Menikah dan di jodohkan secara tiba-tiba tanpa persetujuan adalah hal yang tengah di alami oleh Andra dan Viana terlebih mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Keduanya memang saling kenal tapi sama sekali tak pernah bertegur sapa meski 3 tahun menimba ilmu di gedung yang sama. Alasan perjodohan tak lain karena orang tua Andra tak setuju dengan hubungan putranya dengan Haura meski sudah terjalin dua tahun lamanya.
Dan kambuhnya penyakit sang Mama akhirnya membuat Andra pasrah menikahi Viana.
Akankah rumah tangga keduanya tetap berjalan di tengah hubungan yang belum di selesaikan oleh Andra bersama Haura?
Yuk ikuti kisah mereka yang penuh konflik remaja.. Ini bukan turunan GAJAH ya 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Andra yang tahu jika Viana masih merajuk hanya bisa pasrah karna tak bisa berbuat banyak, mengingat juga nomer ponsel nya pun di blok oleh gadis itu. Andra hanya tahu kabar Viana cukup dar Bunda saja.
Tapi, sebagai lelaki yang berstatuskan suami tentu ia tak akan tinggal diam saat tanggung jawabnya sedang tak baik baik saja di rumah mertuanya sekarang.
Andra datang di jam 4 subuh, ia langsung masuk saat Bunda membukakan pintu.
"Viana belum bangun kan, Bun?" tanya Andra memastikan.
"Sepertinya belum, obat yang dia minum kayanya bikin tidur Viana jauh lebih nyenyak," jawab wanita berhijab coklat susu tersebut.
"Syukurlah, kalau Viana bisa istirahat cukup dia juga jadi cepat untuk sembuh."
"Semoga ya, Nak."
Andra langsung menuju kamar Viana dengan langkah sangat pelan, ia berdoa dalam hati semoga kamar istrinya tak di kunci dan Viana pun masih terlelap terbuai mimpi.
Ceklek..
Andra membuang napas pelan sambil mengusap dadanya, ia tersenyum saat melihat Viana terbaring memeluk boneka besar berwarna ungu muda.
"Pagi, Vi. Apa kabar? cepet sembuh ya, biar bisa sekolah lagi, jangan lama lama marahnya, Ok," ucap Andra sangat pelan bahkan sepertinya hanya ia yang mendengarnya.
Perasaan pemuda tampan itu kini campur aduk, ada rasa kasihan, kesal dan juga khawatir melihat Viana seperti ini. Dan hatinya tak kalah bergetar ketika mengingat kejadian ia dan sang istri di dalam kamar. Tubuh polos gadis itu selalu terpampang jelas di mata Andra yang ujung-ujungnya membuat yang sedang imut jadi menjendol besar.
Kurang lebih dua puluh menit Andra berdiri di pinggir ranjang akhirnya ia berjongkok agar bisa lebih dekat dengan Viana.
"Aku pulang ya, Vi, sampai ketemu nanti ya," pamit Andra yang entah dapat dorongan dari mana ia justru mencium kening istrinya cukup lumayan lama, jika Viana tak bergeliat mungkin akan berlanjut ke pipi.
.
.
.
Andra pulang kembali ke kediaaman Bramasta untuk mandi dan merapihkan diri, setelah kemarin bolos sekolah tentunya tidak untuk hari ini.
Ia yang sudah siap, dengan seragamnya langsung menghubungi Haura untuk menjemput gadis itu yang ternyata sudah ada di jalan menuju sekolah.
Tanpa sarapan, Andra langsung berangkat dan itu membuat Mami akhirnya mengomel pada putra bungsunya tersebut, karna jika sudah sakit tentu bukan Haura yang akan mengurusnya tapi justru Mami.
Mobil mewah sang pewaris Bramasta itu pun melesat dengan kecepatan tinggi menuju sekolah, ia langsung memakirkan kendaraannya di parkiran. Dan beruntungnya, Andra bisa langsung bertemu dengan Haura sebelum gadis itu naik tangga.
"Tunggu, Ra," cegah Andra sambil memegang pergelangan tangan kanan Haura."
"Eh, Andra, kenapa?" tanya Haura dengan sikap yang sangat biasa.
"Kenapa gak tunggu aku sih?"
"Aku pikir kamu gak sekolah lagi, masih temenin Viana yang sakit," jawab Haura, hati dan wajahnya sedang berbanding terbalik saat ini, senyumnya tak sebaiknya perasaannya yang justru sedang hancur menyebut nama gadis lain yang tak lain adalah istri kekasihnya.
"Viana pulang kerumahnya."
"Oh," sahut Haura yang langsung membalikkan badan mumpung cekalan tangannya tak terlalu keras.
Andra berjalan di samping Haura yang tak berkata apa-apa lagi, tak ada genggaman tangan, gelayutan manja atau apapun yang biasa ia lakukan selama dua tahun mereka bersama
"Ra, kamu kenapa?" tanya Andra lagi.
"Gak apa-apa, emang aku kenapa?"
"Kamu lain hari ini, aku salah ya? aku minta maaf," ucap Andra sambil meraih tangan Haura namun segera di tepis gadis itu.
"Gak, Ndra, aku gak apa-apa."
"Tolong, ngomong sama aku, aku akan perbaiki salahku, bukannya biasanya kamu selalu cerita sama aku, tentang suka dan gak sukanya kamu, Ra," Mohon Andra.
.
.
.
Tak ada yang harus aku ungkapkan.. karna tak ada kata yang mampu mengisyaratkan perasaanku saat ini...