Sebatas Ibu Susu Untuk Anakmu

Lea masih duduk termangu di sisi brankar di ruangan perawatannya ini.

Ia mencoba memahami apa yang sedang terjadi kepadanya saat ini.

Ia mencoba mengerti kenapa ia kembali menjadi yang persalahkan akan hal yang tidak pernah ia merasa melakukannya.

Bahkan saat ini ia di perlakukan sangat buruk, ia sudah seperti seorang tahanan yang di renggut kebebasannya.

Dan apa kata mereka tadi.... ?!

Bunuh diri.... ?!

Omong kosong macam apa itu, mana mungkin ia berniat melakukan bunuh diri, walau ia sangat sengsara karena keluarga Reyhan...

Tapi hidupnya cukup berharga untuk sekedar melakukan bunuh diri.

Dia adalah seorang nona muda andai mereka tahu.....

Lea menarik nafas dalam dalam, ia tetap tak memahami apapun.

Ia adalah korban di sini, ada seseorang yang mendorong tubuhnya dengan sengaja ke jalan raya saat itu.

Ia yakin...

seseorang itu sengaja melakukan itu.

Lea menggigit bibirnya kuat kuat, jadi...apa ada yang sengaja ingin membunuhnya....?! Cicitnya di dalam hati.

Dadanya tiba tiba terasa berdenyut nyeri.

Ia meratapi takdir dan hidupnya.

Hidupnya begitu sangat menyedihkan ketika ia memilih hidup dengan Reyhan.

Harga dirinya di rendahkan oleh keluarga laki laki yang sangat ia cintai itu.

Ia menjadi yang paling di persalahkan kala ia tak kunjung hamil, ia kemudian kembali di persalahkan ketika ia kehilangan bayinya.

Ya Tuhan...

kemalangan macam apa ini....

Ini kah bayaran mahal atas kedurhakaanku kepada kedua orang tuaku dan keluargaku selama ini... ?!

Setelah begitu di rendahkan dan di abaikan, sekarang.....

Aku harus bertanggung jawab atas hal yang tak pernah merasa aku lakukan....?!

Lea mendesah lirih di dalam hati meratapi takdirnya.

Bersamaan dengan itu,

tiba tiba bayang bayang bayi kecil tadi memenuhi pelupuk matanya.

Wajahnya yang begitu imut dan sangat tampan, lidahnya yang pink kemerahan dan menjulur julur lucu seakan mencari sesuatu....

Jari jari kecilnya yang bergerak tak berdaya menyentuh wajahnya tadi pun masih bisa dengan nyata ia rasakan.

Jantung Lea tiba tiba terasa berdetak kencang.

Ia gelisah.

Namun tak dapat ia pungkiri, hatinya tiba tiba terasa menghangat kala mengingat bayi itu.

Di gigitnya bibirnya kuat kuat kala ia seakan tak bisa menghilangkan wajah bayi itu dari ingatannya.

Entahlah...

Dalam sekejap,

bayi mungil itu seolah mampu merebut setengah dari jiwanya.

Tapi......

Ah...Lea mengusak rambutnya dengan kasar, sesuatu yang rumit menyerang kalbunya.

Setengah dari jiwanya seolah telah tertawan oleh bayi itu tadi.

Namun...setengahnya lagi merasa berat jika ia harus menyusui bayi itu

Perlahan dengan pikiran yang tak tenang ia merebahkan tubuhnya,

hingga tanpa sadar ia tertidur.

Jarum jam di dinding ruang perawatan Lea menunjuk angka satu dini hari ketika tiba tiba pintu kamarnya di buka sedikit kasar dari luar.

Namun nampaknya Lea sangat terlelap sehingga ia tak menyadari kehadiran beberapa orang di ruangannya itu.

Ryu melangkah dengan wajah dingin ke arah tengah tengah ruangan.

Tatapan matanya begitu tajam menelisik sesosok tubuh yang nampak meringkuk tak berdaya di atas brankar perawatan itu.

Dokter Emma, dokter Tracy dan dokter Wira yang juga turut berada di sana melipat bibir mereka rapat rapat. Ada kecemasan mendalam di hati ketiga orang itu terhadap sosok yang nampak ringkih di atas ranjang rumah sakit itu.

Bagaiamanapun juga mereka adalah para petugas medis, mereka paham betul jika kondisi seseorang itu belum benar benar stabil.

Terutama dokter Tracy,

Ia adalah dokter yang bertanggung jawab atas pasien itu selama ini, dan dialah yang paling tahu benar dengan kondisi pasiennya itu.

" bangunkan dia Samy..." suara Ryu memerintah sang Assistan.

Samuel baru akan melangkah ketika tiba tiba dokter Tracy melangkah mendekat kepada Ryu.

" presdir...

kondisi kesehatan pasien belum benar benar stabil paskah operasi dan pengobatannnya kemaren.

Begitu juga kondisi rahimnya,

Nampaknya keguguran yang ia alami kemaren bukan keguguran biasa sehingga hal itu cukup mempengaruhi kejiwaannya.

Menurut dokter Emma, sepertinya ada hal lain juga yang cukup berat yang juga berpengaruh pada mental pasien ini presdir "

memberanikan diri, dokter Tracy mengatakan tentang kondisi Lea.

Melihat perlakuan buruk pria itu kepada pasiennya tadi pagi membuatnya khawatir.

Ia berharap, dengan memberitahukan kondisi Lea yang sebenarnya, Ryu akan sedikit bersikap lunak.

Akan tetapi,

Seketika nyali dokter Tracy sontak menciut ketika Ryu menoleh dan menatapnya.

Jantungnya seakan di paksa keluar hanya dengan tatapan pria itu kepadanya.

Tubuh dokter Tracy seketika terasa tremor, sembari melangkah mundur wanita berdarah campuran Indo itu menundukkan kepalanya dalam dalam.

" kau tahu kau bekerja untuk siapa dokter Tracy ?! " Ryu bertanya dengan tatapan tajamnya

" maafkan saya presdir...." jawab dokter Tracy dengan suara gemetar.

" kau..tak perlu repot repot memikirkan kepentingan orang lain selain kepentingan keluargaku,

kau paham...?! "

begitu dingin dan tajamnya suara seorang Ryuga mengintimidasi dokter Tracy.

" ya presdir...saya paham " jawab wanita itu lagi.

" Samy..." Ryu beralih menatap ke arah Samuel dengan tatapan pongahnya.

" baik presdir..."

Samuel melangkah mendekat ke arah brankar di mana saat ini Lea sedang berbaring nyenyak.

" nona....bangun..." panggil Samuel sedikit pelan, tidak ada tanggapan.

" nona...." panggil Samuel lagi, namun tetap tak ada reaksi apapun dari Lea.

Hening....

Ruangan perawatan itu terasa hening dan mencekam kala Samuel tak kunjung berhasil membangunkan Lea.

Mata Ryu menyipit dan menatap tajam kepada Lea.

" bekerjalah dengan benar Samy..." ucap Ryu lagi.

Paham dengan perintah sang atasan, Samuel kembali melangkah maju dan semakin dekat dengan brankar Lea.

Pria jangkung itu menundukkan kepalanya sehingga saat ini wajahnya lumayan dekat dengan pipi Lea. Aroma wangi tubuh wanita itu sontak menyeruak menyapa indera penciumannya.

Samuel seketika mati matian menenangkan detak jantungnya yang seketika tak baik baik saja.

Tapi ia merasa tak ada cara lain.

Ia berniat sedikit berbisik di telinga wanita itu, rasanya tak tega sekali jika ia harus menggunakan cara kasar untuk membangunkan wanita itu.

Tanpa ia sadari di belakang sana Ryu menatap seakan tak percaya dengan pilihan sikap sang assistan untuk membangunkan seorang wanita.

Mata pria berwajah dingin itu sampai menyipit dan keningnya berkerut sempurna.

" nona....bangunlah..." bisik Samuel di telinga Lea, dan percayalah,

Saat ini jantung assistan Ryuga itu semakin tak baik baik saja karena ia yang berada dalam posisi yang begitu dekat dengan wanita itu.

" nona....bangunlah..." Samy mengulang kembali kata katanya dengan nada sedikit keras,

dan... berhasil.

Lea sedikit menggumam dan kemudian menggeliat. Tak lama wanita itu membuka matanya.

Mata Lea sontak melebar saat ia melihat seraut wajah yang begitu dekat dengan wajahnya.

Niat hati ingin segera menghindar, tapi ia malah salah bergerak dan mengangkat kepalanya.

Tak bisa di hindari,

Samy yang sempat terpaku dengan wajah cantik Lea terlambat menghindar.

Bibir Lea menyentuh wajah Samuel. Tepatnya pipi di bawah mata laki laki itu.

Mata Samuel sontak melebar begitu juga dengan Lea.

Tak jauh beda dengan Samy dan Lea, orang orang yang berada di ruangan itupun sontak terkejut dan melebarkan mata mereka masing masing demi melihat kejadian itu.

Mereka mematung dengan rata rata menggigit bibir mereka masing masing.

Mereka seolah berhenti bernafas.

Tak lama dan lagi lagi hampir bersamaan tatapan mereka secara perlahan beralih kepada sang atasan.

Tubuh mereka kian membeku ketika mereka melihat raut wajah sang presdir.

Wajah yang tak bisa di prediksi, wajah pria itu tetap terlihat dingin...

datar... dan tanpa ekpresi.

Namun mata pria itu menatap tak berkedip kepada sosok dua orang di hadapannya sana.

Tak ada hubungan yang jelas yang mereka dengar tentang sang presdir dengan wanita itu. Tapi entahlah...

Mereka bersikap seolah ada sesuatu di antara sang presdir dengan wanita itu.