Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 Trio S
Sekalinya dekat, akan terus di ikuti. Begitulah yang terjadi dengan Shaka dan Queen.
Saat ini, semua orang berkumpul di ruang makan. Menikmati hidangan yang sudah di siapkan oleh Art yang bertugas. Jika Shaki selalu makan dekat dengan Yusuf dan Nissa. Maka Shanum akan bersama dengan Zen. Sedangkan sejak tadi, Queen sibuk mengurusi Shaka yang maunya makan di suapi Queen.
"Merdekaaa ..." Ucap Ruby sambil menggerakkan tangannya. Akhirnya saat ini ia bisa makan sepenuhnya tanpa mengurus salah satu dari ketiga anaknya tersebut. Jarang-jarang hal seperti ini terjadi. Maka sekatang Ruby harus menikmati waktunya dengan baik.
Melihat cerianya Queen saat ini, membuat semua orang jadi senang sendiri. Rasanya sudah lama semua orang tidak melihat senyuman dan tawa Queen yang begitu tulus seperti sebelumnya. Terlebih lagi hati Reina. Reina yang paling tahu kalau hati anaknya sedang terluka. Maka sekarang Reina bisa tersenyum senang karena anaknya kembali ceria berkat trio S yang datang ke Malang.
"Kalian mau menginap di sini atau mau pulang ke rumah Bu Tisya?" di sela-sela menikmati makanan, Reina mengajukan pertanyaan pada Zen dan Ruby.
"Mumpung di Malang, kami bermalam di rumah Bunda Tisya, Kak. Biar trio S juga bisa bermain dengan Oma dan Opanya yang di sini," Zen yang memberikan jawaban. Karena Ruby sudah pasti memilih diam dan menyerahkan semuanya pada Zen.
"Yaaahhh, padahal Ante ingin ajak Shaka mainan lagi. Tapi tidak apa-apa, mumpung di Malang harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan Oma dan Opa yang ada di sini juga," ucap Queen sambil mencubit pelan pipi Shaka.
Baru saja Queen merasa senang karena bocah-bocah kecil yang ada di rumahnya tersebut. Tapi sekarang Queen rasanya berat di tinggal Shaka. Namun, biar bagaimanapun, trio S memang lebih baik di rumah Arjuno.
Benar saja, setelah selesai makan Zen membawa istri dan ketiga anaknya pulang ke rumah mertuanya.
Semenjak memiliki anak, Zen memilih menggunakan sopir saat bepergian berlima seperti sekarang ini. Kecuali kalau dirinya sedang ingin quality time dengan Ruby saja. Hingga akhirnya mobil sudah memasuki halaman rumah Arjuno.
Sepertinya kedatangan mereka berlima memang sudah di tunggu-tunggu semua orang. Lihat saja, empat orang yang berdiri di teras rumah itu langung tersenyum senang dan turun menghampiri Zen dan Ruby.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam," jawab Arjuno dan yang lainnya. Wajah Arjuno dan Zantisya nampak sekali bahagianya.
"Shaka, Shaki, Shanum. Ayo salaman sama Oma dan Opa," ucap Ruby.
"Ndak mauk," tolak Shaka.
Berbeda dengan yang lainnya. Shanum, si kecil paling aktif yang langsung berpindah ke gendongan Zantisya. Membuat perempuan paruh baya tersebut dengan suka menciumi pipi berisi Shanum.
"Mau sama Om? Ada ikan di samping rumah," tawar Safir sambil mengulurkan tangannya. Rasanya Safir tidak tega melihat Ruby yang memiliki tubuh kecil dan mungil harus menggendo
ng Shaka dan nampaknya membuat Ruby juga keberatan.
Mendengar ikan, tentu saja Shaka langsung berpindah ke gendongan Safir. Mungkin Shaka masih teringat dengan Queen yang tadi telah mengajaknya melihat ikan.
"Mau sama Om tidak?" kini gilaran Arfan yang mengajukan pertanyaan pada Shaki. Namun, sepertinya Shaki butuh penyesuaian karena kini balita tersebut menggelengkan kepalanya dan mengeratkan belitan tangannya pada leher Zen.
"Belum mau Shaki nya, Om. Sebentar lagi juga pasti mau kalau di pamerin sesuatu," ucap Zen karena melihat wajah Arfan yang kecewa.
"Owh, Om punya bola banyak. Ayo main," rayu Arfan karena mengingat kalau sejak kemarin Zantisya meminta salah satu Art untuk membersihkan mainan Arfan yang memang sudah di simpan.
Ruby mengikuti Safir yang kini membawa Shaka menuju kolam ikan. Ia heran karena kini Shaka langsung akhrab dengan Safir.
"Kulkas ketemu dengan kulkas memang satu frekuensi. Cocok jadinya," ucap Ruby sambil mendekati keduanya.
"Masih mending aku bantuin bawa kulkas," ucap Safir santai sambil melemparkan pakan ikan ke dalam kolam. Membuat ikan yang ada di sana langsung bergerumul berebutan pakan. "Mau lagi ya?" ucapnya sambil menabur pakan.
"Mau menikah kok kurusan. Harusnya itu olah raga, badan di kekarin biar sehat dan kuat. Minum vitamin juga."
"Sehat juga sudah Alhamdulillah Kak. Kemarin terlalu banyak pekerjaan, jadi harus cepat di selesaikan. Itu juga masih untung Safir ambil pengganti Queen mengikuti saran Ayah. Jadi Safir juga tidak banyak mengajari banyak hal."
"Sadarkan kalau saran orang tua itu baik. Coba kamu minta nikah enggak dadakan dan buat orang tua terkejut seperti itu. Pasti kamu juga enggak akan kebingungan sendiri mengurus pekerjaan, Fir."
Safir menghela nafasnya pelan. "Boleh enggak kalau jangan bahas itu lagi Kak. Aku sudah mengaku salah. Aku juga menyesal."
"Sorry. Aku juga enggak bermaksud membahas yang sudah-sudah. Fir, sekalipun nanti kamu sudah menikah. Jika mendapatkan saran dari Ayah dan Bunda, kamu pertimbangkan baik-baik. Diri kita sendiri memang tahu apa yang terbaik untuk kita. Tapi terkadang orang tua lebih tahu apa yang tepat untuk kita. Apalagi dalam urusan bisnis. Kita sama-sama tahu kalau Ayah bisa sampai ke titik ini dan buat hidup kita enak itu benar-benar dari nol, saat Nenek kita masih jualan di pinggir jalan. Kalau boleh di bandingkan, perjuangan kamu itu lebih mudah dari pada Ayah. Akses kamu juga lebih mudah karena Ayah kita yang memiliki restoran. Jadi aku pikir, Ayah lebih tahu pahit manisnya mengurus bisnis."
"Iya, Kak. Aku tahu. Aku akan berubah kedepannya."
baca ulang di akhir bab 27 ya guys. Aku baru sadar kalau Ruby belum lulus s1
Maaf ya
demo rumah emak guys