Gadis Amnesia Jatuh Cinta

Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 ketika ini. Sebenarnya Qirani ingin mengajak Kayvira untuk makan siang.

Namun sepertinya Kayvira terlihat sibuk. Dan Qirani belum mengatakan keinginannya. Padahal di hotel ini juga ada restorannya.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu makan siang, tapi kamu sibuk," jawab Qirani.

"Disini juga ada restoran kalau ingin makan," ucap Kayvira.

"Aku ingin cari tempat yang terbuka, seperti pemandangan alam gitu," ujar Qirani.

"Kalau begitu ajak yang lain, Quenni dan Nayara," kata Kayvira.

Qirani sangat senang, Kayvira tidak tahu jika Qirani ingin bertemu cowok yang pernah ia temui beberapa bulan lalu.

Flashback...

Qirani hendak pulang ke rumah, namun dijalan mobilnya tiba-tiba mogok. Gak tahu kenapa? Sementara diluar hujan deras, Qirani terpaksa keluar dari mobil dan berteduh di emperan toko.

Seorang pemuda menggunakan Hoodie dan mantel hujan melintasinya. Tanpa menyapa, apalagi menoleh. Pemuda tersebut sedang membawa belanjaan dan ingin mengantarnya ke mobil.

Entah kebetulan atau apa? Belanjaan yang berisi buah pun terjatuh karena plastik nya tiba-tiba koyak dibagian bawahnya.

Qirani dengan cepat membantu memungut buah yang berserakan di lantai emperan toko tersebut.

Kemudian Qirani meminta plastik yang baru, yang lebih kuat. Agar tidak koyak lagi. Pria itu tersenyum, dan dibalas oleh Qirani.

Keduanya bertatapan sekitar 2 menit, lalu keduanya sama-sama membuang muka kearah lain.

"Terima kasih," ucap pria itu.

"Iya, sama-sama. Lain kali hati-hati," balas Qirani. Pria itu mengangguk.

"Mas, boleh tolong gak, pinjam ponselnya sebentar. Saya mau menghubungi saudara saya untuk di jemput. Soalnya mobil saya mogok," ucap Qirani malu-malu.

"Oh maaf, saya tidak bawa ponsel, soalnya tadi buru-buru," jawab pria itu.

Qirani sedikit kecewa, sementara ponselnya juga tertinggal karena buru-buru. Qirani tersenyum kecut, sedangkan hujan semakin deras.

"Saya bisa membetulkan mobil anda," ucap pria itu.

Pria itu pun meminta Qirani untuk membuka kap mesin mobil, kemudian dengan keahliannya, pria itu berhasil membetulkan mobil Qirani.

Qirani pun mengucapkan terima kasih dan ingin memberi uang kepada pria itu, namun ditolak dengan cara halus. Kemudian Qirani pun pergi.

Qirani menepuk keningnya pelan, lupa menanyakan nama pria itu. Dan pria itu juga sepertinya cuek saja. Qirani pun kembali ketempat itu, namun tidak mendapati pria itu. Dan mobilnya juga sudah tidak ada.

Hari berikutnya, secara tidak terduga mereka bertemu lagi. Saat Qirani sedang mampir di restoran pinggir kota.

Ternyata pemilik restoran tersebut adalah pria itu. Pria itu bernama Aliando. Singkat cerita mereka pun berkenalan dan saling komunikasi lewat chat. Namun tidak ada yang tau tentang semua itu.

Qirani benar-benar menutupnya dengan rapat, sehingga tidak ada yang curiga kepadanya. Ada saatnya Qirani mengumumkan kepada keluarganya.

Flashback end...

"Ada apa, jadi serem lihat kamu senyum sendiri kaya gitu?" tanya Kayvira.

"Tidak ada apa-apa, ayo berangkat, yang lain biar nyusul!" ajak Qirani.

Qirani sudah mengirim pesan kepada kedua saudaranya juga alamat tempat mereka bertemu. Tentu saja mereka tidak menolak dan segera berangkat ke tempat yang dituju.

Mereka hanya menggunakan satu mobil, Qirani melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Kayvira melihat arah tujuan Qirani mengarah ke pinggiran kota, namun ia tidak bertanya atau protes sedikitpun.

Kayvira hanya mengikuti kemana Qirani membawanya.

"Disini?" tanya Kayvira, Qirani pun mengangguk. baru saja mereka keluar dari mobil, ternyata Quenni dan Nayara pun datang.

Merekapun masuk bersamaan, pengunjung sangat ramai sehingga mereka tidak kebagian tempat duduk. Akhirnya keempat gadis itu memilih berdiri menunggu pelayan atau pemilik restoran ini.

"Kok bisa seramai ini?" tanya Kayvira.

"Iya, disini makanan enak, tempatnya nyaman dan harga terjangkau," jawab Qirani.

"Kok kamu hafal betul, jangan-jangan kamu diam-diam sering kemari," cerca Quenni.

Qirani tidak menjawab, tidak berapa lama datang Aliando menghampiri mereka. Qirani dan Aliando saling pandang, ada rasa rindu diantara mereka. Karena sudah lama tidak bertemu.

"Ayo ikut saya!" ajak Aliando. Keempat gadis itupun mengikuti Aliando. Aliando membawa mereka kebagian belakang yang ternyata ada tempat yang terbuat dari bambu dan atap daun jerami.

Dan pemandangan perbukitan yang sangat indah. Quenni, Nayara dan Kayvira merasa takjub, tapi tidak dengan Qirani. Karena ia sudah pernah ke sini sebelumnya.

"Kok aku baru tahu ada restoran seindah ini? Apalagi pemandangannya." tanya Nayara.

"Tempat ini baru dibuka setahun yang lalu," jawab Aliando.

"Kamu pemilik tempat ini?" tanya Quenni. Aliando mengangguk.

"Sebentar, aku hidangkan makanan kesukaan mu," ucap Aliando pada Qirani.

"Kalian? Jangan bilang kalian punya hubungan?" tanya Quenni.

Keduanya saling pandang, namun tidak menjawab. Aliando pun segera menyiapkan makanan tanpa mereka pesan terlebih dahulu.

"Katakan!" desak Kayvira.

"Apa? Kami tidak ada apa-apa kok." Qirani.

"Sepertinya ada yang main kucing-kucingan nih," Nayara.

"Sejak kapan?" tanya Quenni.

"Apaan sih, kita datang kemari buat makan. bukan buat sidang," jawab Qirani.

Beberapa menit kemudian, Aliando kembali bersama dua pelayan membawakan makanan dan minuman mereka. Lagi-lagi mereka dibuat bengong, karena tanpa dipesan, makanan mereka sudah siap.

Aliando cepat berlalu dari situ sebelum diintrogasi oleh mereka. Qirani juga cuek-cuek saja, hanya fokus pada makanannya. Hal ini semakin menimbulkan kecurigaan pada mereka.

Tidak pernah terdengar desas-desus Qirani mengatakan bahwa ia punya pasangan. Dan mereka juga tidak pernah melihat Qirani jalan berduaan sama cowok.

"Apa aku yang memang tidak tahu?" tanya Kayvira.

"Jangankan kamu, kami saja tidak tahu," jawab Quenni.

"Sudah ah, ayo dimakan nanti keburu dingin," ucap Kayvira.

Merekapun tidak lagi banyak bicara, lalu dengan cepat menghabiskan makanannya masing-masing.

Saat Kayvira hendak membayar, namun malah ditolak oleh Aliando. Qirani memberi kode agar mereka tidak curiga. Aliando pun mengambil kartu tersebut dan menggeseknya.

"Aku mau ke toilet sebentar," pamit Qirani.

Mereka semua tidak curiga sama sekali, berpikir jika Qirani memang ke toilet. Merekapun langsung ke mobil dan menunggu Qirani di sana.

"Mereka curiga dengan kita," kata Qirani saat ia berdua saja dengan Aliando.

"Mengapa tidak jujur saja dengan hubungan kita?"

"Belum saatnya, aku belum siap jika mereka tahu. Sabar ya, nanti juga akan diberitahu."

Aliando hanya tersenyum, "Aku merindukanmu."

"Sudah ya, nanti mereka kelamaan menunggu." Qirani mengelus pipi Aliando dengan lembut.

Kemudian ia pergi dari situ, Aliando hanya memandang kepergian Qirani. Selalu saja begitu, kemudian ia mengelus dadanya sendiri.

"Sabar," gumamnya.

Sementara Qirani sudah berada didalam mobil, sekilas ia menoleh ke restoran tersebut dan terlihat Aliando berdiri memperhatikan mobil yang ditumpangi Qirani yang semakin menjauh.