NovelToon NovelToon
Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Bayang-bayang Yang Tidak Pergi

Status: tamat
Genre:Toko Interdimensi / Tamat
Popularitas:358
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Bayang-Bayang yang Tidak Pergi adalah sebuah novel puitis dan eksistensial yang menggali luka antar generasi, kehancuran batin, dan keterasingan seorang perempuan serta anak-anak yang mewarisi ingatan dan tubuh yang tidak pernah diminta.

Novel ini terbagi dalam tiga bagian yang saling mencerminkan satu sama lain:

Bagian Pertama, Orang yang Hilang, mengisahkan seorang perempuan yang meninggalkan keluarganya setelah adik perempuannya bunuh diri. Narasi penuh luka ini menjelma menjadi refleksi tentang tubuh, keluarga, dan dunia yang ia anggap kejam. Ia menikahi seorang pria tanpa cinta, dan hidup dalam rumah penuh keheningan, sambil mengumpulkan kembali kepingan-kepingan jiwanya yang sudah dibakar sejak kecil.

Bagian Kedua, Bunga Mawar, Kenanga dan Ibu, melanjutkan suara narator laki-laki—kemungkinan anak dari tokoh pertama—yang menjalani rumah tangga bersama seorang istri polos, namun hidup dalam bayangan cinta masa lalu dan sosok ibu yang asing. Kenangan, perselingkuhan, dan percakap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewi Sundari bagian ll

Apa ibumu jahat?

Ibumu terbiasa minum-minum keras dan berprilaku murahan, sehingga wajar kamu muncul tanpa ayah, dan jika ibu boleh jujur, sebenarnya kamu juga tidak punya ibu.

Semenjak nenekmu meninggal, ibu sendirian dan beruntung beberapa murid-muridnya datang menjenguk. Ibu senang ada banyak orang, namun mungkin seperti kata sebelumnya, ibu benar-benar bukan orang baik, seringkali ibu mengoda, kadang-kadang sampai melepaskan baju atau sampai mabuk saja. Itu terjadi beberapa kali, hingga seorang yang tidak di kenal, mungkin ada di desa kita. Kami minum dan aku sadar ke-esokan harinya tanpa seorang pun. Dan kemudian ibumu mengandung. Seharusnya ibu mengaborsi kamu saja, tapi semuanya sudah terlambat.

Sekarang, kamu tumbuh besar, dan meskipun orang-orang sekitar mengatakan ibumu bukan orang baik, apa kamu percaya?

Ibu merasa membencimu, mencintaimu, bahkan mengutukmu. Dan karena bukan ahli membuat masalah, ibu jadi bisa melakukannya dalam pikirannya. Sebenarnya, ibu tidak ingin membuat kesalahan.

Dua hari kemudian setelah upacara itu, kamu sudah pakai gelang perak di kedua kaki dan tanganmu. Ada liontin kecil sayangku. Ibu memberimu cukup sederhana, tapi kamu tidak akan minta yang mahal bukan?

Malam-malam atau siang, tidak kenal waktu, ibu mencuri ciuman darimu, saat kamu tidur. Ibu iri, kamu punya kulit yang lembut.

Ibu jadi suka menciummu, dan mungkin sampai kamu sedikit lebih besar, maka ibu tidak akan melakukannya lagi.

Tumbuh... Ayo tumbuh. Kamu mulai menggerak-gerakkan tanganmu. Matamu lebih cerah. Sering kali kamu ingin melepaskan atau menghisap gelang yang ada di tanganmu. Nakal, kamu nakal. Merengek dan menangis, kamu hanya bisa begitu saat ibu marah.

Kamu mulai merangkak dan tahu-tahu sudah ada di gerbang depan. Ibu secepatnya kilat berlarian mengambilmu. Kamu cepat sekali. Kamu juga lucu saat belajar berbicara. Maka ketika kamu mulai maka di sinilah ibumu mengajarkanmu.

Ucapanmu selalu kabur, tapi tidak apa-apa itu lucu, namun bukan berarti selalu di ulang ya.

Kamu bermain tanah.

Kamu bermain rumput.

Kamu mengambil apa pun sembari berceloteh entah tentang apa.

Ibumu suka melihatmu seperti ini.

Dan waktu berlalu lagi. Kamu kehilangan gelang di kedua kakimu dan yang tersisa hanya satu gelang di tangan kanan saat kamu mencapai otonan ketiga. Kamu cantik seperti yang ibumu bayangkan. Mengapa kamu begitu cantik? Kamu adalah bayi yang muncul tapi tidak dinginkan dan anak yang lahir dari ritual minum arak bersama seseorang. Kamu mirip nenekmu. Semakin ibu melihatmu, maka ibu semakin membencimu. Namun bagaimana caranya ibu membencimu?

Kamu memakai kebaya biru langit dan Kamen merah muda ketika otonanmu. Ibu juga memakaikannya, biar selaras bukan?

Setelah acara selesai, ibu bisa lihat wujudmu yang tumbuh lebih besar. Membayangkan penderitaan, kesakitan dan kebencian ibu tumbuh bersamamu benar-benar menyenangkan. Kamu tumbuh lebih besar.

...----------------...

Ketika kamu sudah benar-benar tahu apa yang diinginkan atau berbicara, maka ibu sedikit kesulitan. Kamu berteriak, menangis saat di pura, ingin mainan dan makanan. Kamu menyebalkan, ibu menanggung malu. Ya sudah kamu menang.

Lalu ketika persembahyangan, kamu duduk di pangkuan ibumu, memainkan rumput dan menatap ke berbagai arah. Kamu melihat sesajen, asap dupa yang menyebar, orang-orang yang berpakaian adat dan beberapa tersenyum kepadamu. Kamu merasa aneh dan penasaran, tapi tidak mengajukan pertanyaan.

Saat genta di bunyikan, kamu hanya duduk, mungkin bertanya mengapa semuanya terdiam. Kedua tanganmu ibu cakupkan dan ibu mewakilimu saat sembahyang. Orang-orang menutup mata, tapi kamu membukanya.

Saat selesai, kamu bermain dupa. Ibu jelas melarangnya. Kamu kesal.

Kemudian ketika Tirta diturunkan, kamu meletakkan tangan, sangat gembira tapi caranya salah. Sikapmu membuat pemangkuan dan orang-orang sekitar tertawa. Ibu hanya tersenyum, membayangkan betapa kamu begitu indah tapi lahir di tempat yang salah.

Saat menerima bija, kamu langsung menempelkannya di dahi, layaknya menampar nyamuk, dan hasilnya bija itu menyebar di dahimu dan beberapa terjatuh. Kamu tidak peduli dan berceloteh. Ya sudah, kamu memang begitu.

...----------------...

Setelah kamu tumbuh besar lagi, kamu lari mendekati ibu sembari berteriak, “Mama, Bagaimana mengikat selendang ini?”

Baiklah, ini adalah cara ibumu memberi kasih. Ibu bersimpuh dan kamu berdiri dekat sembari memegang selendang kecil. Ibu memegangnya dan kamu melepaskannya. Kepalamu menunduk. Terlihat polos. Ibu mengikatnya dengan pelan supaya kamu bisa belajar.

Selesai. Kamu tersenyum. “Mama, suksema.” Kamu tersenyum dan bahagia melihat simpul itu.

Anak ibu memang cantik. Tetapi... Dia sering menangis ingin mainan di pura, tidak peduli jika belum sembahyang. Ibu membencimu saat itu, ingin sekali menampar, menjimpit, dan kadang-kadang ingin membunuh juga.

Namun ibu tidak akan memperlihatkannya secara langsung, dan sering ibu berkata, ‘Nanti ya, nanti setelah sembahyang’ ‘Itu kotor luh, tidak boleh di pegang’ ‘Lihat, mas-mas itu menyeramkan, jika kamu tidak menurut kamu akan di culik.’ Sering kali kamu takut dan juga menangis lebih keras. Ibu menyerah dan membelikannya. Kamu senang jelas sekali, dan ibu... Tidak usah di ungkapkan.

Kamu membeli Snack yang tidak sehat, tapi Ibu tidak bisa berbuat banyak. Tapi kadang-kadang kamu membeli hal yang bermakna, seperti Wayang.

Tersenyum dan memainkannya. Kamu terlihat polos saat memainkannya. Dan karena kamu ganas, satu tangan atau kakinya sudah hilang sebelum tiba di rumah.

Kamu lalu bermain-main dan dengan gembira mengajak ibumu ini. Kita bermain bersama di malam hari. Hanya sebuah lilin sebagai penerang. Alangkah gembiranya kamu waktu itu memainkan wayang di depan lilin.

“Mama, lihat, lihat.”

Kita juga bermain bayang-bayang menggunakan tangan. Kita membuat bentuk kupu-kupu, gajah, burung hingga dinosaurus. Karena kamu masih awam jadi selalu mengikuti apa yang ibu lakukan.

Saat kita bermain, ibu teringat dengan kehidupan masa lalu dan berpikir itu seperti bayangan dan tidak akan pernah hilang. Jika hilang maka itu juga berarti kehilangan Ibu sendiri. Mungkin kamu adalah cahaya yang Ibu miliki sekarang. Bagaimana ya jadinya jika tanpa kamu?

Kamu sibuk bermain, sudahlah biarkan ibu yang memikirkannya.

...Mama, Suksma...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!