NovelToon NovelToon
Damaland Delirium

Damaland Delirium

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Komaerah, yang lebih dikenal sebagai Komariah, gadis introvert yang selalu asyik dengan dunianya sendiri.

Namun, segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Renata, si maniak drakor yang energik dan penuh semangat. Renata dengan cepat mengajak Komaerah ke dunia yang sama sekali berbeda: dunia drakor! Awalnya, Komaerah tidak begitu tertarik.

Tidak bisa dipungkiri, Komaerah mulai ikut 'nyemplung' dalam perdrakoran! Mulai dari maraton nonton drama Korea sampai belajar bahasa Korea dengan serius. Bahkan, Komaerah yang dulu jarang bergaul, kini jadi punya banyak kenalan baru di dunia drakor.

Namun, seperti kehidupan nyata pada umumnya, tak semuanya berjalan mulus. Kadang-kadang Komaerah harus berhadapan dengan pilihan antara tugas sekolah yang menumpuk dan cogan yang bertebaran di sekitarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebatas Teman

Setelah bel berbunyi, pelajaran pun dimulai kembali. Kini giliran praktik kimia di laboratorium.

"Kita satu kelompok," ucap Revan dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.

Sebagai respon, Komaerah hanya mengangguk dengan canggung. Komaerah merasa sedikit tidak nyaman, karena sekarang ia berada dalam satu kelompok dengan Zidan, Vivin, Mila, dan juga Caca.

Mereka semua duduk di sekitar meja laboratorium, mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum hari ini. Revan tampak antusias, sementara Komaerah mencoba menyembunyikan perasaan canggungnya di hadapan kelompok barunya.

Zidan, yang duduk di sebelah Komaerah, memberikan senyuman ramah. "Gak usah canggung, Koma. Kita bakal saling bantu kok," ujarnya dengan penuh semangat.

"Iya," canggung Komaerah.

Praktik berlangsung dengan lancar, dan semua anggota kelompok terlihat fokus pada tugas masing-masing. Komaerah, yang sedang mencatat hasil reaksi kimia yang terjadi pada penelitiannya, tak bisa menahan diri untuk tidak berpikir.

"Kalau kayak gini, rasanya seperti main drama Gangnam Beauty," batinnya sambil tersenyum kecil.

Meskipun berada di tengah-tengah situasi yang serius dan penuh perhitungan, Komaerah tidak bisa menolak untuk membandingkannya dengan suasana drama Korea yang sering ia tonton. Terkadang, kehidupan di laboratorium juga terasa seperti alur cerita dalam sebuah drama, dengan setiap anggota kelompok memainkan perannya masing-masing.

\~\~\~

Jam istirahat kedua tiba, dan Komaerah duduk di antara Revan, Zidan, Vivin, Mila, dan juga Caca.

Caca dengan senyuman genitnya berkata, "Komar, boleh numpang pansos enggak?"

Komaerah memandang Caca dengan sedikit kebingungan. "Hah?" ucapnya, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Caca.

Mila menjelaskan dengan ramah, "Kamu lagi menjadi perbincangan di sekolah ini, bukan hanya karena kisah percintaanmu, tapi juga karena kamu dekat dengan rombongan kak Alvaro, kak Rajendra, kak Sefti, bahkan kamu juga dekat dengan Yura."

Komaerah merasa agak terkejut mendengar penjelasan dari Mila. Ia sebenarnya tidak menyadari bahwa keberadaannya begitu mencuri perhatian, tidak hanya karena hubungannya dengan teman-teman yang populer, tetapi juga karena kisah-kisah asmara yang melibatkannya.

"Udah, makan aja dulu. Pansosnya nanti aja," keluh Revan sambil menatap Caca dengan ekspresi agak kesal.

"Apaan sih?" Caca, dengan sikap yang tetap tegas, menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap saran tersebut, menggumamkan cibirannya secara samar.

Namun, keheningan itu tiba-tiba terputus oleh kehadiran Alvaro yang mendekati meja Komaerah dengan tawaran mengejutkan.

"Komar, minat jadi ketua osis enggak?" tawar Alvaro, sementara wajah Komaerah terlihat agak terkejut dengan tiba-tiba didekati oleh Alvaro dengan ajakan yang cukup mengejutkan.

Dalam hati, Komaerah bertanya-tanya, 'Penawaran macam apa ini, sih?' Tawaran untuk menjadi ketua osis tidak pernah muncul dalam pikirannya sebelumnya.

"Revan lebih cocok, Kak, jadi ketua osis. Dia keren, pintar ngomong, dan juga berkarisma. Auranya cocok banget dijadikan sebagai kandidat ketos," ucap Komaerah dengan mantap, matanya yang cermat menangkap setiap reaksi di sekelilingnya.

Setelah Komaerah memberikan saran yang begitu meyakinkan tentang kemampuan Revan sebagai calon ketua osis, Alvaro, yang duduk di seberang meja, turut memberikan pandangannya. Matanya yang bijaksana memperhatikan Revan dengan seksama, seolah-olah mencoba menembus lapisan kesederhanaan yang selama ini menyelimutinya.

"Bener sih. Kamu daftar aja jadi ketos. Formulirnya ambil di ruang osis. Penutupan dua hari lagi," ucap Alvaro, memberikan tambahan dukungan pada saran yang sudah diberikan oleh Komaerah sebelumnya. Kata-katanya terdengar begitu mantap, seolah-olah dia yakin bahwa Revan memiliki potensi besar untuk mengemban tanggung jawab tersebut.

Setelah memberikan dorongan kepada Revan untuk mendaftar sebagai calon ketua osis, Alvaro memberikan senyuman ramah sebelum berdiri dari kursinya. "Kalau gitu, kakak pamit dulu ada urusan," ucapnya dengan sopan, memberikan kesan bahwa dia memiliki tanggung jawab lain yang harus segera diselesaikan.

"Rev, mau nyalon?" tanya Caca, dengan ekspresi heran melihat reaksi sinis Revan.

"Emangnya gua cowok apaan nyalon," sindir Revan dengan sinis, menciptakan gelak tawa di antara mereka. Namun, sebelum Caca bisa menjawab, Mila dengan cepat memberikan klarifikasi yang membuat semua orang terkejut.

"Bukan nyalon ke salon, goblok, tapi nyalon jadi ketos," jelas Mila, menyadarkan Revan akan maksud sebenarnya dari pertanyaan Caca.

"Tapi rasaku, Zidan yang cocok jadi ketos," katanya tegas, menarik perhatian semua orang di sekitarnya.

Zidan, dengan sikapnya yang selalu santai, menjawab tanpa keraguan, "Aku udah daftar, nunggu wawancara aja," ucapnya dengan percaya diri yang khas.

Ucapan itu menimbulkan kehebohan di meja. Sorot mata beralih dari satu orang ke orang lain, mencari reaksi dan tanggapan. Caca, yang selalu gemar menciptakan kekacauan, tidak tahan untuk tidak menambahkan komentar.

"Yah, jadi Revan enggak jadi nyalon dong. Komaerah pasti kecewa," godanya, mencoba menciptakan kekacauan di antara mereka.

Mila dan Caca saling berpandangan, menunjukkan kesepakatan mereka untuk menyebabkan kekacauan di tengah kedamaian.

"Sejak kapan? Kalian berdua gila," batin Komaerah dalam keputusasaan.

Revan, yang terkejut dengan pernyataan tersebut, mencari klarifikasi. "Beneran?" tanyanya dengan wajah penuh keraguan.

"kalau gitu aku daftar dulu," Tanpa menunggu jawaban, Revan langsung bergerak cepat ke ruang osis untuk mengisi formulir pendaftaran, meninggalkan Komaerah dalam kebingungan yang semakin dalam.

"Si Revan kayaknya suka sama kamu," celetuk Mila, mencoba menggali reaksi dari Komaerah.

Zidan hanya diam, tetapi keheningannya pun cukup mengisyaratkan bahwa dia juga menanti jawaban dari Komaerah. Perasaan kebingungan semakin merajalela di hati Komaerah, tak kunjung mendapatkan kejelasan tentang apa yang sedang terjadi di sekelilingnya.

"Beneran, gimana bisa kalian dekat? Padahal ku kira kamu cuma dekat sama Zidan," goda Vivin lagi, mencoba menggali lebih dalam tentang relasi antara Komaerah dan Revan. Tapi Komaerah hanya terdiam, masih mencoba mencerna semua yang terjadi.

Dalam keheningan itu, Komaerah mengomentari kehidupannya sendiri dengan sebuah analogi. "Benar-benar seperti drama Korea," batinnya, merasa hidupnya seperti terjebak dalam alur yang rumit dan tak terduga, tanpa tahu bagaimana akhir cerita yang akan dia hadapi.

"Aku sama Revan deket ya deket biasa kayak temen kelas lainya. Sama kayak Zidan sama kayak Caca, Mila dan kamu juga Vin." jawab komaerah mencoba untuk tetap tenang.

Komaerah berusaha menjelaskan situasinya dengan tenang, mencoba menegaskan bahwa hubungannya dengan Revan hanya sebatas persahabatan biasa, tidak lebih dari hubungan yang dia miliki dengan teman-teman kelas yang lain

Namun, usahanya untuk meredakan ketegangan terhenti ketika Rajendra, disertai dengan anggota inti geng Helter, tiba-tiba muncul dan duduk di sekitar meja tanpa dosa.

Kehadiran mereka seketika mengubah dinamika ruangan. Suasana yang sebelumnya tenang dan santai kini berubah menjadi tegang. Komaerah merasa canggung dengan keberadaan mereka di sekitarnya.

"Kita bawain sosis nih." Dengan sikap yang terkesan acuh tak acuh, dia menyodorkan sepiring sosis yang terdiri dari beberapa varian, ada yang digoreng garing, ada yang dibakar hingga matang sempurna.

"Makasih," Komaerah menerima sosis yang ditawarkan, meskipun di dalam hatinya masih terbersit keragu-raguan.

Baginya, menerima tawaran dari anggota geng Helter bukanlah hal yang biasa, dan dia merasa harus berhati-hati dalam menanggapi setiap interaksi dengan mereka.

"Jaenal, cerita kemarin kamu dihadang sama geng Coidam," ucap Rajendra, menciptakan ketegangan baru di antara mereka.

Komaerah dan ranjendra bertatapan ditengah hiruk pikuk suasa kantin yang ramai. Seola-olah waktu terhenti di kedua orang ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!