintasan energi pedang langsung menerjang kedua pembunuh lalu membelah tubuh mereka menjadi beberapa bagian dan jatuh ke tanah.

Leon yang melihat aksi Dean terlihat sangat senang dengan wajah yang tersenyum lebar. "Dia menggunakan jurus terkuatnya!" Leon melompat kegirangan.

Aku dan Anne yang melihat tingkahnya hanya bisa tersenyum masam, tingkahnya membuatku merasa sangat malu karena menarik banyak perhatian.

Bahkan aku bisa mendengar beberapa orang berbisik tentang Leon dan Anne yang merupakan anggota keluarga bangsawan tertinggi.

"Leon, hentikan tingkah anehmu itu!" Anne memukul punggung Leon dengan keras dan membuat pemuda itu menjerit kesakitan.

"A-apa yang kau lakukan? Kenapa kau selalu seenaknya memukuli ku?!" Bentak Leon merasa tidak senang.

"Salahmu sendiri!" Anne langsung menoleh kesamping tidak berniat untuk melayani ocehan Leon.

"Anne menang benar, Leon. Kalau bisa aku ingin kau menjaga sikapmu di depan umum." Ujarku sambil menghela nafas.

"H-huh??" Leon kebingungan.

Sementara itu, aku dapat melihat Dean yang menatap ke arah kami dari kejauhan. Tatapan matanya tertuju pada Leon dan Anne.

Pria itupun berjalan ke arah kami dengan wajah ramah tidak seperti sebelumnya yang dipenuhi amarah.

"Sebuah kehormatan dapat bertemu dengan anda sekalian di tempat ini. Tuan Muda Grayfield, dan Nona muda Avantie." Dean berkata sambil membungkukkan badannya.

"Ka-kau tidak perlu se sopan itu Kepala pasukan penjaga, aku hanya kebetulan berada di sini saja benar kan, Anne?" Leon berkata dengan gugup, sepertinya ia sedang menahan diri.

"Entahlah, berkat seseorang aku merasa tidak mood untuk berbincang saat ini." Anne berkata sambil menatap sinis ke arah Leon.

"A-ahahaha.." Leon tertawa canggung mendengar balasan Anne.

"Ngomong-ngomong siapa Nona yang bersama dengan anda berdua?" Tanya dengan sambil tersenyum ramah.

"Dia kakakku!" Anne menjawab dengan riang sambil memeluk tanganku dengan erat.

"Wah, saya tidak menyadari keberadaan Nona Avantie. Saya mohon maaf sebesar-besarnya karena tidak menyapa anda sebelumnya." Dean berkata dengan penuh hormat.

"Tidak, kau salah paham. Aku bukan Nona keluarga Avantie." Ujarku langsung pada intinya.

Sesaat aku dapat melihat matanya yang menatap ke arahku dengan sinis dalam sepersekian detik. Apa dia tidak menyukai ku karena bukan berasal dari keluarga bangsawan Avantie?

"Ah, ternyata cuma rakyat jelata ya. Saya sampai bingung karena Nona muda Avantie menyebut rakyat jelata ini sebagai seorang kakak." Ucapnya dengan gelagat aneh. Apa dia tidak menyukai kehadiranku disini? Sepertinya dia sangat membenci rakyat jelata sepertiku.

"Jaga ucapanmu Kepala pasukan penjaga kota, Dean. Sekali lagi aku mendengar kau menghina kakak ku dengan mulut busuk mu jangan harap kau bisa melihat hari esok!" Ancam Anne dengan tatapan tajam mengarah pada Dean.

Anehnya aku juga melihat Leon yang menatap tidak senang ke arah Dean, padahal sebelumnya dia terlihat sangat mengagungkan pria ini, lantas mengapa?

"Saya mohon maaf atas ucapan saya yang tidak menyenangkan anda, Nona muda." Dean membungkuk sambil meminta maaf.

"Kenapa kau malah meminta maaf pada Anne? Minta maaflah pada Nona Livia yang kau hina!" Perintah Leon dengan nada marah.

"Ta-tapi tuan muda-"

"Kau berani menentang ku?" Tanya Leon menatap tajam ke arah Dean yang terlihat kesal.

Dari ekspresi wajahnya aku tahu kalau pria ini merasa sangat jijik ketika melihat ke arahku. Saat ia melihatku dengan cara seperti itu, pria ini sudah masuk ke dalam daftar orang bodoh di pikiranku.

"Saya mohon maaf, Livia." Ujarnya dengan keterpaksaan.

"Seharusnya kau menambahkan 'nona' dalam kalimatmu, Kepala pasukan penjaga kota, Dean." Leon berkata dengan sangat dingin.

Ada apa dengan kedua orang ini? Mereka terlihat sangat marah saat pria ini mengatai ku rakyat jelata. Padahal yang dikatakan pria itu sama sekali tidak salah, dan aku juga tidak merasa tersinggung atas ucapannya.

Aku hanya merasa tidak suka dengan tatapannya yang aneh.

"Sa-saya mohon maaf, No-nona Livia!" Dean berkata dengan tubuh bergetar, apa dia marah? Sepertinya dia merasa sangat terhina dengan perlakuan kedua bangsawan ini. Apa aku harus menghentikan mereka? Tetapi Anne dan Leon terlihat seperti menikmati hal ini.

Apa yang harus ku lakukan?

1
Bening Hijau
maaf belum dapat bayangan sama sekali...
ntar ku lanjut lagi baca nya...
semangat terus
piyo lika pelicia
sungguh kejam
piyo lika pelicia
kenapa orang ini menyerang tanpa tau salah nya apa 😒
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
kasihan kenapa di tinggal
piyo lika pelicia
kenapa kek wanita 🤔
Gehrman
Tulisannya sudah rapi cuman sedikit koreksi aja kalau dialog tag gunakan huruf kecil ya sama akhir dialognya diakhiri koma
xoxo_lloovvee
satu 🌹 untukmu thor
Zeils: Terimakasih/Smile/
total 1 replies
xoxo_lloovvee
mampir lagi thor, makin seru ceritanya
Zeils: ...Ok👍
total 1 replies
xoxo_lloovvee
gimana nih nasib grace 😢
Zeils: Entahlah, gimana ya🤔
total 1 replies
piyo lika pelicia
huum orang baik yang malang 😭
piyo lika pelicia
kasihan 🥺
piyo lika pelicia
ow kelainan sejak lahir ku sangka tadi hantu maaf ye 😄
piyo lika pelicia
huaa lari aja Weh 😫
piyo lika pelicia
heem semoga ketemu yah kasian 😦
Zeils
Chapter ini boleh di skip:)
Zeils
Baik, sepertinya Noveltoon Membenciku.
Shara Erdyna
lanjut
Shara Erdyna
aneh
Shara Erdyna
Lebih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!