NovelToon NovelToon
Belenggu

Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Selingkuh
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

Dia terjerat dalam sebatas ingatan dimana sebuah rantai membelenggunya, perlakuan manis yang perlahan menjeratnya semakin dalam dan menyiksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Mimpi

Mario sedang duduk di ruang rapat saat Rey masuk lalu berbisik di telinganya.

"Bagaimana bisa?" Rahang Mario mengeras saat mendengar bisikan Rey.

Rey menggeleng.

"Rapat di tunda." Mario segera keluar dari ruang rapat, dan menemukan pengawal yang tadi dia tugaskan untuk menemani Valeri.

"Bagaimana bisa dia hilang?"

"Maafkan saya, Tuan. Nona pergi ke toilet, namun tak pernah kembali, begitu saya cek toilet dalam keadaan kosong."

Mario mendengus. "Rey bawakan rekaman CCTV untukku." Mario berjalan ke arah lift untuk turun ke lantai satu.

Sementara Rey menghubungi keamanan untuk memeriksa cctv di waktu dan tempat yang pengawal Valeri sebutkan.

Rey menoleh pada Mario yang berwajah khawatir. "Anda sedang khawatir, Tuan?" tanyanya memastikan.

Mario berucap tanpa menoleh. "Tentu saja, aku khawatir tawananku lari." Mario menarik sudut bibirnya.

Rey menipiskan bibirnya lalu mengangguk. "Aku mengerti. Tuan, kita sudah mendapat rekamannya." Rey menunjukkan rekaman vidio di ponselnya.

....

"Apa yang kau lakukan?"

Valeri mengerjap lalu mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. "Tidak. Hanya terjatuh."

"Maksudku, kenapa kau pergi tanpa pengawal."

Valeri bangun untuk berdiri, namun kakinya yang lemas membuatnya hampir terjatuh kembali, beruntung Mario segera menahannya dengan meraih pinggangnya.

"Maaf, aku kira aku cuma jalan- jalan di sekitar sini. Jadi tak masalah kalau pergi sendiri." Valeri berusaha bicara dengan tenang. Meski pikirannya berkecamuk, namun dia tak boleh menunjukkkannya di depan Mario.

"Lain kali jangan lakukan itu lagi, dan membuatku khawatir." Valeri mengangguk dan dia merasakan tubuhnya di angkat. Pria itu menggendongnya.

Valeri menatap Mario. Sepertinya pria ini benar-benar mengkhawatirkannya, terlihat dari tatapan matanya yang menunjukkan jika dia benar-benar khawatir.

Valeri kau terlalu banyak berpikir. Bagaimana bisa kau mengira sedang menjadi wanita pengganti, hanya karena orang tuamu penyebab kerugian yang di alami Mario. Valeri berkata dalam hati.

Mario memasukan Valeri ke dalam mobil, dan mendudukkan dirinya. "Kita akan kemana?"

"Pulang, kamu pasti lelah."

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Anggap saja sudah selesai."

"Apa aku mengacaukannya. Seharusnya aku tidak ikut dan mengganggumu."

Mario menyeringai, lalu mengusap rambut panjang Valeri. "Apa yang akan kau lakukan untuk rasa bersalahmu?"

"Hah?" Mario menarik Valeri ke pangkuannya, lalu mengusap pinggang gadis itu yang terbalut dress putih seperti biasa.

Valeri mengerjapkan matanya. "Apa yang bisa aku lakukan di tempat seperti ini?" Ini di dalam mobil, bukan hanya sempit, tapi juga ada supir dan pengawal di depan sana.

Namun belum dia berpikir terlalu banyak Mario meraih bibirnya, lalu pintu penghalang di naikan hingga supir dan pengawal tak bisa melihat kegiatan mereka saat ini dimana ciuman semakin panas dan dalam.

...

"Tidak, lepaskan aku, aku mohon." Valeri memohon dengan sangat saat tubuhnya terus diseret dengan kasar oleh sepasang tangan besar.

"Tidak mau, aku tidak mau!" Valeri terus berteriak, namun sama sekali tak di hiraukan. Hingga tubuhnya di hempaskan ke sebuah ruangan yang kotor dan sempit. Tubuh ringkihnya membentur dinding hingga dia merasakan nyeri di seluruh tubuhnya.

Saat itulah mata Valeri terbangun dengan terkejut, namun saat merasakan pelukan Mario di tubuhnya dia merasa sedikit tenang.

"Mimpi lagi?"

"Hm." Valeri mengeratkan pelukannya di tubuh Mario.

"Kali ini apa?" Valeri menggeleng tak ingin mengatakannya, namun Mario tak memaksa dan hanya mengusapi punggungnya.

"Tidak masalah ada aku, tidurlah lagi."

....

Valeri duduk di kursi belakang dengan menatap ke arah rumah para pekerja, dimana disana nampak hening sebab seluruh pelayan sedang sibuk membersihkan setiap inci rumah.

Seperti biasa di pagi hari Mario pergi bekerja dan dia hanya tinggal di rumah. Meski membosankan Valeri tak ingin keluar atau ikut kembali ke perusahaan Mario, dimana dia bisa saja membuat kekacauan seperti kemarin. Meski separuh hatinya masih penasaran dengan fakta yang kemarin dia temukan. Tapi Valeri tak memiliki keberanian untuk mencari tahu lebih dalam. Seperti rasa takut yang begitu dalam jika Valeri tahu segalanya.

Tapi akibatnya kini dia menjadi gelisah yang berlebihan. Terlebih mimpinya kembali muncul. Mimpi yang sama ketika dia mengenakan pakaian pengantin yang di penuhi darah, namun kali ini tubuh berbalut gaun pengatinnya di seret ke sebuah rumah kecil di tengah rimbun pepohonan. "Apa itu bukan hanya sekedar mimpi," gumamnya.

"Anda bicara sesuatu, Nona?" Valeri menoleh pada Hilda yang seperti biasa berdiri tegap di belakangnya. Wanita paruh baya itu selalu ada di sekitarnya seperti mata yang terus mengawasinya.

"Tidak, aku hanya berpikir jika ada camilan pasti akan sangat menyenangkan."

"Anda menginginkannya?"

"Bolehkah?" tanya Valeri sedikit sungkan.

"Tentu, Nona." Hilda mengangguk.

Valeri tersenyum "Kalau begitu aku ingin sekali churros dengan saus coklat."

"Baik, akan saya sampaikan pada koki." Hilda mengangguk lalu pergi untuk menyampaikan keinginan Valeri.

Valeri melihat ke arah kepergian Hilda, lalu melihat sekitarnya, hingga saat merasa situasi aman, dia melangkah kakinya ke arah rumah para pelayan.

Valeri berjalan cepat hingga dia tiba di belakang rumah para pelayan. Langkahnya terhenti saat melihat satu lagi bangunan yang lebih kecil tak jauh dari sana. Dengan jantung yang berdetak kencang Valeri kembali ke arah dimana dia datang saat melihat rumah yang ada dalam mimpinya semalam.

Itu bukan sekedar mimpi? Namun Valeri kembali menghentikan langkahnya saat dia merasa harus tahu lebih lanjut. Tapi bagaimana jika kenyataanya menakutkan. Apa yang harus dia lakukan?

Valeri menahan nafasnya lalu berjalan kembali ke arah rumah kecil itu untuk memastikan apakah itu benar-benar rumah yang sama atau bukan.

Sambil memperhatikan sekitarnya Valeri terus berjalan ke arah rumah kecil itu, hingga dia benar-benar tiba di sana. Benar rumah ini adalah rumah yang ada di dalam mimpinya. tangan bergetarnya berusaha membuka pintu, namun pintu tersebut terkunci.

Valeri berjalan ke arah jendela lalu mengintip untuk bisa melihat isi di dalamnya, namun setelahnya tubuhnya semakin gemetar dan jatuh terduduk.

Di saat yang sama Valeri mendengar suara langkah kaki mendekat.

Dengan tertatih Valeri mencoba bangun untuk segera pergi, namun tubuhnya yang lemas membuatnya hanya bisa menyeret diri dan bersembunyi di balik pohon saat seorang pengawal datang lalu masuk ke rumah tersebut.

Valeri mencoba mengatur nafasnya yang terasa sangat berat dan sesak saat melihat pengawal berbadan besar di depan sana.

Yang membuat Valeri semakin yakin jika mimpinya bukan sekedar mimpi adalah pengawal itulah yang menyeretnya masuk ke rumah kecil itu.

Valeri menutup mulutnya yang terus bernafas berat saat pengawal di depan sana nampak waspada dan memperhatikan sekitarnya, hingga langkah kaki besar itu mengarah padanya membuat Valeri semakin ketakutan.

Valeri memejamkan matanya saat langkah kaki pengawal itu semakin dekat. Hingga dia mendengar suara ponsel berdering dan pria itu berbalik menjauh pergi sambil menerima panggilan tersebut.

Valeri menghela nafasnya lega. Setelah merasa situasi aman, Valeri berjalan kembali ke arah rumah setelah melewati rumah para pelayan. Saat melihat Hilda dia mencoba menormalkan wajahnya dan tersenyum.

"Nona dari mana saja kau?"

"Aku jalan- jalan sebentar. Hilda aku akan ke kamar dulu." Valeri berjalan ke arah rumah.

"Tapi, Nona bagaimana camilannya?" Valeri menghentikan langkahnya.

"Ah, iya. Biar aku bawa ke kamar." Valeri mengambil nampan di tangan Hilda.

"Nona kau baik- baik saja?" Hilda melihat tangan Valeri bergetar hingga piring di nampan pun ikut bergetar.

"Aku baik." Valeri segera pergi dengan nampan di tangannya, hingga tiba di kamar barulah Valeri menghela nafasnya.

"Tidak. Jangan buat kesimpulan dulu. Aku harus menyelidiki ini lebih dulu. Yang lebih penting adalah bagaimana aku bisa ingat kejadian sebelumnya agar aku yakin itu benar-benar bukan mimpi."

1
Erna Wati
mau tau aja km mario..kepo yaaa😀😀
Dinda Putri
semangat Up thor
Dinda Putri
sedang memikirkan cara untuk membuatmu bucin Mario🤭🤭
Erna Wati
semoga nanti Mario akan mencintai valery.bahkan lebih dr yg Valery rasakan..Mario akan bucin akut kn Thor?🤣🤣
Dinda Putri
mario mulai goyah... bikin mario bucin akut Thor🤭
mbu ne
penasaran.. dibagian yg Mario menyesal setelahnya....(eh...ada bagian itu nanti ngga Thor?)..🤭
Agus Tina
Aku lebih suka Valerie dan Mario tidak bersatu ... tetlalu biasa cetitanya klu mrk dibiarkan bersatu dan bahagia selamanya ...
Lia Haeliah
nanti omongan valeri jadi kenyataan mario hidup dalam kesendirian kesedihan meratapi Valerie yang ga mau kembali dan terlanjur benci sama Mario
Dinda Putri
bikin Mario cinta mati sama valerry thor biar kapok tuh Mario greget banget 😤😤😤
Saadah Rangkuti
lanjut thor...
mbu ne
deg2an bacanya
Dinda Putri
semangat up thor
Erna Wati
malang sekali sabib Valery
Debu Nakal
nice
rini apriyanti
bagus banget banget ceritanya,alurnya gak monoton dan gak banyak tokoh, recommended
Saadah Rangkuti
akankah valery bisa lari dari Mario?
Saadah Rangkuti
oh ternyata....😭😭😭
Saadah Rangkuti
dan jangan sampai kau menyesal Mario!! 😶😶
Saadah Rangkuti
semoga berhasil valeri
Myra Myra
pergi jauh dari Mario...kasihan vio
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!