Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 Harga dan Pelayanan
Napas Arsa sedikit terengah. Naik dan turun tangga di gedung. Naik turun tangga di gedung yang memiliki begiti banyak lantai, cukup menguras tenaganya.
Di tempat parkir, saat ingin kembali menarik sepedanya, ponsel disakunya bergetar
“Aku mungkin terlambat, karena harus lembur.” Ujar suara wanita dari balik telepon.
Arsa hanya bisa menggelengkan kepalanya, saat membaca pesan dari Fitri. Dia tidak menjawab pesan itu, karena saat itu hatinya masih sedikit kesal atas kejadian tadi.
Sementara itu, di lantas atas gedung itu, di dalam ruanganya. Saly menatap tabel dan grafik volatilitas di layar monitor.
Dia mencoba mempertimbangkan saran pemuda yang memintanya untuk menjual sahamnya beberapa waktu yang lalu. Melihat grafik itu terus naik, Saly menggelengkan kepalanya. “Sial… pemuda itu cukup tampan. Tapi sayang, dia mencoba menarik perhatianku, dengan bersikap sok tau!”
Saly yakin saham itu akan terus meningkat, sebelum mencapi ambang batas tertinggi pada hari itu. Tergoda dengan keuntungan besar, alih-alih menjual, gadis itu berniat menambah lot yang dia miliki disana.
“Kau bisa mengajariku, jika kau memang benar-benar sudah sehebat tuan Arhan, anak muda!” Gumam Saly.
*
Malam itu, Fitri tidak pulang. Arsa sudah mencoba menghibunginya berkali-kali, namun sampai dia terbangun pagi ini, tidak ada balasan sama sekali.
“Apa dia masih marah padaku?” Gumam Arsa.
Memikirkan itu, kembali membuatnya kesal. Dia dan fitri berasal dari kalangan biasa. Biaya hidup di kota Dreams, membuat pasangan kekasih itu terbentur pada sebuah pilihan.
Arsa sendiri harus merelakan kuliahnya tertunda, untuk membantu biaya kuliah Fitri yang memang kebetulan berusia dua tahun diatasnya.
Sekarang, setelah lulus terlebih dahulu. Fitri sudah mendapatkan pekerjaan, namun. Untuk kembali berkuliah, ternyata juga tidak semudah yang mereka atau Arsa rencanakan sebelumnya.
Bahkan kadang Arsa merasa Fitri tidak lagi peduli dengan hal itu. Arsa mengerjakan beberapa pekerjaan paruh waktu. Kurir sepeda salah satunya. Namun, saat pagi menjelang siang, pemuda itu memiliki pekerjaan lainnya. Dan disinilah dia berada saat ini. Di salah satu hotel bintang lima dikota Dreams.
Arsa merasa beruntung. Pasalnya, sangat sulit untuk masuk dan bekerja paruh waktu dihotel sebesar ini. Salah satu temannya di kampus memberi informasi ini, Arsa langsung mencoba kemudian berakhir dengan diterima dan mulai bekerja sejak seminggu lalu.
Di ruang ganti, Arsa melihat beberapa rekannya disana terdengar sedikit heboh, seolah sesuatu yang besar telah terjadi.
“Ah sial! Bagaimana ini bisa terjadi?” Umpat salah satu pria di sudut ruangan tersebut.
“Ya! Ini sangat mengerikan. Aku bahkan menginvestasikan seluruh uang tabunganku disana.” Sahut yang lainnya.
Dari tempatnya berada saat ini, Arsa mendengar beberapa orang yang lainnya juga mengeluhkan hal yang sama.
Pagi ini, harga saham sebuah perusahaan tambang yang go publik, dibuka dengan nilai sangat rendah dan langsung hancur bahkan sesi pertama di tutup pada hari ini.
“Seperti yang aku pikirkan. Seseorang, sedang bermain di dalam perusahaan tersebut.”gumam Arsa.
Pada zaman sekarang, hampir semua orang berharap bisa menjadi kaya dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, banyak orang ingin mencoba keberuntungannya di dunia investasi.
Akan tetapi, segala sesuatu tidak bisa diraih hanya karena seseorang menginginkan hal tersebut. Butuh banyak hal lain untuk mendapatkannya.
Arsa hanya bisa tersenyum kecut dan mengegelengkan kepala, sebelum akhirnya keluar dari tempat itu untuk memulai kerja.
Baru saja Arsa keluar dari ruangan, seseorang sudah berjalan dengan sebuah troli mendekat padanya.
“Arsa! Pergilah kelantai atas, kamar presidential suite. Antarkan sarapan ini untuk tamu disana.” Perintah seorang pria paruh baya.
“Baik, Tuan Hank.” Jawab Arsa, menganguk dan mendorong langsung troli.
Sementara itu di dalam sebuah kamar, Fitri terbangun di dalam dekapan seorang pria. Wajahnya tidak bisa untuk berhenti tersenyum, mengingat apa yang telah mereka lewati tadi malam.
‘Gustav, sekarang kau menjadi milikku.” Ucap Fitri dalam hati.
Saat ini, Fitri merasa telah memenangkan sesuatu. Sejak pertama kali masuk dan bekerja. Gustav Eduardu langsung mengambil alih dunianya.
Setiap hari, dia berupaya untuk menarik perhatian pria yang dikenal sebagai broker saham sangat handal ini.
Sekarang, setelah berhasil menyingkirkan banyak saingan karyawan wanita lainnya di perusahaan sekuritas tempat dia bekerja, akhinya tadi malam pemuda itu menyatakan cinta pada dirinya.
Fitri masih ingin berlama-lama dalam posisi ini. Akan tetapi, dia mendengar suara bel kamar berbunyi, tanda ada orang yang memanggil dari luar pintu.
Dengan berat hati, Fitri menyingkirkan tangan Gustav lalu berdiri. Dengan hanya menggunakan celana dalamnya saja, wanita itu menyambar pakaian tidur yang disediakan hotel, lalu berjalan menuju pintu kamar.
“Permisi, Room Service.”
Fitri mematung di tempat, begitu pun pemuda yang menggunakan pakaian seragam hotel yang membawa troli makanan di depannya. Setelah beberapa detik, Arsa baru menemukan suaranya.
“Fitri?.. kau, kenapa—“
Arsa langsung menghentikan kalimatnya, dia langsung berjalan memutari troli. Mata Fitri melebar karema dia tau apa yang akan dilakukan pemuda tersebut.
“Fitri, menyingkir!” Seru Arsa, pada wanita yang mencoba menutup pintu kamar, namun dia sudah terlebih dahulu menahannya.
“Tidak… Arsa, pergilah! Kita akan membahas ini nanti!” Jawab Fitri sambil berusaha keras untuk kembali menutup pintu tersebut.
“Sial! Fitri aku bilang menyingkirlah.” Pekik Arsa seraya mengerahkan tenaga mendorong pintu.
Fitri menggelengkan kepala dan kembali berkata. “Tidak, aku tidak akan! Arsa pergilah, aku tidak ingin kau mengacaukan semuanya!”
Mendengar itu, Arsa tersentak. Namun tanganya masih menahan pintu agar Fitri tidak menutup pintu itu.
“Aku? Mengacau? Mengacaukan apa?” Tanya Arsa dengan ekspresi bingung.
“Sial!” Umpat Fitri, sambil terus berusah menutup pintu itu, “Arsa, kau sudah tau maksudku, jadi pergilah!”
Fitri benar-benar tidak ingin pemuda itu masuk, dan mengacaukan segalanya. Dia tidak peduli lagi dengan Arsa, namun tentu tidak dengan Gustav ang sedang tertidur.
Dia baru saja berhasil mendapatkan pria idamannya, dan tentu saja tidak ingin kehilangan bahkan beluk sehari berlalu. Gustav begitu berharga dimatanya, yang akan banyak merubah kehidupannya.
“Fitri… apa ada masalah?” Tiba-tiba suara seorang laki-laki membuat Fitri langsung terperanjat dan secara tak sengaja melepas pintu.
“Brak!”
Saat pintu itu terbuka, Arsa langsung melihat seorang pria berdiri di dalam sana, hanya menggunakan celana pendek saja pun bertelanjang dada.
“Jadi..!”
Arsa tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Begitu menyadari siapa pria tersebut, sehari yang lalu. Dia melihay pria ini dan sekarang dia kembali melihatnya lagi.
Namun di dalam sebuah kamar hotek bersama seorang wanita, dan itu adalah Fitri, kekasihnya. Saat itu juga, mata Gustav sempat melebar karena sama terkejut. Namun di detik berikutnya, pria itu tersenyum sebelum akhirnya datang mendekat.
Arsa bahkan bisa melihay senyum yang begitu meremehkan kearahnya. Senyum mengejek dari seorang pria yang berhasil mencuri sesuatu yang berharga darinya.
”Sayang! I-ini.. bi-bisa aku jelaskan.” Ucap Fitri terbata.
Mendengar ini, Gustav hanya menggelengkan kelalnya. Namun dia masih tersenyum. Dia menarik fitri ke dalam dekapannya dan berkata. “Tidak perlu.”
Mata Arsa melebar, karena saat itu juga Gustav menempelkan bibirnya pada Fitri. Dan tidak hanya sampai disitu saja, di saat yang bersamaan tangan pria itu terlihat bergerak dan meremas bokong wanita itu, sebelum akhirnya merapatkan tubuh wanita itu padanya.
“Hei, apa kau ingin menonton kami? Lakukan tugasmu! Bawa masuk makanan itu.” Ucap Gustav dengan tangan kiri memegang satu diantara dia bukit kembar wanita itu.
Suara Gustav membuat Arsa tersentak dari lamunannya yang tiba-tiba saja menjadi kosong. Sambil merapatkan giginya, dan tak lagi menatap fitri yang nampakk bergairah saat Gustav memainkan gunung kembarnya.
Dengan menahan amarah dan rasa malu yang sangat luar biasa, Arsa mendorong troli itu masuk.
“Ini untukmu!” Gustav melemparkan beberapa uang kertas pecahan seratus dollar pada Arsa. Mata Fitri melebar saat melihat uang yang cukup banyak jatuh berserakan di lantai.
Dengan tatapan menghina, Gustav berkata. “Ambil itu, dan pergi dari sini.”
Arsa sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya dia mulai membungkuk dan mengambil uang yang berserakan di lantai.
“Hahaha! Fitri, lihat! Apa pemuda menyedihkan ini yang menjadi pacarmu? Aku tidak percaya, wanita cantik seperti dirimu bisa berakhir dengan orang seperti ini.” Ejek Gustav dengan tawa yang terbahak, namun dia justru membalikkan tubuh Fitri menjadi posisi menungging.
Dengan santainya, Gustav menyibakkan pakaian tidur Fitri, meremas bokong wanita itu yang mana membuat Fitri mendesah.
Namun melihat Arsa yang memunguti uang itu dan mengikuti apa yang dikatakan Gustav, membuat Fitri kesal dan juga malu dalam desahannya.
‘Sial! Arsa kau benar-benar memalukan! Aku benar-benar menyesal pernah mengenal orang menyedihkan sepertimu.’ Umpat Fitri dalam hati.
“Aaaachhhh…!”