Apa jadinya jika seorang gadis kabur dari perjodohan orang tuanya dan berencana terlibat dalam permainan pernikahan gila dengan sahabatnya, tapi malah salah sasaran dan berakhir menikahi Paman dari sahabatnya.
"Kau sudah sah menjadi istriku, mulai sekarang bagaimanapun aku memperlakukanmu itu adalah hak-ku!" ujar Max Xavier, lalu memaksakan miliknya masuk ke dalam milik istrinya.
Lyra mulai menyesali ide gila dari sahabatnya, tapi sudah terlambat. Kini dirinya harus melayani nafsu gila dari suami salah sasarannya.
Akankah pernikahan itu bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membereskan Semua Masalah.
Max melepaskan pelukannya dari kedua anaknya, ia mengambil kartu nama dari kantong jas nya.
"Ini kartu nama Paman, disana tertulis alamat Perusahaan Paman. Kalau kalian ingin bermain dengan Paman, datanglah kesana." Max tersenyum lembut.
"Oke, Paman." Jawab keduanya.
"Kalau begitu, untuk hari ini Paman pamit pergi. Archie dan Ainsley boleh menelepon Paman kapanpun." Ucap Max seraya berdiri.
"Saya pergi, Nyonya." Pamit Max.
"Ya."
Mata Max sempat berkeliaran menatap kesegala arah tapi ia tak melihat keberadaan Lyra. Max akhirnya dengan berat hati pergi dari Mansion itu.
"Bawa aku ke Mansion Ibuku," Titah Max setelah berada di dalam mobil.
Mobil Max pun melaju pergi menjauh dari Mansion itu, dengan satu mobil di belakangnya berisi pengawal - pengawal pribadinya.
Setelah sampai Max mendorong pintu Mansion Ibunya dengan keras, ia membanting setiap barang yang ia lewati. "Dimana Ibuku?!" bentaknya pada seorang staff.
"Dikamarnya, Tuan." Jawab staff itu gemetar ketakutan.
Max dengan cepat melangkahkan kakinya menuju ke kamar Ibunya, ia dengan marah membuka pintu kamar ibunya.
"Mah! Beraninya Mama tidak mengatakan tentang kehamilan Lyra padaku?! Saat pengacara datang kesini saat itu, Mama sudah tau Lyra sedang mengandung anakku! Selama 8 tahun, 8 tahun Mah aku berpisah dengan anakku! Apa sekarang kau sudah puas menghancurkan kehidupan putramu?!" Max meraung marah.
Jovanca ketakutan tapi ia tak merasa bersalah sedikitpun, ia hanya akan menerima cucu dari Gabriela.
"Ya, Mama tau dan sengaja tidak mengatakannya padamu! Memangnya kenapa jika wanita itu hamil dan mengandung anakmu. Mama sudah puas mendapatkan cucu dari Gabriela, jadi saat itu untuk apa Mama memberitahumu!" balas Jovanca.
"Hahahaha... Haha..." Max tertawa keras seperti orang gila, ia lalu berjalan ke arah kamarnya mengambil dokumen pengesahan harta pra-nikah yang 8 tahun sudah di tanda tangani Gabriela serta flashdisk berisi rekaman - rekaman Gabriela saat wanita itu tidur dengan orang yang dia bayar.
"Ini, tonton rekaman - rekaman ini! Setelah Mama menontonnya, periksa DNA anak Gabriela dengaku. Aku tak pernah sekalipun menyentuh wanita kesayangan Mama itu apalagi membuatnya hamil! Satu lagi, ini adalah dokumen pengesahan harta Gabriela menjadi milik Mama sesuai keinginanan Mama selama ini, jadi mulai saat ini jauhkan Gabriela dari hidupku! Selamanya!" Max melempar flashdisk dan dokumen itu ke atas meja kerja Ibunya. Ia lalu berbalik badan disana di ambang pintu Gabriela membulatkan mata menatapnya.
"Max? Ini semua tidak benar bukan? Anakku adalah anakmu, kan? Max-" suaranya mengecil terdengar lirih.
"Jangan salahkan aku atas semua yang terjadi padamu, Gabriela! Salahkan saja obsesimu padaku dan kelakuan Ibuku! Mulai sekarang jangan pernah menggangguku lagi, menjauhlah dariku!" Ucap Max lalu ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ibunya dan Gabriela.
Jovanca dengan hati - hati menyambungkan flashdisk itu ke dalam Laptop, ia memutar rekaman di dalamnya. Adegan saat Gabriela bergumul diatas ranjang dengan seorang lelaki tapi saat ia menajamkan matanya lelaki itu bukan lah Max.
"Tidak!" Teriaknya.
Gabriela ikut menontonnya, tubuhnya seketika bergetar hebat. Saat itu ia sedang mabuk, bahkan saat terbangun ia hanya sendiri di atas ranjang tanpa Max. Ia tak mencurigai apapun selama ini, karena ia sangat percaya pada Max. "Tidak! Kenapa Max?! Kenapa kau menipuku! Argghhtttt! Arghtttt!" teriaknya histeris.
Jovanca mengacuhkan teriakan frustasi Gabriela, ia mengambil dokumen dan membacanya. Di dalam isi dokumen tersebut tertuang pengesahan jika kekayaan Gabriela seperti saham - saham Perusahaan dan harta warisan dialihkan sekitar 50% atas namanya, Jovanca. Di dalam isinya lagi tertuang jika Gabriela dengan sukarela memberikan setengah kekayaannya meskipun tidak jadi menikah dengan Max.
Jovanca terperanjat, jadi setengah harta Gabriela akan tetap menjadi miliknya meskipun putranya itu tidak menikah dengan Gabriela.
Gabriela menatap memohon pada Jovanca, "Mah, Mama tidak percaya pada omongan Max, kan? Jika Mama mau ayo kita periksa DNA Kevliano, dia adalah cucu Mama."
"Baiklah, kita berangkat ke Rumah sakit. Tapi Gabriela, jika terbukti anak itu bukan putra Max, kamu harus menerimanya dengan rela. Aku tak bisa mendukung hubunganmu lagi dengan Max, lagipula Max sudah tau bahwa dia mempunyai anak dengan Lyra."
"Apa?! Anak dengan wanita itu?" Sekali lagi Gabriela tertegun.
Jovanca langsung menutup mulutnya, ia tidak ingin keceplosan bicara pada Gabriela jika sejak awal ia sudah mengetahui tentang kehamilan Lyra tapi ia sengaja tak mengatakan pada Gabriela maupun Max.