Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 16
Shafa melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, sudah lebih dari satu jam sejak dia ijin pada bosnya untuk menemui teman temannya.
"abis ini mau pada kemana?" tanya Shafa pada keduanya
"pacaran dong kita, ya kan sayang?" tanya David pada Maya dengan senyum menggoda
"apa sih kamu" jawab Maya malu
"Lo mau langsung pulang? Bareng kita aja.." ajak David
"sebenernya gue udah ada janji, mau nonton konser"
"gaya Lo..punya duit emang? Eh tapi udah kerja kan ya..eh tapi tapi kerjanya juga baru berapa Minggu, emang udah gajian?" David penasaran
"janji sama siapa?" lanjut Maya
"gue belum gajian. Gue di traktir teman. Puas Lo,!!" balas Shafa melotot ke arah David
"Lo punya teman selain kita emang?" lanjut David masih sibuk menggoda Shafa.
"beb..." tegur Maya yang dibalas David dengan cengirannya.
"tangan gue gatal banget pengen garuk tuh mulut" kesal Shafa
"hahaha sorry, serius, jalan sama siapa?"
"yang punya cafe ini. Abangnya Rio, Lo masih inget kan yang waktu kelulusan kenalan sama kita" Shafa menatap Maya
"yang punya cafe ini abangnya si Rio?" tanya Maya penasaran
"kok Lo bisa sampe kerja disini?" lanjut David
"ceritanya panjang, intinya kita pernah gak sengaja ketemu terus cafe ini juga lagi buka lowongan. Jadi ya udah deh, gue disini sekarang"
"terus..kok bisa mau nonton konser bareng?" lanjut Maya
"ya bisa aja."
"pacaran Lo sama dia?" tanya David
"nggak lah.."
"si Juna tau Lo mau nonton bareng bos Lo itu?" lanjut David mengintrogasi Shafa
"tau. eh bentar, bos gue udah nelpon" Shafa mengangkat telpon dari Faiz. hanya sebentar, memastikan Shafa sudah siap berangkat apa masih ingin bersama teman temannya.
"mau berangkat sekarang?" tanya Maya.
"iya..udah mepet waktunya."
Tak lama Faiz turun dari lantai atas, kemudian menghampiri meja Shafa. Shafa yang melihatnya berdiri dan memperkenalkan teman temannya pada Faiz
"masih inget kan sama Maya? Terus ini David"
Faiz menjabat kedua tangan temannya dan ikut duduk di meja tersebut.
"kalian mau ikut bareng kita?" tanya Faiz
"boleh?" balas Maya memastikan
"gapapa..lebih banyak lebih seru kan?" ucap Faiz
"kamu mau?" tanya David pada Maya
"mau.. Lagian kita belum ada rencana mau jalan kemana juga kan?"
"hmm..yaudah ayo. Jalan sekarang?" sambung David.
Akhirnya mereka berempat jalan bersama dengan dua mobil. Shafa dengan Faiz dan Maya dengan David.
"mereka teman akrab kamu?" tanya Faiz di sela dia mengemudi
"iya..sama Juna juga"
Faiz mengerutkan kening
"yang suka antar jemput aku" jelas Shafa kemudian
"terus kemana satu lagi?"
"udah berangkat keluar kota, kemarin. lanjut kuliah disana"
Faiz menganggukan kepala mengerti. Kemarin Shafa sedih karena akan berpisah dengan temannya.
Mereka sampai di venue yang sudah terisi penuh oleh penonton. Untungnya David dan Maya masih bisa masuk, walaupun harus keluar uang lebih karena membeli tiket di calo.
selama pertunjukan, mereka berempat terlihat antusias dan terus ikut bernyanyi. Posisi Shafa berada di depan Faiz yang sengaja memposisikan dirinya di belakang Shafa. Tangan Faiz sengaja dia taruh di bahu Shafa agar dia bisa memegangi Shafa apabila merasa desakan di antara penonton kurang terkendali.
"kamu gak cape?" tanya Faiz yang mendekatkan bibirnya ke telinga Shafa.
Shafa yang merasa sedikit terkejut, menoleh ke arah David yang wajahnya terlampau dekat dengan wajah Shafa yang perlahan agak menjauhkan wajahnya.
"nggak. Masih seru" jawab Shafa tersenyum dengan sedikit berteriak. Faiz mengangguk dan kembali melihat ke depan panggung. Sesekali dia dekatkan dagunya ke kepala Shafa dan beberapa kali, Faiz kedapatan seperti memeluk Shafa dari belakang, dengan tangan yang melingkari area leher Shafa.
Shafa membiarkannya karena merasa mungkin Faiz hanya ingin menjaganya dari banyaknya penonton yang berdesakan.
"seru banget....." ucap Shafa setelah keluar dari venue
"seneng?" tanya Faiz
"banget...makasih banyak ya kak." seru Shafa menggenggam tangan Faiz. Namun kemudian melepaskannya karena merasa canggung. Faiz hanya tersenyum.
"teman kamu masih dimana?"
"katanya tadi mau ke toilet dulu. Pasti ngantri banget.." balas Shafa mengingat banyaknya orang disini.
"langsung pulang atau mau nunggu temannya?"
"pulang aja yuk, katanya mereka juga mau lanjut ngedate. Aku gak mau jadi nyamuk..hehe"
"berhenti disini aja kak" ucap Shafa agar Faiz menghentikan mobilnya di pertigaan jalan menuju rumahnya. Ia sengaja tidak membiarkan Faiz tahu rumahnya, karena merasa belum saatnya Faiz tahu.
"rumah kamu yang mana?" tanya Faiz menengok kanan kiri guna memastikan keberadaan rumah Shafa.
"masih di ujung. Gapapa aku jalan kaki aja kesananya. Udah deket kok"
Faiz mengangguk, namun kemudian Faiz tidak sengaja melihat gelang yang dipakai shafa.
"bagus. Cantik di tangan kamu"
"oh ini? He em bagus ya?" Shafa menunjukan tangannya ke hadapan Faiz yang kemudian memegang tangan Shafa, mengusapnya dengan lembut dengan jempolnya. Shafa sempat menegang dengan perlakuan Faiz, keheningan pun menyertai keduanya. Faiz menatap dalam mata Shafa, dengan jempol yang masih mengusap usap lengan Shafa.
"makasih buat hari ini" ucapnya terdengar dalam dan sedikit serak.
"aku yang terima kasih ke kakak. hari ini gak bakal aku lupain"
Faiz mendekatkan wajahnya dengan perlahan ke arah Shafa, beberapa inci lagi bibirnya bisa menyentuh bibir Shafa, namun Shafa dengan perlahan juga menjauhkan wajahnya.
"hmmmm aku pulang ya kak" lanjut Shafa dengan canggung dan sedikit gemetar. Faiz yang menyadari perlakuannya di tolak Shafa, sedikit merasa kecewa. Namun dia hanya tersenyum dan mengangguk.
Shafa segera membuka pintu mobil dan berjalan menjauh dengan sesekali melambaikan tangan.
"sabar Faiz, bentar lagi Lo bakalan dapet dia" gumam Faiz dengan mata yang masih tertuju ke depan dan senyum menyeringai.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya