Linka tidak menyangka jika pernikahannya dengan kekasihnya Dilan yang awalnya sudah direncanakan matang harus berakhir dengan kepedihan. Ia terima harus terima nasibnya untuk menikah dengan pria tua karena menggantikan sepupunya Tiara yang menolak perjodohan itu.
Yang lebih menyakitkan lagi yaitu sepupunya memaksa ibunya untuk menikahinya dengan mempelai pengantin pria yang merupakan calon suaminya Linka.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang ayah jodohkan padaku," tolak Tiara.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Bagaimana kelanjutan cerita ini. Apakah Linka harus menerima pengantin pria yang merupakan calon suami sepupunya ataukah ia harus kabur dari pernikahan itu?"
"Ikuti ceritanya sampai habis...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Perkelahian
Edgar memikirkan cara untuk menghindari ajakan Linka untuk menemui Wulan.
"Begini saja. Sebagai bentuk penghormatan mu padanya, bagaimana kalau kamu kirim saja undangan pernikahan kita. Dia pasti sangat senang," saran Edgar.
"Kamu benar juga. Baiklah. Aku harus kembali ke perusahaan. Waktu makan siang kita sudah habis. Aku ada meeting siang ini.
Lagi pula aku ingin tahu siapa dalang dari orang yang telah memberikan ijin pada Nina untuk mengambil foto hasil desain ku," ucap Linka melirik jam tangannya karena selama ini ruangan itu tidak boleh ada kamera sekalipun itu ada klien mereka sendiri yang sedang memesan gaun.
"Baiklah. Aku akan mengantarmu ke perusahaan. Aku sekalian pamit mau ke Swiss nanti sore," ucap Edgar.
Lagi-lagi Linka merasa sesak setiap kali mendengar Edgar pergi lagi dari sisinya. Mungkin rasa trauma yang dialaminya bersama Aslan yang pergi menghilang di hari pernikahan mereka setelah itu kembali lagi padanya hanya untuk menceraikan dirinya.
Tiba di perusahaan, Edgar menatap wajah Linka sesaat. Rasanya ia ingin memeluk Linka, namun itu tidak mungkin terjadi karena Linka terlalu menjaga prinsipnya.
"Kamu harus hati-hati di sini selama aku tidak ada di sampingmu. Kalau bisa, kamu harus belajar bela diri untuk menjatuhkan musuhmu bila berani melecehkan mu," nasehat Edgar.
"Baiklah. Aku akan memikirkan saranmu. Tidak buruk juga untuk mempersiapkan diriku sebagai istri seorang mafia." Gelak tawa terdengar diantara mereka berdua sebelum keduanya berpisah.
"Linka. Aku mencintaimu..!" ucap Edgar sebelum Linka hendak turun dari mobilnya.
Linka hanya tersenyum karena ia tidak bisa mengatakan kalimat itu sebelum mereka menjadi suami istri. Namun dalam hatinya, ia juga membalas kalimat yang sama pada Edgar.
"Aku juga mencintaimu," batin Linka tak sanggup mengucapkan kalimat yang sama. Iapun turun dari mobil Edgar seperti gadis remaja yang baru mengenal cinta. Cinta yang lalu bersemi kembali.
Cinta yang tak akan pernah hilang walaupun dipermainkan takdir. Justru Linka bersyukur bahwa setiap ujian yang ia lewati justru sedang mengantarkannya pada kartu kemenangan.
Hanya saja dia tidak bisa menyikapi tanda-tanda kebesaran Allah itu. Menyesali apa yang sudah terjadi adalah suatu kebodohan besar saat ini.
Linka melambaikan tangannya pada Edgar begitu mobil mewah itu mulai bergerak meninggalkannya. Linka menatap sebentar mobil kekasihnya yang menghilang dari pandangannya di antara rimbunan pohon yang tumbuh di sepanjang jalan keluar gerbang utama.
Linka segera melangkah masuk ke dalam lobi, namun seseorang menarik pergelangan tangannya membuat langkahnya terhenti. Linka begitu kaget melihat wajah yang ingin ia lupakan.
"Mau apa kamu ke sini?" ketus Linka berusaha menarik tangannya dari genggaman dokter Dilan.
"Aku merindukanmu, Linka...!" lirih dokter Dilan namun Linka menatapnya datar.
"Aku sudah tidak punya urusan denganmu dan rasa rindumu itu sudah terlarang untuk kita. Lepaskan tanganku, Dilan..! Ini sakit," geram Linka.
"Beri aku waktu untuk bicara denganmu Linka...! Aku ingin kembali lagi padamu Linka setelah urusan perceraianku dengan Tiara selesai," ucap dokter Dilan tanpa rasa bersalah.
"Apakah kamu kira aku sedang menunggu status dudamu, Dilan? Jangan terlalu naif, Dilan. Hari itu di mana kamu lebih memilih menikahi Tiara karena hartanya, dihari yang sama aku bahkan sudah menghapus semua tentang kita hingga tidak ada yang tersisa.
Mana mungkin sampah yang sudah dibuang dipungut kembali oleh pemiliknya.
Kau tahu kenapa? Karena aku bukan pemulung yang mencari barang bekas untuk didaur ulang," sarkas Linka dengan kalimat menohok membuat dokter Dilan tercengang.
"Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti itu, Linka. Setelah apa yang pernah kita lewati bersama, kamu mudah sekali jatuh cinta pada lelaki lain padahal masa Iddah mu belum berakhir. Sekarang apa bedanya aku dan dia, hah?!" hardik dokter Dilan sambil menggenggam kedua tangannya Linka begitu kuat membuat sekuriti yang ingin meleraikan keduanya harus
menghentikan langkah mereka yang ingin mendekati Linka.
"Lepaskan calon istriku dokter Dilan...!" pekik Edgar yang tiba-tiba sudah ada lagi di tempat itu membuat Linka juga ikut tersentak.
"Siapa kau...? Kau hanya lelaki asing yang ingin mendekati Linka karena harta Linka, bukan? dan lihatlah apa yang kamu miliki, pasti Linka yang memberikan semuanya untukmu karena Linka tahu cara memanjakan prianya, bukankah begitu, sayang?" remeh dokter Dilan yang tidak tahu siapa sebenarnya Edgar membuat darah Edgar mendidih.
"Berengsek kau sialannn....!"
Bukk...
Bukkk....
Dua pukulan bogem mentah dari Edgar mengenai kedua rahangnya dokter Dilan yang langsung jatuh terjerembab dan hampir membuat Linka ikut jatuh bersamanya karena tangan Linka masih digenggam oleh dokter Dilan.
Beruntunglah Edgar sigap menangkap tubuh mungil Linka dan membawanya dalam pelukannya menjauhi dokter Dilan yang tertawa jahat menatap keduanya.
"Aku kira kau adalah wanita suci yang selamanya menjaga kesucianmu sekalipun kau sudah janda, tapi kau tidak lebih dari wanita jal*Ng yang ada di luar sana yang tidak bisa menahan rasa kesepian setelah merasakan kenikmatan bercinta dengan mantan suamimu," ledek dokter Dilan yang menyangka Linka sudah tidak perawan lagi karena sudah diambil mantan suaminya Aslan.
"Tutup mulut kotormu itu, bajingan atau kau ingin aku meremukkan semua tulang-tulang mu itu..!" ancam Edgar ingin melenyapkan nyawa dokter Dilan saat ini juga.
Para satpam sibuk mengamankan para staff yang menonton di balik lobi karena kacanya transparan itu.
"Apa kalian mau dipecat, hah?! Kembali bekerja...!" usir satpam itu pada staff yang begitu kepo melihat bos mereka diperebutkan dua orang lelaki tampan walaupun Edgar jauh lebih tampan dari dokter Dilan yang tidak ada apa-apanya itu.
"Emangnya ada apa pak? Apakah nona Linka sedang jadi rebutan?" tanya cleaning service membuat satpam ingin melakban mulut mereka.
Dokter Dilan yang merasa kekuatannya yang tidak seberapa dibandingkan dengan tenaga Edgar berusaha berdiri sambil merasakan kedua rahangnya yang ngilu dan saat ini timbul memar dan darah beku di sudut bibirnya.
Ia berjalan gontai menuju mobilnya yang sejatinya juga milik Linka yang belum ia kembalikan.
Edgar menatap Linka yang terlihat menahan air matanya dan masih syok dengan kejadian barusan.
"Kamu tidak apa, sayang?" tanya Edgar memastikan Linka baik-baik saja.
Hanya pergelangan tangan Linka yang terlihat ruam merah karena kulitnya yang putih akibat cengkeraman tangannya dokter Dilan.
"Aku tidak apa, Edgar. Bagaimana kamu bisa kembali?" bukankah tadi mobilmu sudah menghilang?" heran Linka.
"Mobilku sempat berhenti karena aku terus menatapmu melalui spion dan melihat bajingan itu tiba-tiba menghadang mu. Aku langsung menepikan mobilku dan berlari ke sini ingin tahu apa yang dilakukan oleh bajingan itu padamu," ucap Edgar.
"Terimakasih Edgar. Maafkan aku...!" ucap Linka dan Edgar kembali memeluknya.
"Inilah yang aku kuatirkan jika kamu ditinggal olehku. Aku belum sempat menghubungi anak buahku untuk mengawasi mu karena mereka tidak tahu aku ada di Jakarta. Mau aku antar kamu ke ruang kerjamu?" tawar Edgar dan Linka mengangguk pasrah.
Ia sudah tidak peduli dengan penilaian para stafnya. Toh, ia merasa dirinya adalah bos di perusahaannya sendiri.
Keduanya memasuki lift menuju ruang kerjanya Linka yang disambut oleh sekertaris Fatin dan Vie yang baru mau turun untuk melihat bos mereka itu begitu mendengar ada keributan di depan lobi perusahaan.
"Nona...-" tegur Vie namun Edgar meminta mereka diam dan membiarkan dirinya mengantarkan Linka ke ruang kerjanya wanita cantik itu. Keduanya mengangguk paham saling menatap satu sama lain.
Sekertaris Fatin membantu membukakan pintu untuk pasangan itu. Vie membuatkan minuman untuk Linka dan Edgar. Mereka akhirnya menunggu Linka dan Edgar yang masih saja terdiam saat ini.
Dokter Dilan tidak kembali ke rumah sakit karena malu dengan wajahnya yang lebam. Ia memilih pulang ke rumah kecilnya yang sekarang ditempati bersama dengan istrinya Tiara yang mencoba menerima Dilan sebagai suaminya dengan kondisi Dilan seadanya. Begitu Dilan masuk ke dalam rumah, Tiara begitu kaget melihat wajah suaminya.
"Apa yang terjadi padamu, Dilan? Kenapa wajahmu jadi memar begitu?" panik Tiara yang ingin melihat wajah suaminya namun ditepis tangannya oleh dokter Dilan yang tidak suka disentuh oleh Tiara.
"Pergilah kau dari hadapanku, wanita sialan!" maki dokter Dilan yang masih menyesali dirinya yang buru-buru menerima Tiara menjadi istrinya.