Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemukiman yang Tenggelam
Daud masih berada di dalam masjid besar di pinggir jalan raya yang berada di seberang jalan.
Tapi kali ini ia seorang diri. Di dalam masjid besar itu tidak ada siapa-siapa lagi.
Lalu Daud keluar dari dalam masjid.
Suasananya kembali lain dari yang sebelumnya.
Setelah keluar dari dalam masjid Daud melihat rumah-rumah.
Ini adalah sebuah kampung. Pemukiman yang sama sekali belum pernah Daud liat seumur hidupnya.
Daud pun jalan-jalan untuk melakukan eksplorasi tentang kampung ini. Dimana mereka? Orang-orang yang tinggal di pemukiman ini.
Yang pertama kali Daud jumpai adalah para ibu yang sedang bercengkrama di halaman rumah mereka. Sambil mengawasi anak-anak kecil yang sedang bermain.
Kemudian Daud pergi ke tempat yang lain. Di sana ada lapangan khusus bagi para orang dewasa untuk bermain. Mereka sedang ramai-ramai mengadu ayam. Mereka bertaruh dengan uang dan barang-barang yang berharga.
Dari keramaian yang sedang berkerumun itu ada seseorang yang menarik diri. Gerak-geriknya patut dicurigai. Daud mengikuti kemana seseorang yang masih muda itu pergi.
Seseorang itu ternyata pulang ke rumahnya.
Tunggu dulu. Bukan.
Seseorang itu tidak pulang ke rumahnya sendiri. Seseorang itu masuk ke rumah itu dengan cara mencongkel jendela kamar yang terkunci. Itu pasti bukan rumahnya sendiri melainkan rumah orang lain. Seseorang itu adalah maling yang sedang melakukan aksi mencuri.
Belum lagi selesai mengikuti seseorang itu perhatian Daud teralihkan dengan pergerakan sekumpulan anak muda yang lain. Mereka datang entah darimana membawa barang-barang yang bukan milik mereka. Mereka membangga-banggakannya kepada warga desa.
"Darimana kalian mendapatkannya?",
"Kami pergi ke sana dan ke mana-mana",
Orang-orang di sini menjadikan penjarahan sebagai mata pencaharian.
Kemudian ada gerombolan yang lain. Mereka pulang ke kampung dengan luka-luka. Mereka ini adalah para perusuh yang suka merusak dan melakukan tindakan kekerasan. Termasuk pengeroyokan dan penganiayaan.
Daud beralih ke tempat yang lain. Ia pergi ke ladang. Di sana sedang ada ribut-ribut.
Orang-orang yang sudah tua-tua itu berkelahi karena berebut aliran air.
Daud mendengar suara tangis. Seorang anak yang sedang dirundung. Teman-temannya sendiri dengan tega memasukkan anak itu ke dalam sumur kering supaya mereka bisa tertawa.
Kemudian ada dua orang yang sedang berkejar-kejaran ingin saling membunuh. Padahal mereka berdua adalah saudara.
Daud melihat kilasan peristiwa di tempat ini seperti sebuah documentary movie dengan gambar-gambar yang asli.
Sepanjang hari hanya di waktu magrib masjid besar di kampung ini mengumandangkan panggilan adzan untuk berjamaah.
Bangunan masjid ini adalah rumah ibadah yang berhias paling mewah. Sedangkan rumah-rumah warganya masih banyak yang tidak layak huni.
"Malam ini ada pengajian kenapa pulang?",
"Perut ku tiba-tiba tidak enak",
"Aku pulang saja",
Orang itu tidak pulang ke rumahnya. Melainkan masuk ke pintu rumah tangga orang lain.
Ditemukan sebuah ketimpangan. Terjadi bentrok antara dua kelompok yang berseberangan.
Kelompok yang pertama adalah mereka yang kaya menjadi semakin kaya. Mereka mengambil keuntungan dari kelompok yang lain. Mereka melakukan pemungutan liar dengan dalih uang iuran untuk kepentingan bersama yang sebetulnya tidak wajib diselenggarakan dan bersifat kebutuhan yang tidak perlu. Parahnya lagi mereka juga mengambil dana masyarakat dan uang masjid.
Kelompok yang kedua adalah orang-orang yang mudah ditipu dan digerus. Mereka baru tahu tentang kebenaran setelah penderitaan hidup mereka semakin menyengsarakan.
Pertarungan dua kubu tidak terelakkan. Mereka memunculkan rupa asli mereka yang selama ini ditutup-tutupi dengan senyuman dan sikap yang dibuat-buat santun. Padahal sifat asli mereka adalah barbar dan haus darah.
Terjadilah tarung tanding antara dua kelompok yang sama-sama gemar berdusta.
Banyak yang terluka. Tidak sedikit yang binasa.
Pada suatu malam yang sungguh sepi. Tiba-tiba badai hujan maha dahsyat datang. Menghantam perkampungan yang sudah terlalu lama hidup dalam kemaksiatan.
Kampung itu ditenggelamkan ke dalam bumi dengan tanahnya yang diperintahkan untuk menelan mereka hidup-hidup.
Dalam waktu semalam perkampungan ini dikubur rata dengan tanah. Berkat kuasa sang pencipta semesta.
*
Daud perlahan-lahan membuka kedua kelopak matanya.
"Dimana ini?", batin Daud.
Syukurlah Daud selamat. Daud pikir ia tidak akan bisa keluar lagi dari jerat ruang waktu masjid berhantu.
Tenggelamnya kampung itu adalah guncangan terakhir yang Daud alami di dalam masjid besar di pinggir jalan raya yang berada di seberang jalan.
"Tapi sekarang dimana ini?", kata Daud dalam hati.
Daud terbangun di atas tempat tidur yang lumayan keras. Seluruh ruangan ini berwarna putih.
Banyak bed-bed yang kosong.
"Sudah bangun pak?",
"Ini dimana mbak?",
Puskesmas Rawat Inap Kota W.