TAMAT, minggu 12 mei 2024
Bagaimana jadinya bila satu orang wanita mencintai tiga pria sekaligus? Tunggu, bukankah jatuh cinta itu hanya boleh pada satu orang saja?
Begitulah hal yang di alami oleh seorang gadis bernama Neli, setelah di khianati kekasihnya sendiri dengan cara yang brutal. Neli akhirnya memutuskan untuk mengejar sosok penyelamatnya selama ini, yang tak lain adalah gurunya sendiri.
Namun, sikap acuh tak acuh dari Arya yaitu sang Guru tak membuat Neli patah semangat dan berjuang mendapatkan perhatian pria itu dengan cara apapun.
Namun suatu hari, cinta pertama Neli yang merupakan kakak angkatnya sendiri bernama Yuki kembali dan hati Neli mulai terasa tergoyahkan. Namun dia tetap memilih Pak Arya.
Tak lama sosok pria tampan lain kembali hadir bernama Tiklit yang membuat Neli makin sesak. Karena Tiklot adalah cinta pandangan pertamanya.
Siapakah yang akan di pilih Neli? Mampukah dia membongkar ke tiga identitas pria tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Izin Mengejar
"Apa kamu bertemu orang yang berharga kala itu?" Pak Arya masih ingin memastikan.
"Entahlah, yang jelas sekarang saya ingin mengejar Bapak. Pak, setidaknya beri saya kesempatan ya?" Neli memohon dengan wajahnya yang memelas.
"Ya," Jawab Pak Arya dengan suara yang kecil, Neli memelototkan kedua bola matanya dan langsung bangkit duduk.
"Beneran Pak?" Tanya lagi Neli memastikan, Pak Arya tanpa ragu menganggukkan kepalanya.
"Bukankah saya sudah mengizinkannya dulu? Tapi, saya tidak mengizinkan kamu berbuat ulah di sekolah." Pak Arya memberi peringatan pada Neli.
"Iya, siap Pak!" Neli langsung mengangkat tangannya melakukan hormat bendera dengan senyum pepsodent yang memamerkan deretan gigi putihnya.
Kruyuuk
Suara cacing di perut Neli berdemo, Neli yang merasa malu hanya dapat mengusap kepalanya.
"Aku buatkan makanan dulu, kamu tunggu saja di sini." Pak Arya berdiri dan kembali berjalan menuju ke arah dapur, Neli memperhatikan punggung tegap itu dengan seksama. Baju kaosnya dan rambut itu memang sangat mirip dengan Yuki.
Neli menggelengkan kepalanya cepat, bagaimana mungkin dia selancang itu membayangkan orang lain pada tubuh yang berbeda. Itu sangat mustahil pikir Neli, beberapa bulan lalu Neli mendapatkan kabar bila Yuki mengikuti kelas tambahan.
'Mungkin Kak Yuki akan pulang saat gelar doktor sudah dia miliki.' Pikir Neli dengan perasaannya sendiri, sangat berbeda dengan Kayam yang sangat mudah di hubungi. Selama ini Yuki seolah tertutup dari dunia luar, meski demikian sesekali Yuki juga akan mengirimkan surat dan memberikan kabar.
"Kamu memakan semua sayuran?" Tanya Pak Arya yang nampak tengah memilih sayuran.
"Selain makan sayur aku juga bisa kalo harus makan Bapak!" Teriak Neli, sedangkan Pak Arya hanya dapat menggelengkan kepalanya. Bagaimana jadinya bila di masa depan Neli benar-benar menjadi istrinya?
Pak Arya kembali teringat pada seluruh ucapan Neli, Neli pernah jatuh cinta sebelumnya dan itu terjebak dalam satu orang yang sama. Pak Arya tersenyum lembut dan menyelesaikan masakannya.
"Neli, ayo makan!" Pak Arya terkejut saat melihat Neli ternyata sudah terlelap di atas karpet bulu. Dia nampak tidur dengan sangat nyenyak.
"Dia benar-benar tidak berwaspada, bagaimanapun juga aku inikan pria." Pak Arya tersenyum, dia tak berniat membangunkan Neli dan memilih membiarkannya tertidur.
Karena tak kunjung bangun, Pak Arya akhirnya memindahkan tubuh Neli ke atas sofa dan membiarkannya terlelap dengan nyaman.
"Ugh, aku di mana?" Neli ling lung saat merasakan dirinya terlelap di tempat yang asing. Namun ingatannya kembali jernih saat melihat tangga dan televisi di ruangan itu.
"Aku masih di rumah Pak Arya," Gumam Neli memperhatikan sekitar rumah itu, lampu nampak menyala beberapa dan jendela sudah tertutup.
"Kamu sudah bangun?" Pak Arya nampak membawa kasur angin dan selimut serta sebuah bantal. Neli juga baru sadar saat dirinya sudah di selimuti dan tidur di atas sofa dengan bantal di kepalanya.
"Pak Arya?" Neli mulai merapikan rambutnya, dia sangat tahu sepeti apa dirinya saat bangun tidur. Dia merasa insecure tak kala Pak Arya terkekeh melihat tingkah Neli.
"Tidur kamu nyenyak sampai saya tidak tega membangunkannya," Pak Arya nampak kembali melipat kasur angin itu dan tidak jadi memompanya.
"Tadi kamu belum sempat makan bukan? Karena sekarang sudah bangun, sebaiknya kamu makan dulu." Pak Arya mempersilahkan Neli ke arah dapur, Neli juga mencuci wajahnya di westafel dan duduk di kursi makan dengan lesu.
"Kenapa lesu begitu?" Pak Arya menghidangkan kembali masakan yang sudah Dia hangatkan.
"Cuma lagi mikir Pak, gimana kalo aku nginap di sini aja?" Neli tersenyum jahil, dia juga melihat jam dinding yang menunjukan pukul 7 malam.
"Tidak, orang tua kamu pasti khawatir nanti. Saya akan antarkan kamu," Pak Arya nampak naik ke lantai dua dan mengambil jaket miliknya.
"Pakai ini," Pak Arya memberikan satu jaketnya pada Neli saat gadis itu selesai makan dan nampak kedinginan. Neli hanya tersenyum dan belum menyadari bila ada sesuatu yang ganjil.
Pak Arya pada akhirnya mengantarkan Neli yang masih mengantuk ke kediaman Ziad dengan aman, sedangkan Yuhou yang mengetahui keberadaan Neli sebelumnya hanya menghela nafas lega.
Neli pulang ke rumahnya, untung tak ada Mama dan Papa-nya di lantai satu, alhasil Neli akhirnya sembunyi-sembunyi mulai masuk ke lantai dua, dan melanjutkan tidur nyenyaknya.
"Memang benar, sangat mengkhawatirkan bila memiliki anak perempuan." Yuhou menghela nafas panjang saat menyaksikan sendiri bila Neli masuk dengan mengendap-endap.
"Sayang, mau bagaimanapun juga Yuki adalah orang yang bisa kita percaya, dibandingkan dengan Kayam. Yuki memiliki prinsip yang lebih kuat sebagai seorang pria." Rose dari belakang memberikan nasihat.
"Ya, setidaknya itu memang benar. Darah yang mengalir dalam nadinya juga bukan orang biasa." Yuhou membenarkan ucapan istrinya.
Keduanya memang percaya pada Yuki, tapi justru mereka tidak percaya pada putrinya sendiri, Neli. Neli memiliki kebebasan yang terlalu nyata, selain karena mereka tak memberikan banyak wajengan perihal agama, Neli juga tumbuh sesuai dengan keinginan hatinya sendiri.
.
.
.
Di hari senin yang cerah, Neli sudah sampai di depan gerbang sekolah. Dia langsung masuk ke kelas dan belajar dengan giat.
Kedekatan antara Neli dan Pak Arya memang sudah di ketahui orang banyak, namun para guru tetap tak mempermasalahkannya karena mereka tahu sendiri bagaimana identitas seorang Neli.
Mita, dia adalah salah satu guru bahasa inggris yang baru saja lulus dari study-nya dan mengajar di sekolah itu sebagai guru magang. Sudah hampir tiga tahun Mita mengajar dan selama satu tahun terakhir terus mengejar sosok guru lainnya yaitu Arya.
Bagi Mita, meski Arya memang dingin dan tak pernah memberinya sedikit harapanpun, tapi dia juga tak rela bila harus menyerahkan pria itu pada orang lain.
Seperti hari ini, dia sengaja datang lebih pagi dan mendapati Pak Arya berada di ruang Guru bersama Guru lainnya. Semua Guru juga mengetahui gelagat Bu Mita, namun mereka tak ingin ikut campur dalam urusan pribadi, kecuali seorang guru Kimia yang merasa risih dengan tampilan Bu Mita.
"Ibu tidak punya baju di rumah ya?" Seorang Guru Kimia menatap Bu Mita dengan jengkel, sebagai seorang wanita yang mengetahui kodratnya sendiri, dia merasa risih saat melihat penampilan Guru itu.
"Kenapa? Saya rasa, saya baik-baik saja." Bu Mita mulai tersulut amarah.
"Baik-baik saja? Lihatlah BH sampai bisa kelihatan begitu!" Guru Kimia itu menggebrakkan buku tebal miliknya ke atas meja dan melangkah maju dengan tatapan yang dingin.
"Tidak usah di pikirkan, istri ku sebagai wanita yang mengetahui aturan memang memiliki kedisiplinan yang ketat. Tapi dia wanita yang baik, dan hanya risih melihat anda." Ucap seorang Guru laki-laki yang merupakan Guru Agama dan melakukan hal yang sama, dia pergi dari ruangan itu.
kurang😅
cepat sembuh ya Nuah 💪💪💪💪💪
menjalani terapi nya.
ternyata anak kita ultahnya dibulan yang sama..
pesona Gus Arya memang hebat bisa mengubah dunia Neli. selamat berjuang Neli 💪💪💪💪💪💪
semangat next di tunggu😍😍😍