Jatuh cinta memang berjuta rasanya, namun bagaimana jika jatuh cinta pada seorang single mom? tidak semudah itu menyakinkan perasaaannya pada cinta yang ia tawarkan.
Adalah Tyo pranowo seorang executive muda berwajah tampan, yang jatuh cinta pada Eva seorang staff di kantornya yang ternyata seorang single mom dengan trauma di masa lalu.
Ia berusaha untuk meraih hati sang wanita, meski itu tidak mudah mengingat sang wanita cenderung bersikap self defense. berkat kerja kerasnya hati sang wanita akhirnya berhasil ia dapatkankan.
Namun kehidupan tidak selamanya selalu berjalan mulus, ia di hadapkan pada kenyataan pahit, setelah kematian Ibunya ia baru mengetahui bahwa ia hanyalah seorang anak angkat, yang di besarkan layaknya anak kandung keluarga Siswo Hudoyo.
Berkat dorongan saudara saudaranya ia mulai melakukan pencarian terhadap orang tua kandungnya yang menitipkannya pada keluarga Siswo Hudoyo 34 tahun silam,dan ia menemukan fakta yang membuatnya nyaris gila
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow angel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part#28
Tyo meninggalkan kediaman Ibu kandungnya dengan tersenyum , ,tidak ada kata yang tepat untuk melukiskan perasaanya saat ini, begitu bahagia ia langsung mengarahkan mobilnya menuju rumahnya, saat ini ia merasa orang yang paling beruntung di dunia setelah apa yang ia lewati selama ini.
Dengan wajah yang sumringah ia berbegas masuk kedalam rumah peninggalan mendiang orang tua angkatnya yang kini di tempati oleh kakak perempuannya.
" Wes ada yang bahagia nih kelihatannya, habis ketemu sama pacarnya ya Oom." Celetuk Keponakannya yang sedang menonton tivi di ruang tengah.
" Heeh! cah cilik kok tahu pacar, pacar ki opo?." Ujar Tyo pura pura memarahi keponakannya sambil menghempaskan tubuhnya di samping keponakannya.
" Aku tahu lah oom, tuh Mbak Erin aja punya pacar di sekolah ." Sahut Keponakannya sambil nyengir.
Bughh!
Keponakannya yang paling besar melempar bantal sofa, kearah adiknya tapi malah mendarat di wajahnya.
" Opo tho iki, uaseeem." Seru Tyo. seraya menyingkirkan bantal dari wajahnya
" Hahhhahaaha, sepurane oom tadi mau tak lempar kearah Naura, kok malah kena oom Tyo." Timpal Erin sambil cengengesan.
"Cengengesan!,...tapi benar tho kalau kamu, sudah punya pacar di sekolah?," Selidik Tyo.
" Mana ada!....Naura kok di dengar, oom..oom."Kilah Erin.
'"Eeerh bener yo, buktinya Mbak Erin pernah ngobrol berduaan pas nunggu jemputan." Sergah Adiknya tidak mau kalah.
"Nganyeli kowe kuwi loh, cilikan kok suka ngadu ngadu huuuu."Labrak Erin sambil hendak melayangkan cubitan pada adiknya, namun adiknya dengan gesit berlindung di balik badan Tyo.
" Reneo kowe!..... awas kamu besok."Seru Erin keponakannya yang besar dengan nada marah .
" Heh!, apa apaan in? i bercanda kok jadi seriusan! main ancem anceman pisan!, Erin Naura ayo salaman."Perintah Tyo pada kedua keponakannya.
" Moh!."
" Mbak Erin seng ayu dewe ... adik minta maaf, janji tidak ngadu ngadu lagi."
" Sak karepmu." Dengus kakaknya masih dengan muka kesal
Mendengar kegaduhan dari ruang tengah kakaknya tampak keluar kamar karena penasaran.
"Apa apaan sih ini, berisik amat?" Tegur kakaknya.
" Itu loh Mbak Erin tidak mau maaf maafan , padahahal adik sudah minta maaf."Adiknya mengadu pada Ibu mereka, yang tidak mendapat respons dari Ibu mereka.
"Kamu dah pulang Yo?, gimana sudah bertemu dengan Ibumu?." Tanya Mbak Tyas.
" Sudah , Mbak kamu sudah bicara banyak hal , oh ya ada salam dari beliau untuk Mbak dan yang lainnya." SahutTyo.
"Waalaikumsalam,"Ujar Mbak Tyas.
"Ibu siapa Maa? , Yangti kan sudah meninggal masa Oom Tyo ketemu sama Yangti," celetuk Naura keponakannya yang masih duduk di bangku kelas tiga sd dengan ekpresi bergidik ngeri.
" Naura... tidak boleh menguping pembicaraan orang tua!, masuk kamar sana ." Ujar Kakak perempuannya memberi peringatan pada anaknya .
" Mboh ki bocah iki, saru emang." Timpal Erin kakaknya.
" Mbak Erin juga masuk kamar, Mama mau bicara dengan Oom Tyo."
Mereka kembali melanjutkan pembicaraan setelah, kedua keponakannya masuk kamar masing masing.
"Tinggal dimana Ibumu sekarang?," tanya kakak perempuannya.
" Di johar Mbak, dengan suaminya." sahut Tyo
" Husst kok suaminya!, suaminya ya berarti bapakmu ngawur." Sergah Kakak perempuannya.
" Tapi kan suami kedua Mbak , Bapak dan Ibuku ya Siswo Hudoyo."
" Ndak boleh begitu, walau bagaimanapun mereka adalah orang tua kandungmu ,yang sudah ya lupakan ,inget pesan Almarhum Ibu." Nasehat Kakak perempuannya.
Keesokan harinya mereka pergi ke makam Almarhum orang tua mereka , Tyo tidak kuasa membendung airmatanya saat menyirami pusara Ibu yang telah merawatnya sejak bayi berusia 40 hari itu, yang luar biasa wanita itu tidak pernah bercerita sekalipun pada ketiga anak kandungnya tentang jati dirinya.
"Ibuuu.. kenapa secepat ini, Ibu tinggalkan Tyo Bu." Ratap Tyo di depan pusara Ibunya, tangannya mengusap usap kepala pusara yang tertera nama Ibu angkatnya itu.
"Sudah Yo, kasihan Ibu, kalau kamu begini." Bisik Mbak Tyas sambil mengelus elus bahunya.
" Tyo belum sempat, membahagiakannya Mbak,"
" Hiduplah di jalan yang benar , jangan lupa kirim doa sebagai baktimu untuk Almarhum Ibu dan Bapak." nasehat kakak perempuannya.
Setelah urusan menemui Ibukandung sekaligus nyekar ke makam orang tua angkatnya selesai , Tyo kembali kejakarta kini ia fokus pada rencana pernikahannya yang sudah di depan mata. Di ruangan kerjanya Tyo termenung sejenak merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika liku.
" Akhirnya aku sampai di titik ini, titik dimana aku menemukan rumah yang sebenarnya." Ucap Tyo pada diri sendiri.
Namun ia yang menyangka bahwa drama kehidupannya telah berakhir ternyata dugaannya meleset, Dyah kembali hadir untuk mengacaukan segalanya , Tyo yang sudah tahu segala nya tidak menemui kesulitan menghadapi teror dari Dyah.
" Honeyyyy .. dulu kamu nantang untuk tes dna pada jabang bayi yang aku kandung, sekarang anak ini sudah lahir ayo dong tepati janjimu." Ujar Dyah saat menghubunginya.
" Jangan gila kamu.... aku sudah tahu segalanya dan asal kamu tahu aku tidak mau melakukan tes dna!."Tukas Tyo.
" Pengecut! kalau kamu laki laki tepati janjimu." Pekik Dyah.
"Resti triandini!... sampai kapan kamu akan seperti ini hah!." Bentak Tyo dengan menyebut bernama asli Dyah.
Tidak terdengar suara apapun untuk beberaap saat , Tyo menyangka jika Dyah alias Resti yang tidak lain adalah adik tirinya shock karena ia tahu nama aslinya.
" Siapa Resti? hahhaah banyak ya korbanmu? sampai salah sebut nama bajingan." Sahut Dyah setelah lama terdiam dengan nada melecehkan.
" Tidak usah berpura pura lagi, kamu itu bukan Dyah Hapsari tapi Resti Triandini!, anak dari Endang windarti dan Prasodjo!." Sahut Tyo dengan nada suara tinggi.
" Dda- darimana kamu tahu detil tentang keluargaku?," Tanya Dyah kali ini dengan nada terdengar ketakutan.
" Hehh! kamu fikir aku tidak bisa tahu tentang siapa kamu?, hentikan semua ini dan bertobatlah." Bentak Tyo.
Tyo Akhirnya memberi tahu tentang semuanya termasuk jika mereka bersaudara namun berbeda Bapak.
" Ttti- ttidak mungkin.... kamu ngarang cerita aku tidak percaya dengan omong kosong ini." Ujar Dyah bersikap denial terhadap kenyataan yang sama sekali tidak di sangka sangka.
" Buat apa aku ngarang cerita heh!, kamu fikir aku tidak punya kerjaan? yang bisa santai mengarang cerita sampah seperti ini?!." Dengus Tyo kesal.
"Jadi kamu adalah kakak laki laki ku yang di ceritakan Ibu?."Tanya Dyah alias Resti.
" Ya... Awalnya akupun sulit untuk menerima kenyataan ini, tapi aku tidak bisa menolak jika Endang Windarti adalah Ibu kandungku."Tukas Tyo.
"Jadi setelah tahu semua fakta ini aku harap kamu hentikan kegilaan mu, bertobatlah,sekarang kamu ada dimana dek?." Tanya Tyo mulai melunak sikapnya.
"Aku tidak mungkin pulang, aku malu Mas.." Jawab Dyah.
" Kamu tidak kasihan dengan Bapak dan Ibu?, kamu ada dimana sekarang hmm?."Ujar Tyo sambil kmebali bertanya tentang keberadaan Dyah.
" Di jakarta Mas dengan suami ku , baru melahirkan sebulan yang lalu."Jawab Dyah lirih
Tyo mengusap wajahnya dengan gusar, baru saja ia bisa menghela nafas karena masalahnya satu persatu terselesaikan kini datang masalah baru .
" Suami yang mana lagi?... jadi anak siapa itu sebenarnya?, tidak mungkin itu anak aku kan?." Desak Tyo.
" Memang bukan.... waktu kita melakukan itu aku sudah hamil satu bulan dengan suami ku, tapi aku menjebak kamu karena aku menyukaimu, aku cuma punya satu suami Mas, pemilik cafe yang Mas obrak abrik." Sahut Dyah.
" Tapi laki laki itu bilang kalian sudah tidak bersama?." Ujar Tyo dengan nada menyelidik dan masih tidak percaya dnegan ucapan Dyah.
" Kami sudah berbaikan, dia luluh setelah tahu saya hamil Mas." Sahut Dyah.
" Ouuhh Syukurlah kalau begitu, baik baiklah sama suami mu, jangan nakal seperti dulu jaga maratabat kamu sebagai wanita ."Tyo menasehati adiknya.
"Iya Mas." Jawab Dyah terharu.
Hari demi hari Tyo semakin di buat tidak sabar ,menjelang detik detik hari bersejarahnya itu ia mengabari semua sahabatnya meminta mereka untuk menjadi saksi di hari bahagianya kelak.
"Man, loe bisa kan hadir di pernikahan gw?." Tanya Tyo .
" Kapan broo? ... weess gerak cepat ya tahu tahu udah mau jadi manten saja." Sahut Hilman.
" Yoiii,....takut di sabet yang lain, minggu depan tapi di jogja, gw harap sih semua geng kita bisa attend ya." Ujar Tyo penuh harap.
" Buat sahabat kita pasti usahakan ."
" Thank's broo."