Gauri wanita ceria yang selalu positif kini harus berjuang dengan membuka sebuah Cafe yang ternyata pengelola gedungnya adalah Caraka seorang mantan atlit yang pensiun akibat sebuah tragedi yang mengubah hidupnya.
Setelah sempat terpisah, apakah kali ini Caraka akan merelakan Gauri pergi lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiwi tiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALING BUTUH WAKTU
Gauri mengisi waktunya dirumah dengan belajar, karena ujian sekolah akan segera diadakan. Sebelumnya ibu dan ayahnya sempat meneleponnya untuk memastikan Gauri sudah makan dan baik-baik saja. Mereka cukup khawatir dengan keadaan anaknya. Ibu dan ayahnya tahu kalau Gauri juga berteman dengan Mike meskipun memang tidak seakrab dengan Caraka. Mereka juga tidak lupa menanyakan keadaan Caraka sekarang kepada Gauri.
Sejak terakhir telepon saat di kantor polisi, Caraka masih belum memberinya kabar. Gauri cukup khawatir tetapi tidak mau terdengar rewel karena terus mencoba menelepon Caraka. Gauri paham kalau sekarang Caraka juga fokusnya hanya pada kasus Mike. Akhirnya dirinya menelepon Bagas.
"Kak? Udah beres urusannya di kantor polisi?" tanya Gauri.
"Udah Ri ... ini lagi dijalan, ada apa Ri?" tanya Bagas balik.
"Engga, Kak Caraka belum ngabarin Gauri lagi soalnya dari tadi?" ucap Gauri dengan suara sedih.
"Dijalan kali, tadi sih gue pulang duluan soalnya," jawab Bagas. "Ri, nanti kalo udah nyampe gue kabarin lagi ya ini lagi dijalan."
Setelah menelepon Bagas sama sekali tidak membuatnya sedikit tenang. Dirinya masih saja khawatir dan penasaran kemana saja Caraka seharian ini. Jika tidak bisa menelepon setidaknya sekedar mengirim Gauri pesan saja pasti sudah membuatnya merasa sedikit tenang. Karena tidak ada lagi yang bisa Gauri hubungi untuk menanyakan keberadaan Caraka, Gauri menyerah dan hanya bisa menunggu.
Sementara Caraka sudah sampai dirumah dengan keheranan karena disambut dengan kegaduhan yang dibuat Bimo. Setelah Caraka memberinya kabar sudah perjalanan pulang, Bimo langsung sibuk didapur. Dirinya berinisiatif membuat steak kesukaan Caraka. Sejak kecil perasaan Caraka yang sedih akan langsung berubah jika memakan steak kesukaannya. Tetapi sudah pasti bukan Bimo yang membuatnya.
Entah salah makan atau kerasukan apa Bimo tiba-tiba memiliki ide untuk memasakan steak kesukaan Caraka dengan tangannya sendiri. Mata Caraka melirik kesana kemari melihat kekacauan yang sahabatnya itu buat didapurnya. Nenek Fely kebetulan sedang ada urusan diluar jadi Bimo akan aman dari amukan neneknya Caraka.
"Lo ngapain sih?" tanya Caraka keheranan.
"Bentar Ka, dikit lagi jadi nih," jawab Bimo.
"Lo mau bikin rumah gue kebakaran? udah taro biar Mbak Mimin yang beresin," ucap Caraka.
Pusing melihat kelakuan sahabatnya itu Caraka pun meninggalkan Bimo menuju kamarnya untuk bersih-bersih. Dari pagi dia sudah berkeliling dan rasanya tubuhnya sangat lelah. Bukan hanya tubuh, namun fikirannya pun ikut lelah memikirkan semua hal yang terjadi. Semua kejadian itu terasa cepat membuat dirinya bahkan tidak sempat untuk menata fikiran dan hatinya.
Gauri terus saja melihat kearah ponselnya. Dia sengaja menaruh ponselnya cukup jauh sehingga tidak bisa terjangkau karena mau fokus belajar untuk ujian. Meskipun sudah begitu matanya tetap tidak bisa berhenti melihat ke ponselnya itu. Sampai detik ini sama sekali tidak ada kabar dari Caraka. Gauri hampir habis kesabaran dibuatnya.
"Lo ga ngabarin Gauri seharian Ka?" tanya Bimo.
"Engga, gue masih butuh waktu," jawab Caraka.
"Waktu buat apaan? Lo lagi berduka, wajar lah kalo butuh seseorang disamping Lo," ucap Bimo.
"Gatau, gue ngerasa sesaat kalo gue waktu itu terlalu fokus sama Gauri sampe lupain Mike," ucap Caraka.
"Kacau bener pikiran Lo masih kacau Ka, nih makan nih steak buatan gue biar jernih otak Lo," kata Bimo mencoba menyuapkan steak gosong buatannya ke Caraka.
Keduanya memang masih butuh waktu, waktu untuk saling menata fikiran dan hati masing-masing. Tidak ada yang baik jika sesuatu terlalu dipaksakan terlalu cepat. Sudah jelas kalau Caraka masih menyalahkan dirinya atas meninggalnya Mike, dan Gauri pun masih perlu belajar untuk memberikan Caraka waktu menenangkan dirinya dulu.
Bagas hari ini ada janji bertemu dengan beberapa temannya yang dia sempat percayakan untuk mengikuti Mike. Bagas menanyakan secara detail kemana saja Mike pergi dan bertemu dengan siapa sebelum hari kejadian itu. Karena tepat sekali di hari kejadian, Bagas meliburkan temannya untuk mengikuti Mike karena tahu hari itu Mike akan bertemu dengan Caraka bukan orang mencurigakan yang mengejar Mike waktu itu. Tidak disangka di hari itu kejadian naas itu harus terjadi, kalau saja dirinya tidak meliburkan temannya itu Bagas bisa memiliki petunjuk tentang siapa pelakunya.
Ternyata bukan hanya Caraka, Bagas pun menyalahkan dirinya sendiri atas meninggalnya Mike. Semua merasa jika saja saat itu, saat Mike bertingkah aneh, saat performa Mike turun bahkan saat dia dikeluarkan dari tim perwakilan ke Singapura ada yang benar-benar menanyakan apa yang terjadi kepada Mike hal ini pasti bisa Caraka dan Bagas cegah. Sepertinya pemikiran itu yang ada dikepala mereka berdua.